"Sayang...ini Krisan anak terakhir kita.." Kenan dengan derai air matanya yang deras sementara anaknya masih menangis keras dan entah keajaiban darimana dokter dan perawat yang ada disana melihat kondisi organ vital Jesica mulai berubah.
"Sayang...jangan ninggalin Mas gini." Kenan terus mengajak bicara istrinya hingga kondisi Jesica berangsur membaik bahkan dokter dan perawat disana pun tak percaya dengan yang terjadi dihadapannya. Mata Jesica perlahan terbuka dan dia mulai siuman lalu memeluk anaknya dengan lemas membuat Kenan lega bahkan lututnya yang lemas mendadak kuat untuk berdiri memandang istrinya itu. Jesica segera mendapatkan pertolongan medis lanjutan sementara Kenan keluar menemui keluarganya.
"Dad..mommy?" Ara langsung menghampiri ayahnya begitupun Jay dan Kay. Melihat ketiga anaknya didepannya Kenan langsung memeluk mereka.
"Dad...mommy kenapa?" Ara bertanya lagi dengan tangisannya.
"Dad...mommy ga pergi kan?"
"Engga, mommy udah sadar mommy lagi diperiksa lagi sama dokter sekarang, makasih sayang udah sabar..." Kenan dengan suara lembut sekarang merangkul ketiga anaknya. Sekitar 45 menit kemudian ventilator dilepas dari tubuh Jesica dan dia dipindahkan ke ruang perawatan. Semua keluarganya kini ikut lega mengetahui kondisi Jesica yang sudah cukup baik. Kenan masih setia menemani Jesica disampingnya, dia memandangi istrinya dengan lekat dengan tertua memegangi tangan Jesica.
"Ada yang sakit sayang?" Kenan dengan romantis memastikan kondisi Jesica sudah benar-benar pulih.
"Perut aku perih..."
"Mau Mas panggilin dokter?"
"Ga papa Mas, wajar katanya.."
"Bener?apa berdarah?"Kenan segera melihat kearah perut Jesica yang tertutup selimut.
"Engga Mas...tenang aja.." Jesica menghentikan aksi Kenan yang akan menekan tombol panggilan. Sejenak keheningan lagi yang kini terjadi diantara mereka sementara Kenan tak bosan-bosannya melihat ke arah wajah Jesica memastikan bahwa benar yang dihadapannya ada istrinya.
"Makasih, Mas tepatin Janji." Jesica berbicara dengan suara lemasnya.
"Mas ga mau liat kamu gini lagi, Ini bener-bener terakhir kamu masuk ruang operasi, Mas ga akan bikin kamu sakit lagi, Kamu hebat sayang." Kenan menciumi tangan istrinya yang dia genggam.
"Jadi laki-laki lagi ya?"
"Ga papa, Mas seneng kok jadi pake nama pilihan kamu."
"Mas cape ya?"
"Engga, Mas ga papa. Kamu cape?istirahat aja Mas tungguin sayang."
"Engga kok Mas.."
"Ya udah minum lagi." Kenan segera mengambilkan gelas diatas nakas kecil samping tempat tidur sementara diluar Jay tampak melihat adiknya dari balik kaca.
"Akhirnya aku jadi Abang.." Jay berbicara sendiri.
"Ini bakalan aku urus supaya ga kaya Kay."
"Ih apaan sih kakak, dia adik aku juga." Kay tak pernah tersinggung dengan setiap ledekkan Ara.
"Nanti rasain jadi kakak gimana."
"Aku seneng jadi Abang." Jay masih menatap adiknya lekat dan tak henti senyum-senyum.
"Eh Kay, kenalin nih pacar kakak."
"Dariel.." ia sambil mengulurkan tangannya namun Kay belum meresponnya.
"Kay jangan mulai lagi deh."
"Kay. Makasih udah bantuin mommy." Kay dengan ramah.
"Iya sama-sama." Dariel tersenyum pada adik kekasihnya itu.
"Jadi ini serangga yang kakak omongin?"
"Ish..Kay diem deh."
"Serangga?"
"Bukan gitu Riel, ntar aku ceritain."
"Aku belum pernah liat Daddy nangis kaya gitu, kasian Daddy." Jay mengingat kejadian menegangkan tadi siang.
"Iyalah, emang kamu ga sedih apa liat mommy gitu?"
"Aku takut tadi."
"Udah Jay, ga papa, ga usah takut lagi."
"Udah puas liat adiknya?" Dikta datang.
"Udah uncle, ganteng kaya aku." Kay menyahut.
