"Kamu boleh bilang aku minder karena jawabannya iya. Aku udah suka kamu dari bulan bulan lalu tapi makin aku suka makin aku sadar aku ga boleh kaya gitu. Kamu pantes dapet yang lebih dibanding cowok yang kaya aku." Dariel sudah pasrah kali ini dengan respon Ara. Dia hanya diam menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dan tak lama dia melihat Ara pergi begitu saja sambil menutup pintu. Dia berjalan pergi meninggalkan Dariel sendiri disana membuat Dariel berpikir apakah dia sudah melakukan kesalahan?apakah dia sudah jahat?atau dia salah paham tentang kebaikan Ara?. Dariel berjalan dengan lesu ke ruangannya. Duduk di kursinya dengan berbagai macam pemikiran.
"Aku salah." Dariel berbicara sendiri sambil meratapi nasibnya sementara Ara yang sedang berada di mobilnya masih meyakinkan dirinya sendiri tentang perkataan Dariel tadi. Apa benar yang dia dengar?Dariel mengungkapkan perasaannya?Apa ini mimpi?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul dikepalanya dan memenuhi otaknya sekarang. Hal itu terus berlanjut sampai Ara tiba di rumahnya sendiri.
"Kak tumben pulangnya cepet?".
"Iya mom, cape.." Ara tanpa berbicara lagi terus berjalan ke arah tangga dan pergi menuju kamarnya sendiri. Menghempaskan badannya di tempat tidur lalu memejamkan matanya.
"Kak..." Suara ketukan terdengar.
"Kay jangan bikin ulah deh, kakak lagi males ribut." Ara yang tahu dibalik pintu adalah Kay langsung menolak.
"Apaan sih so udzon aja..."
"Orang belum suruh masuk juga udah main buka aja. Kenapa?"
"Nih tadi aku jajan sama Ran aku beliin ini.." Kay meletakkan minuman kesukaan Ara di mejanya.
"Tumben kamu inget kakak?"
"Ya udah kalo ga mau aku minum aja." Kay menarik lagi minuman tadi.
"Ih...apaan sih udah dikasih juga." Ara bangkit dan mengambil minumannya.
"Bukannya bilang makasih malah ngomel."
"Iya-iya bawel, pergi sana mood kakak lagi ga bagus nih."
"Kapan sih mood kakak bagus?heran." Kay lalu pergi begitu saja tanpa mendengarkan ocehan Ara lagi sementara itu Dariel yang sudah berada dirumahnya juga salah tingkah karena tindakannya tadi. Dariel mengambil ponselnya.
- Ra kamu marah?
Ketik Dariel lalu mengirimkannya ke Ara. Dariel menunggu dengan gelisah balasan Ara. 5 menit berlalu, 10 menit berlalu, 30 menit berlalu Ara tak kunjung membalas.
- Ra kita perlu ngomong.
Dariel mengirimkan lagi pesannya namun tetap tak ada balasan.
- Kamu sibuk ya?
Dariel kini tak bisa menunggu lagi balasan Ara dia langsung melakukan panggilan namun tak ada gunanya juga. Ara tetap tak mau mengangkat panggilannnya.
"Angkat dong..." Dariel tak sabar namun tak ada tanda-tanda suara Ara disana dan didetik selanjutnya nomer Ara tak bisa dihubungi.
"Ah...sialan.." Dariel melempar ponselnya ke atas tempat tidur namun tak lama suara dering ponselnya terdengar namun itu Chandra.
- Halo...
- Riel, ditungguin nih sama anak-anak katanya mau badminton bareng..
- Oh iya gw lupa Can.
- Buruan deh nyusul kesini.
- Iya-iya gw kesana sekarang.
Dariel menutup panggilan yang dia sangka tadi dari Ara padahal dia sudah sempat senang mendengar ponselnya berbunyi.
*****
Keesokan harinya di kantor Dariel tak menemukan batang hidung Ara. Ruangannya tampak sepi dan gelap tak ada tanda-tanda Ara kerja hari ini sementara Kenan ayahnya sudah hadir sejak pagi. Dariel yang penasaran pun tak berani bertanya pada Chandra karena biasanya dia yang tahu kemana Ara pergi.
