webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Drama koper

Jay POV

"Karena aku ga bisa jadi papa yang bener buat Zidan kamu setega itu sama aku Tiara?. Kamu cari orang lain?. Apa itu maksud kamu?. Aku tahu, aku banyak kekurangan tapi kamu udah nerima aku kan?. Kamu jahat Tiara!!" Aku langsung membentaknya. Ini adalah luapan emosiku yang sudah selama ini aku tahan. Harusnya tadi siang aku labrak saja dia dengan si brengsek itu.

"Bang..aku sama Dr. Mike cuman temen."

"Jangan pernah bohongin aku Tiara!." Aku tak suka dia terus menyangkalnya.

"Aku ga suka ya Abang tunjuk-tunjuk." Tiara langsung menggapai telunjukku yang sempat terarah tepat di depan wajahnya.

"Kamu ga suka tapi kamu buat salah!." Aku menggapai telunjuk itu dan memegangi tangannya. Dalam satu putaran aku berhasil mengunci tangannya.

"Aw...sakit bang.."

"Sakit?kamu pikir perasaan aku gimana?."

"Aww bang sakit bang..." Keluhnya lagi. Dia tak tahu bagaimana sakitnya perasaanku. Aku bersabar selama ini untuk menunggunya jujur berbicara tapi sepertinya kejujuran bukan lagi sifatnya. Zidan yang ada di pangkuanku kini terdengar mulai menangis. Aku menghiraukan

"Bang Zidan nangis bang, lepasin."

"Nangis?kamu pikir Aku engga?." Aku menatapnya dengan begitu dalam. Aku ingin dia tahu bagaimana kekesalanku. Aku mencengkram kuat tangannya, dia mencoba melepaskannya namun tak semudah itu. Kesakitan yang dia rasakan tak sebanding dengan sakitnya batinku.

"Please...bang lepasin sakit..." Tiara terus mengeluh. Aku melihat matanya yang sudah mulai berair dengan wajah kemerahan.

"Harusnya kamu ga jahat sama aku Tiara, aku kasih kamu segalanya."

"Bang...sak..kit..." Tiara kini meneteskan air matanya. Dia ikut menangis bersama Zidan. Air matanya semakin turun membasahi pipinya sementara tangan satunya terus mencoba melepaskan cengkaramanku sekuat tenaga. Astaga. Apa yang sudah kulakukan?. Aku langsung melepaskan genggamanku. Tangan Tiara kini tergolek lemas. Dia memegangi tangannya sambil menangis sedih.

"Tiara.."

"Sini Zidan.." Tiara menghiraukan panggilanku. Dia langsung meraih Zidan. Anakku sempat akan terjatuh saat Tiara meraihnya tapi entah kenapa dia tetap menggendongnya. Kini Tiara berdiri.

"Tiara aku.."

"Kenapa ga sekalian Abang patahin tangan aku?." Ucap Tiara sebelum pergi. Aku kini terdiam. Ya ampun...tadi itu aku benar-benar khilaf. Aku tak sadar telah menyakiti Tiara. Aku terlalu emosi. Aku tak bisa menahan diri. Aku salah. Aku segera menyusulnya. Dia masuk kedalam kamar dan dengan segera menutup pintu. Suara bantingan terdengar jelas dan ketika aku akan membukanya pintu itu terkunci.

"Tiara.... Tiara...." Aku memanggilnya sambil mengetuk pintu namun tak ada jawaban dari dalam. Aku terdiam di depan pintu. Aku benar-benar salah tadi. Tangan Tiara pasti sakit. Aku perlahan mundur dan duduk di depan pintuku sendiri. Aku akan menunggu disana sampai pintu itu terbuka.

*****

Pagi menjelang aku mendengar suara kunci terbuka dan tak lama terlihat Tiara keluar. Dia mengenakan hipseat untuk menggendong Zidan sementara tangan satunya mendorong koper kecil, dapat aku lihat tangan yang kemarin aku cengkaram begitu lemas bahkan Tiara tang menggunakannya sama sekali. Pasti itu sakit.

"Tiara..maafin aku." Aku langsung menghentikan aksinya.

"Oke denger. Istri dokter Mike pasien aku, jadi aku pergi sama dia. Kemarin kita ketemuan untuk makan bareng sama istrinya, sama orang tuanya."

"Kamu mau kemana Tiara?." Aku menghiraukan penjelasannya aku lebih tertarik dengan apa yang dia lakukan. Kenapa ada koper?.

