webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Maju, Mundur, Goyang

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Kalian ngapain?" Jesica heran dengan perkumpulan mereka. Kay segera membenarkan celananya begitupun Jay yang langsung menutup resletingnya.

"Tadi Daddy nyuruh kit.."

"Lagi..ngobrol aja sayang..." Kenan segera memotong ucapan Jay. Bisa bahaya jika dia berbicara.

"Ngobrol apa. sampe harus gitu?"

"Kita lagi ngobrolin topik khusus cowok mom.." Kay menjawab.

"Jadi mommy salah dong nyamperin?"

"Engga, engga kok mom.."

"Mom..aku disuruh maju mundur goyang.." Jay dengan secapat kilat mengatakan hal itu. Semula Jesica bingung tapi kini dia menatap Kenan saat tahu maksudnya.

"Mas..."

"Dia yang nanya.." Kenan membela diri.

"Aku ga ikutan.." Kay segera meloloskan diri dengan pergi dari tempat itu.

"Kay..Kay.." Teriak Kenan seakan memanggilnya tapi Kay menghiraukan panggilan ayahnya.

"Aku pingin tahu mom."

"Oke ga papa tapi hal kaya gini jangan diomongin sama yang lain ya. Ucapan tadi cukup kita yang tahu."

"Tadi Daddy liat punya aku.." Jay melanjutkan perkataannya yang tertunda tadi.

"Liat?" Mata Jesica secara refleks melihat kearah bawah. Tersadar akan perbuatannya Jesica segera menaikkan lagi bola matanya.

"Katanya ini bisa panjang, keras, besar.."

"A..apa bang?" Jesica kaget dengan ucapan Jay. Gigi Jesica sedikit menggigit bibir bawahnya sambil menatap Kenan. Ini pasti perbuatan suaminya.

"Daddy yang bilang mom.." Kali ini Jay yang berlari kecil kedalam setelah selesai mengatakan hal mesum lainnya. Kedua anaknya itu kini seakan mengungkapkan perbuatan Kenan.

"Mas..." Panggil Jesica kecil dengan penuh tekanan.

"Jay yang nanya, ya Mas sama Kay jelasin."

"Pake bahasa yang bener gitu loh Mas, Masa pake acara maju, mundur, goyang segala sih?"

"Ya emang gitu lagian itu bahasa si Kay yang ajarin. Mas mana ngajarin gitu."

"Terus panjang, keras, besar itu ajaran siapa?" Ucapan Jesica membuat Kenan menahan tawanya. Rasanya lucu sekali mendengar berbagai ucapan ambigu dari mulut istrinya. Kenapa Jesica harus selancar itu sih mengatakannya?. Itukan jadi terlihat lucu.

"I..i..itu colabs yang.." Kenan menahan diri untung tidak tertawa. Melihat tingkah suaminya itu Jesica jadi lucu sendiri. Kalo dipikir-pikir dia sudah mengatakan hal jorok juga. Jesica kini tertawa kecil. Menggeleng-gelengkan sendiri kepalanya mendengar perbuatan suami dan anak-anaknya. Kenan yang menahannya tadi kini ikut tertawa.

"Mas ada-ada aja deh. Aku suruh ngobrol tapi ga begini juga. Mas lama-lama bener deh, ngaco banget."

"Supaya Jay ngerti sayang, nyari bahasanya tuh yang mudah-mudah.."

"Ini bukan mudah, Jay kalo ngomong kadang depan siapa aja Mas..."

"Daripada Mas bilang ngen***"

"Mas ih.." Jesica mencubit pinggang suaminya.

"Itukan lebih bahaya.."

"Mas bahasanya jangan macem-macem ya.."

"Tadi refleks sayang, gara-gara Kay tuh ngomongnya begitu." Kenan merangkul Jesica.

"Ya dikasih tahu gitu dong Mas.."

"Iya-iya. Pokoknya jangan khawatir soal Jay. Dia juga topcer.."

"Apaan sih Mas.."

"Mas kan udah liat punya anak-anak.."

"Stop, aku ga mau denger."

"Turunan Daddynya nih, mirip." Bisik pelan Kenan.

"Mas.." Jesica geli sendiri mendengarnya.

"Dingin sayang masuk lagi yuk.." Kenan kali membimbing Jesica masuk. Istrinya itu berjalan sambil mengaitkan tangannya di pinggang Kenan.

"Lagi berangin gini, kalo engga udah Daddy ajak jalan-jalan ini Triplets.." Kenan gemas dengan cucunya yang kini sudah mulai bisa duduk.