"Ara paling cantik nih."
"Iya uncle ga ada saingan nih.."
"Pantes ya kok uncle waktu itu pernah liat Ara masuk mobil Dariel taunya ini jawabannya." Dikta membuat Dariel dan Ara senyum-senyum.
"Jangan sebar-sebarin di kantor ya uncle."
"Iya engga, selain pinter dikantor Dariel pinter nih taklukin anaknya Ken padahal susah katanya, tuh temuin mommy dulu sana."
"Aku tunggu disini." Dariel membiarkan Ara dan adik-adiknya pergi keruangan ibunya sementara Dia memilih untuk mengobrol bersama Riko dan Dikta. Pandangan Dariel sesekali menatap ke arah Dirga yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Ini adalah pertama kali dia langsung melihat dengan matanya sosok yang mengganggu hubungannya dengan Ara.
"Mom...." Kay senang melihat wajah Jesica dan segera berjalan menghampirinya.
"Stop Kay, jangan peluk mommy kenceng-kenceng, mommy masih sakit." Kenan memperingati.
"Mom, mommy ga papakan?"
"Ga papa kak, udah liat adiknya?"
"Udah, mirip aku. Sekarang aku pingin dipanggil Abang Mom." Jay menceritakan kesannya membuat Jesica tertawa kecil.
"Jadi mommy sama Daddy harus panggil Abang Jay juga?"
"Iyalah, mommy sama Daddy manggil Kak Ara juga kakak."
"Hahahahaha Abang Jay?kaya tukang bakso depan komplek." Ara malah tertawa sambil meledek panggilan baru Jay membuat Kenan sedikit menahan tawanya karena takut Jay marah.
"Ih apaan sih kakak, ini tuh panggilan bagus."
"Terus kamu Kay, pingin ikut-ikutan dipanggil Abang juga?" Ara semakin geli dengan panggilan itu.
"Iyalah, masa Jay dipanggil Abang aku engga. Aku juga pingin dipanggil Abang Kay."
"Apa?bangkay?bangkay apa?tikus maksud kamu?" Ara semakin keras tertawa meledek adik kembarannya dan kali ini.
"Kak, kakak ya kalo ngeledek ga boleh gitu dong."
"Habis mereka bikin lucu mom, aduh perut aku sampe sakit."
"Udah-udah kak.." Kenan kali ini menghentikan guyonan Ara.
"Tapi kalo Krisan udah gede bikin mommy nangis aku marahin abis-abisan. Dia ga tahu kaya gimana mommy udah berjuang buat ngelahirin dia." Kay berbicara dengan seurius kali ini.
"Kaya kamu ga bikin mommy nangis aja.."
"Emang kakak engga?kakak bikin ricuh satu rumah."
"Itukan gara-gara Jay."
"Kok nyalahin aku?"
"Duh ampun nih anak-anak, momentnya udah bagus tadi tapi endingnya bikin gaduh lagi. Ga bisa apa sejam aja ga ribut?Udah daripada bikin pusing kalian diluar aja." Kenan menghentikan keributan dikamar sementara Jesica tertawa sendiri melihat tingkah laku anak-anak dan bapaknya.
"Ga mau, aku pingin sama mommy." Jay merengek.
"Sana kakak keluar kak Dariel berantem loh sama kak Dirga." Kay memanas-manasi membuat Ara teringat Dirga yang datang juga tadi.
"Enggalah ga mungkin."
"Kenapa ga mungkin, bisa ajakan?"
"Ini kan rumah sakit."
"Ya kan bisa aja mereka pergi berdua kemana terus tonjok-tonjokkan, kakak ga ngerti soal cowok sih."
"Kan ada uncle, Oma, opa.."
"Kan mereka ga tahu."
"Ish...nyebelin ya kamu. Bisa sekarang ngusir kakak awas ya nanti." Ara yang sedikit cemas keluar untuk memastikan tak ada keributan yang terjadi antara Dariel dan Dirga.
"Mas tidur dulu, matanya cape gitu." Jesica mengusap halus mata Kenan.
"Engga, Mas nungguin kamu aja."
"Iya dad, Daddy istirahat aja kan ada aku sama Jay yang jagain mommy."
"Daddy disini aja." Kenan tetap pada pendiriannya.
***To be continue
Cerita ini pernah dialami seseorang, jadi jangan remehkan doa dan kekuatan seorang ibu dan anak ya. Jangan lupa sayangi ibu kalian, karena beliaulah kalian bisa ada di dunia ini.
Don't Forget leave comment and vote ya :))