Sehabis kejadian itu Kenan dan Jesica menyempatkan diri untuk datang ke rumah Ara sementara pak Stefan memilih untuk langsung pergi karena memiliki urusan lain. Kini Kenan sudah sampai tapi sepertinya Ara dan Dariel mengantar Ibu dan Nayla ke apartemennya terlebih dahulu.
"Siang bi.." Sapa Kenan pada pembantu Ara disana.
"Siang pak, Bu.."
"Kris sini sayang..." Jesica memanggil anaknya.
"Mas laper nih, udah banyak tenaga dikeluarin.."
"Mau makan apa?"
"Mas pingin nasi Padang.."
"Kenapa ga sekalian tadi beli.."
"Baru kepikiran sekarang." Kenan langsung meraih gelas saat Bi Inah meletakkan minumannya.
"Bi..tolong beliin nasi Padang ya, sama supir saya aja. Ada di depan kok.."
"Berapa bungkus Bu?"
"2 bungkus aja, yang satu sambelnya minta dipisah aja ya. Bungkusin kikilnya, perkedel 2, ayam rendang 1, yang bungkusan bapak pake telor balado ya. Supir saya beliin satu sama kalo bibi mau beli aja."
"itu tuh satpam Ara sayang beliin juga."
"Ya udah sekalian tambahin dua."
"Baik Bu..." Bi Inah kita beranjak pergi keluar rumahnya dan menemui pak Kahar.
"Klis mau mommy..."
"Iya nanti makan sama mommy sayang. Klis udah laper juga ya.."
"Olang tadi kenapa malah-malah mommy?" Kris sempat melihat kejadian dimana Ikhsan berteriak-teriak.
"Mereka punya salah jadi gitu.."
"Katanya kamu mau berhenti kerja sayang, kok masih aja ke kantor?."
"Kemarinkan Dariel masih sibuk ngurusin bayi sayang jadi aku masuk dulu aja. Jonathan belum siap buat jadi wakil Dariel."
"Tenang aja sayang, selesai kuliah Kay, nanti Mas suruh dia kerja di AG bantuin Dariel."
"Aku gimana Kay aja Mas.."
"Mas ga suka kalo kamu cape-cape. Kay ga mungkin tega juga liat kamu tetep kerja." Kenan meraih pinggang Istrinya.
"Lepasin ya sayang, sekarang fokus kamu anter jemput Kris aja. Mas yang gantiin kamu sampai Kay masuk."
"Mas baik banget..." Jesica memandang suaminya lalu memberikan pelukan sebentar. Kenan tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada Jesica.
"Mas...ada Kris.." Jesica segera menahan bibir Kenan.
"Lupa ada anak kecil gemes ini..". Mata Kenan memperhatikan tingkah Kris yang tak mau diam menyentuh semua barang-barang yang ada disana.
"Mom...Klis pingin kucing..."
"Kucing?kenapa mendadak pingin kucing?"
"Klis pingin ngelawat kucing..."
"Emang Kris udah bisa?"
"Bisa mommy, Klis mau....Klis mau..." Kris mulai merengek di depan ibunya.
"Tanya Daddy boleh ga?Daddy takut kucing sayang.." Sindir Jesica.
"Bukan takut hati-hati.."
"Malu ih Mas takut sama kucing, dari sekian banyak hewan kenapa Mas takut kucing segala?".
"Ya gitulah, ada kejadian yang ga enak."
"Klis pingin kucing Daddy..."
"Beneran dirawat ga?kalo nanti di cuekin mending ga usah..."
"Klis temenin, Klis ajak bobo..."
"Duh... ada-ada aja. Daddy bisa apa kalo Kris yang minta. Iya nanti kita cari, tapi bukannya ga boleh jual beli kucing?"
"Ada tata caranya Mas, jangan bilang jual beli."
"Ya udah nanti cari tapi jangan betina, kucing jantan aja ya. Yang betina nanti hamil terus lagi.." Kenan merasa geli dengan membayangkannya saja.
"Yeee...Klis punya kucing..." Kris senang.
"Tapi ga janji cepet ya Kris, cari dulu yang bener. Yang sehat, yang lucu. Nanti carinya bareng Kris. Kris mau yang mana." Ucap Kenan membuat Kris mengangguk. Tidak lama suara mobil terdengar. Sepertinya itu Ara dan Dariel. Benar saja mereka kini sudah sampai dan ikut duduk di hadapan orang tuanya.