"Apa aku salah ya.." Dariel tak bisa berkonsentrasi hari ini. Kursinya terus dia putar sementara komputernya menyala entah menampakkan data apa.
"Dari semalam aku hubungin ga bisa, dia kemana sih?" Dariel menduga-duga dalam hatinya.
"Riel ikut meeting yuk, bisnis review.." Dikta tanpa mengetuk membuka pintu membuat Dariel terkejut.
"Oke pak." Dariel yang sigap langsung membawa laptopnya dan tak lupa perlengkapan lain yang dia perlukan. Saat masuk ruang meeting tampak Kenan sudah duduk disamping Riko dan stafnya begitupun sosok yang Dariel cari sejak pagi. Ara ada disana sudah duduk dengan manisnya tanpa sedikitpun melihat ke arah Dariel. Meeting pun dimulai dengan berbagai pembicaraan yang cukup seurius. Dariel kali ini mencoba fokus dan tetap bersikap profesional seperti yang selalu ia katakan. Ara juga kali ini tampak banyak berbicara dengan segala pengetahuannya yang dia punya sepertinya dia sudah mulai paham dengan alur bisnis yang ada diperusahaan ayahnya. Dariel tersenyum tapi Ara masih memasang wajah juteknya. Selesai meeting pun Ara langsung pergi dan bukan ke ruangannya, dia masuk menuju lift entah kemana dan diam-diam Dariel mengikutinya ketika tahu kemana Ara akan pergi. Dia bahkan rela berlari menggunakan tangga darurat agar bisa menyusul Ara. Ini sudah jam 5 sore jadi jelas bukan jam kerja. Saat Dariel mengikutinya langkah Dariel terhenti saat Ara menyapa seorang pria yang langsung membukakan pintu mobil untuk Ara.
"Oh...Dia udah punya pacar..." Dariel bersedih kali ini. Matanya masih menyaksikan adegan itu bahkan Ara tersenyum saat pertama kali melihat wajah pria yang tak Dariel tahu siapa. Dariel kembali ke atas dengan lemas.
"Ah, udahlah ngapain sih. Mana ada dia suka sama aku. Dariel Dariel ada-ada aja." Dariel mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri sambil merapikan meja kerja yang sudah berjam-jam dia tinggalkan. Cukup lama dia membereskan mejanya, Dariel pun turun menuju parkiran dan pulang.
"Ga papa, ini bukan apa-apa. Aku udah pernah diginiin." Dariel berbicara sendiri dalam mobilnya. Matanya terus tertuju pada jalanan yang menujukkan kemacetan. Dilain tempat Ara yang sedang duduk manis dimobil terus memperhatikan ponselnya.
"Cape banget meeting hampir seharian."
"Banyakin minum kalo lagi meeting jadi ga pegel duduk teruskan."
"Iya, sakit punggung nih.." Ara meregangkan badannya sebentar.
"Rey...kayanya HP aku rusak.."
"Kenapa emang?"
"Liat mati total gini.."
"Kok bisa?"
"Kemarin kecemplung di kolam renang."
"Gimana caranya kecemplung?"
"Lagi duduk-duduk eh si Kay tuh emang adik paling rese ngagetin jadi aja jatuh, Aku suruh dia berenang nyari-nyari eh dia lama banget sosoan bilang ga ada, Ya kali jatuh disitu bisa tembus kemana..." Perkataan Ara membuat Rey tertawa.
"Minta ganti aja ..."
"Udah, aku udah bilang Daddy makannya pas banget kamu ngajak pergi aku sekalian mau beli HP baru.."
"Aku yang mau minta tolong jadi dimintain tolong."
"Ntar aku traktir makan.."
"Ah makan doang.."
"Ye..bukannya bilang makasih juga."
"Pantes Kay rese, kakaknya galak gini.."
"Enak aja, buruan nyetirnya ada hal penting nih."
"Hal penting apa sih?"
"Pingin tahu aja, cepet..."
"Iya bawel.." Rey segera menginjak Gas nya dan pergi ketempat yang Ara mau untuk membeli HP barunya.
****To be continue