Kay duduk dikursinya sambil ditemani Doni dan Randi. Pikirannya masih memikirkan kejadian kemarin pagi saat dia melihat Kiran dengan seorang lelaki. Kay benar-benar penasaran dengan siapa lelaki itu tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa jika lelaki itu adalah kekasih Kiran yang baru.
"Kenapa lu?diem mulu?nih rokok dulu ." Doni menyodorkan sebungkus rokok.
"Engga, gw udah janji sama Daddy ga akan ngerokok.."
"Iya anak Daddy.." Sindir Doni.
"Nih butuh dananya segini, setuju ga?" Randi memberikan sebuah catatan pada Doni dan Kay.
"Gw oke aja.." Kay langsung setuju.
"Tinggal cari tempatnya.." Doni yang juga tak keberatan dengan pembagian modal usaha yang akan mereka jalani.
"Gw ada sih temen yang nawarin, kali aja kalian cocok."
"Boleh, ntar kita liat dulu ndi.."
"Lu beneran ya Kay terjun ke dunia Food and Beverage."
"Iyalah, nyokap gw chef masa ga ada yang nyangkut darahnya."
"Terniat lu sampe kuliah ke Luar negeri."
"Sekolah nyokap dulu.."
"Jangan percaya ndi, kedok doang... gw tahu lu pingin lari dari si Ran.."
"Kemarin gw liat Ran pas dijalan sama cowok ga tau deh siapa."
"Lu masih peduli sama dia?udahlah bukannya lu sama olive?"
"Eh iya gw sampe lupa, gw mau jemput olive lagi. Untung lu ingetin Ndi.." Kay segera bangkit dan mencari tasnya.
"Udah jadian lu sama olive?" Doni penasaran karena rasanya baru kemarin dia memperkenalkan Olive dengan Kay.
"Iya udah.."
"Cepet banget.." Randi tak percaya.
"Naklukin cewek buat Kay gampang ndi.." Doni sudah tahu keahlian Kay dari dulu, tak heran jika saat ini Kay sudah dapat kekasih baru.
"Ya udah gw duluan ya, ntar calling gw aja kapan mau liat tempatnya.."
"Oke.." Randi sambil melihat Kay yang semakin lama semakin menjauh meninggalkan dia dan Doni sementara itu sepanjang hari ini Ara dan Dariel tak berbicara bahkan kemarin malam pun tak ada komunikasi sama sekali antara mereka. Rupanya mereka benar-benar masih saling bersikeras dengan keinginannya.
- Halo Pak
- Udah pulang Riel?
- Ini lagi beres-beres.
- Kerumah bapak sebentar ya..
- Ada apa pak?
- Ada yang mau bapak omongin.
- Ya udah, aku kesana sekarang.
Dariel segera membereskan meja kerjanya dan bergegas pergi, sebelumnya dia sempat mengecek ruangan Ara namun hanya kegelapan yang ada disana, mungkin Ara sudah pulang. Dilain tempat Jesica yang ada dirumah sedang berdandan cantik saat Kenan sudah pamit pergi kerumah pak Stefan.
"Ayo Jay anter mommy.."
"Kemana?"
"Anter aja.." Jesica sambil menggendong Kris yang juga terlihat sudah siap untuk pergi.
"Bi saya pergi dulu ya, jaga rumah. Kalo anak-anak pulang terus nanyain bilang saya ada urusan di restoran."
"Iya Bu.."
"Hati-hati ya bi.." Jesica kini berjalan kearah luar rumahnya dan disana sudah ada mobil yang menunggu.
"Mendadak banget sih?untung gw bisa.."
"Iya makasih Kat, udah telepon Lala?"
"Udah, dia nyusul.." Katerina mulai menjalankan mobilnya sekarang.
"Tumben-tumbenan lu ngajakin gw belanja ka?biasanya sama Kenan.
"Dia lagi ngurusin nikahan anak gw."
"Ara?"
"Iya, mau nikah dia.."
"Wih...perasan baru kemarin lu cerita dia tunangan."
"Iya, kasian anak gw pingin nikah."
"Mau belanja apaan?"
"Mau nyari hadiah buat Mas Ken.."