"Aku mau nginep dirumah Mama."

"Aku ikut."

"Ga usah."

"Tiara maafin aku, aku ga sengaja semalem." Aku terus memohon tapi sepertinya Tiara marah. Dia menarik lagi kopernya dan mendorongnya sambil berjalan. Aku mengejarnya.

"Tiara...please..." Aku menarik kopernya agar tak bisa dibawa olehnya.

"Bang lepasin."

"Jangan pergi Tiara."

"Aku ga pernah nyangka Abang bisa main tangan sama aku. Perasaan Abang tuh sekarang lagi ga nentu, coba pikirin dulu deh. Kalo cuman nyakitin aku ga papa tapi kalo sampe kena Zidan gimana?." Perkataan Tiara membuat aku diam sejenak. Ya...kemarin aku sampai menghiraukan Zidan yang menangis akibat terkejut dengan kelakuanku.

"Aku kaya gitu karena aku cemburu liat kamu sama orang lain."

"Aku paham, tapi bisakan ga usah pake kekerasan?."

"Aku ga sengaja Tiara, aku emosi aja."

"Besok-besok setiap Abang emosi Abang bakalan nyakitin aku?."

"Engga. Maaf Tiara, maaf..." Aku terus memohon.

"Aku cuman pergi sebentar sampe kita berdua udah tenang." Tiara kembali meraih kopernya lagi dan berjalan menuju tangga. Aku mengejarnya. Aku menarik lagi kopernya, aku tak mau Tiara pergi. Dia harus disini bersama Zidan. Dia tak boleh kemana-mana kecuali mereka pergi denganku.

"Bang lepasin.." Protes Tiara namun aku tetap menahannya dengan kuat sampai tarikan itu terlepas dari tangannya yang lemah dan entah bagaimana caranya dia sekarang terjatuh bersama Zidan. Mereka menuruni tangga dengan terguling-guling.

"Tiara!!." Aku kaget bukan main. Suara tangisan Zidan kini terdengar padahal sebelumnya dia terlihat sedang tidur. Tiara masih terbaring sambil mendekap Zidan.

"Pag...." Suara mommy terhenti saat melihat apa yang terjadi. Dia langsung berlari kecil menghampiri Tiara sementara aku cepat-cepat menuruni tangga.

"Tiara, kamu kenapa?." Mommy membantunya duduk. Pandangan teralihkan dengan tampilan rapi mereka.

"Tiara..maaf." Aku ikut membantunya.

"Tangan aku sakit mom.." Tiara dengan suara tangis tertahannya. Tangan yang kemarin aku cengkram sekarang terlihat sedikit biru.

"Sebenernya kenapa sih ini?."

"Aku ga sengaja mom, aku ga sengaja." Aku mencoba menjelaskan dengan panik.

"Sini Zidan sama mommy, Jay kamu bantuin Tiara berdiri..."

"Ga usah mom, aku cuman pingin pulang sebentar." Tiara menolak lagi. Dia menghapus air matanya sendiri dengan cepat. Aku benar-benar tak tega melihatnya. Dia mengusap kepala Zidan sebentar lalu mencoba berdiri. Aku tentu membantunya begitupun mommy.

"Aku pamit ya mommy, aku pasti balik lagi." Tiara menyalami tangan mommy dengan tangan kirinya yang terlihat masih kuat. Dia pergi tanpa membawa koper. Aku hanya diam. Aku takut menyakitinya lagi kalau melarangnya. Dia jalan dengan terpincamg sedikit. Tadi itu pasti sakit menyakitkan. Jatuh dari tangga pasti membuat badannya remuk. Seharusnya tadi tak usah ada drama tarik menarik koper. Aku jadi menyakiti keduanya. Aku salah. Sejak kemarin aku salah. Satu kekerasan yang aku lakukan membuat Tiara pergi. Mungkin ini maksud mommy yang selalu mengingatkan aku agar tak melibatkan pukul dalam setiap emosi atau kekesalan. Aku menyesal sekarang. Bayangan Tiara pergi namun tak lama aku melihat Daddy dan Kris berjalan bersama.

"Mas tadi liat Tiara mau pulang katanya, kirain kamu ikut bang..."

"Sebenarnya ada apa sih bang?." Tanya mommy menatapku. Aku yakin mommy juga akan marah jika aku menceritakannya.

"Kenapa ini?." Daddi ikut bertanya merasa bingung dengan situasi yang terjadi.

****To Be Continue