"Mana sini Karin, Daddy yang gendong.." Kenan langsung mencari cucu perempuannya itu. Dia memang sangat suka dengan Karin bukan berarti Ravin dan Davin dia tak suka. Kenan juga meyanyangj mereka tapi dari dulu Kenan memang paling suka dengan anak perempuan.
"Kak Daddy sama mommy beli nasi Padang kakak kamu ga sama Dariel?"
"Mau Mommy..."
"Telepon bi Inah aja, mommy tadi minta tolong sama bibi."
"Oke. Abang mau sama apa?"
"Samain aja sama kamu."
"Ya udah bentar liatin Davin.." Ara segera mencari handphonenya dan menghubungi pembantunya.
"Udah selesai Riel?"
"Udah dad.."
"Nanti kalo urusan rumah udah selesai, Daddy suruh Reno hubungin kamu aja ya. Kasih rumahnya, itu Hak mereka. Daddy bilangnya beli atas nama Nayla. Aktenya juga udah Daddy suruh ganti pake nama Nayla."
"Makasih Daddy, makasih mommy. Biar Dariel gantiin uangnya."
"Ga usah. Simpen aja, tabungin buat anak-anak." Kenan lebih memilih memberikannya pada ketiga cucunya walaupun sejujurnya Kenan sendiri sudah mendaftar ketiga cucunya sebagai penerima asuransi dari perusahaannya. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan masa depan mereka. Ara datang kembali dan merangkul kedua orang tuanya dari tengah. Dia juga tak lupa mencium pipinya mereka bergantian.
"Makasih.... Daddy sama mommy emang orang tua paling the best.."
"Denger Daddy, daddy sengaja bawa Dariel sama kakak. Jadi kalo ada masalah kaya gitu lagi tahu ngadepinnya gimana. Cerdas perlu, uang apalagi. Kadang orang bilang uang bisa beli segalanya itu bener. Kalo nanti kita ga ada adik-adik kakak minta bantuan kakak bisa nolong."
"Daddy jangan bilang gitu.." Ara langsung melepas pelukannya dan perpindah duduk.
"Ngomong apa?maksud Daddy kalau Daddy sama mommy keluar kota, atau lagi ga di Jakarta. Kalo kemarinkan jadi harus nunggu Daddy sayang..."
"Tadi Daddy ngomongnya ga gitu .."
"Kakak aja yang salah nanggap." Kenan sambil senyum-senyum saat melihat Karin yang menatapnya. Tidak lama Bi Inah datang. Dia membukan semua makanan yang dipesan kelurga majikannya itu. Kenan meletakkan Karin di Stollernya lagi sementara dia mulai melahap hidangan yang sudah dipindahkan Jesica kepiringnya.
"Klis mau itu.." Tunjuk Kris pada ayam rendang.
"Iya sayang, coba buka mulutnya.." Jesica menyuapi anaknya.
"Dad, Jay jadi nikah?"
"Jadi tapi ga tahu kapan dan gimana."
"Bukannya Oma suruh secepatnya?"
"Tahu ga Jay tuh galau...banget di Mekkah. Kalau Daddy perhatiin dia cuman diem terus ibadah teru.... Dia kaya bener-bener lagi nyari petunjuk."
"Mas tanya dong."
"Mas udah tanya, dia bilang masih galau aja sama hubungannya."
"Mereka kayanya ada masalah ya?"
"Kemarin-kemarin baik-baik aja kok mom aku liat. Waktu mommy sama Daddy pergi mereka ngobrol biasa aja."
"Apa ada cowok lain Mas?atau Jay suka sana cewek lain?"
"Kayanya kalo ada cewek lain ga mungkin. Kamukan tahu segimana cintanya Jay sama Tiara."
"Maksud Mas Tiara punya cowok lain?"
"Ya...bisa jadi.." Kenan dengan santai menanggapi hal itu. Dia sudah pernah bilang pada Jay untuk siap menerima apapun takdirnya Entah dia bersama Tiara atau tidak. Jodoh tak ada yang tahu. Meskipun semuanya terlihat baik-baik saja tapi entahlah pikiran Jay memang sedang gusar soal itu padahal Tiara sudah meyakinkan tak ada yang lain sebelumnya.
***To Be Continue