"Hadiah? ulang tahun?"
"Engga, gw pingin ngasih aja."
"Ehmm..so sweet.."
"Gw sampe bohong sama dia, gw bilang gw sakit kepala makannya ga nemenin dia ngurusin pernikahan Ara."
"Segitunya?dalam rangka apa sih?"
"Udah lama aja gw ga ngasih apa gitu ke dia."
"Anak lu anteng banget.."
"Iya, dia suka liat jalanan gini, suka ya sayang..." Jesica sambil memainkan tangan Kris yang ada digenggamannya.
****
Kenan baru saja sampai dikediaman Pak Stefan. Dia kini tampak duduk bersama pak Stefan dan Dariel yang baru saja datang.
"Dariel sama Ara maunya kapan?" Tanya Pak Stefan
"Kita pinginnya sebelum akhir tahun ini pak.."
"Apa ga kecepetan?itu 3 bulan lagi loh Riel.."
"Ya makannya persiapannya jugakan kita udah pikirin dari sekarang pak."
"Tempatnya udah tahu dimana Riel?coba ada ga yang cocok sama tanggalnya?"
"Ara pinginnya outdoor om jadi sedikit susah kalo nyari outdoor.."
"Mau disini aja?ga akan di Bali?om punya kenalan kalo disana."
"Luar kota lagi om?"
"Iya, bagus-bagus Riel tempat disana."
"Hm..."Dariel berpikir.
"Riel sekalian diomongin nih, om tahu Dariel lagi ribut sama Ara ya? gara-gara biaya nikah?"
"Ara cerita?"
"Engga, dia ga cerita ke om, cuman kemarin pulang sedikit kesel aja katanya."
"Dariel tuh bisa kok om wujudin pernikahan yang Ara mau."
"Riel...bapak sama om Kenan ngerti tapikan yang namanya orang tua pasti udah perhitunganlah ini itunya, apa salah kalo kita bantu?Kita ga bilang Dariel ga mampu. Kita tahu kalo pun dilepas Dariel bisa tapi kehidupan setelah nikah juga butuh bekel Riel. Jangan sampe kamu habis-habisan di acara pernikahannya tapi setelahnya malah jadi bingung." Pak Stefan menasehati.
"Riel, om ini ga ada maksud buat nganggep Dariel ga bisalah atau ga adalah uangnya. Engga gitu Riel, Dariel kan tahu sendiri Ara anak pertama om, cewek satu-satunya lagi. Om pingin yang terbaik aja buat dia. Kalo udah nikahkan tanggung jawab Ara om pindahin tuh ke Dariel. Kapan lagi om bisa nyenengin Ara?Om sekalian aja ngerayain kalo anak sulung om udah nikah. Apa ga boleh om pingin gitu?"
"Iya om..pak, Dariel ngerti. Om boleh kok bantu Dariel, bapak juga. Dariel ucapin makasih sama perhatian bapak sama om.."
"Makannya kita kumpul disini buat bicarain itu, kamu sama Ara maunya gimana, butuhnya berapa, nanti kita bagi-bagi, entah itu biayanya, entah itu tugasnya supaya cepet Riel, apalagi kalian pinginnya akhir tahun ini." Pak Stefan menjelaskan lagi.
"Ara sama Dariel konsepnya tuh private weeding gitu pak, ga harus ngundang banyak orang tapi pingin ngundang orang yang kita kenal aja biar suasananya intimate gitu, kita pingin acaranya malem om, pak, pingin ada acara dinner bareng juga sama semua tamu...." Dariel mulai menjelaskan konsep pernikahannya dengan Ara pada Kenan dan bapaknya. Diskusi mengenai pernikahan mereka pun dimulai. Kenan tampak mendengarkan dengan seksama keinginan Dariel begitupun Pak Stefan yang mencoba mengerti konsep pernikahan jaman sekarang yang memang berbeda dengan dulu. Sesekali Kenan dan Pak Stefan memberikan ide untuk mendukung acara pernikahan mereka dan beberapa ide itu ada yang Dariel terima ada juga yang Dariel tolak. Rasanya memang kurang lengkap tanpa Ara tapi mau bagaimana lagi Ara masih marah dengannya.
****To be continue