"Dingin ga sayang?" Kenan memegang tangan mungil Karin. Anak itu hanya tersenyum sambil bergerak-gerak seperti jawaban. Suara kecilnya kini terdengar dengan jelas.

"Dad...Klis pingin main..."

"Kita mainnya besok sayang, sekarang dirumah dulu.."

"Klis pingin sekalang.."

"Ya udah ikut Abang yuk, kita keluar bentar." Kay mengulurkan tangannya.

"Mau kemana?"

"Jajan aja bentar mom, Ran pingin beli pizza."

"Delivery aja.."

"Sekalian jalan-jalan ngajakin Kris mom.."

"Kay udah lama ga ketemu manjain terus Kris nih.."

"Inikan adik paling dinanti-nanti mom. Kita keluar bentar ya.." Kris lalu berpegangan pada kakaknya.

"Kay beli yang cheese bitesnya ya, kakak juga pingin."

"Kakak ngidam juga?"

"Engga."

"Ya udah hati-hati.." Kenan mulai melihat Kay dan yang lain pergi.

"Jay mana sama Tiara?"

"Lagi dibawah kayanya.." Ara yang sempat membuat keduanya turun. Benar saja Jay dan Tiara dibawah sedang mengobrol.

"Mau kemana?"

"Jalan-jalan bang.." Kris menjawab.

"Mau beli pizza. Mau nitip ga?"

"Aku pingin cofee.."

"Wah boleh tuh enak.." Kay jadi tertarik.

"Ya udah nanti aku beliin."

"Makasih.." Jay berpaling lagi kearah wajah Tiara sementara kembarannya mulai membuka pintu dan pergi.

"Kamu ga seneng ya disini?"

"Kok Abang ngomong gitu."

"Ga banyak komen soalnya.."

"Aku suka kok bang, apalagi pemandangan disini bagus. Kayanya ga perlu jalan-jalan liat darisini juga cukup." Tiara memandang kearah jendela besar di depannya.

"Besok kalo mau kita bisa pergi berdua."

"Jangan, ga enak sama yang lain."

"Harusnya kita sekalian prewedding disini." Ucapan Jay membuat Tiara tersenyum saja.

"Aku pingin preweddingnya indoor aja bang."

"Kenapa?outdoor kan bagus."

"Tahu ga bang, kalo prewedding outdoor orang-orang itu ga fokus sama calonnya tapi fokusnya kebagi dua antara tempat dan pengantinnya. Kalo indoor mereka cenderung fokus liatin orangnya."

"Iya-iya kita bikin indoor."

"Cantik...kita mau honeymoon kemana?"

"Hem? honeymoon?"

"Iya... orang-orang kalo udah nikah biasanya honeymoon.."

"Di Bali aja sama keluarga."

"Kaya gini lagi dong ramean."

"Iya kan seru.."

"Kita udah jarang ngabisin waktu berdua."

"Kita bisa curi-curi waktu berdua.." Tiara meraih rambut Jay yang ada di dekat telinganya. Dia memainkan rambutnya itu. Membelainya pelan. Jay yang ada dihadapannya kini duduk semakin mendekat. Tangannya bahkan kini mengusap-usap pelan lengan Tiara yang berada di bahu kursi.

"Aku yakin sama kamu, apa kamu yakin sama aku?" Tanya Jay seakan tahu kegelisahan Tiara saat ini. Wanita itu hanya menatapnya. Ketimbang menjawab Tiara justru lebih memilih menarik diri mencium bibir Jay disana. Satu tangannya yang tadi memainkan rambut kini berada di leher kekasihnya. Jay menyambutnya. Itukan yang dia inginkan tadi bahkan sejak dari pagi. Bibir mereka saling bertautan. Membalas perbuatan satu sama lain. Saling merasa, menarik ulur lidah yang semakin membuat ciuman itu panas. Mungkin selain buku Tiara juga ingin menghadiahi ciuman ini. Kadang ciuman itu melemah tapi kembali cepat saat salah satu memainkan ritmenya. Kadang juga bibir mereka menjauh sejenak tapi Jay tak ingin berhenti. Dia kembali melumat bibir basah itu. Matanya masih terpejam seakan menikmati kegiatan itu.

"Maaf bang..aku belum bisa jawab." Tiara dalam hatinya tapi dia tetap mencoba menyeimbangi permainan bibir Jay. Semakin sering mereka berciuman Jay jadi tahu apa yang harus dilakukan bahkan Tiara kadang tak habis pikir kenapa Jay betah untuk berlama-lama menciumnya. Bunyi ciuman mereka bahkan begitu menggoda di telinga Jay. Bibir Tiara candu baginya.

****To be continue