411 Batalin aja

Jay menatap langit-langit yang hitam dari kamarnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata kejam Tiara. Dia bohong. Dia bohong. Itulah yang selalu Jay ulang dalam hatinya. Selama ini dia selalu menjaga hatinya untuk Tiara. Dia selalu jujur. Dia tak pernah menyembunyikan apapun dari kekasihnya itu. Jay bahkan rela melakukan apapun untuk membuktikan kecintaannya pada Tiara. Goresan ditangannya kini Jay lihat lagi. Bekas jahitan yang memanjang itu kini berbekas di tangannya. Jay anggap itu sebagai bentuk kasih sayangnya pada Tiara sama seperti Kenan kehilangan jarinya. Ya...Jay harus mengambil langkah sekarang. Tapi apa?Jay tak pandai dalam urusan seperti ini. Lagian apa jadinya jika pernikahan itu benar-benar batal?. Jay benar-benar akan kesulitan pasti. Sekali patah hati dari Tiara saja waktu itu membuat Jay begitu mati rasa apalagi jika batal nikah. Di sisi lain Jay tak mau mengurung Tiara dengan dirinya. Hidup dengan orang yang tak dicintai pasti juga tak kalah sulit. Sekarang saja hati Jay sudah jauh lebih hancur dan bukan berkeping-keping lagi. Bintang yang menemaninya malam ini bahkan seperti tak bersinar. Itu terlihat gelap. Jay tak sanggup dan tak bisa menahannya. Dia menekuk kedua kakinya, menyimpan dagunya diatasnya. Dia mengingat-ingat semua kejadian manis dengan Tiara. Bagaimana bisa Jay tak menyadari bahwa itu hanya kepura-puraannya. Rasa baiknya hanya rasa iba, kasih sayangnya hanya sebatas seorang kakak dan adik. Semakin diingat semakin sakit perasaannya. Tangisan Jay kini turun dengan sendirinya. Dia menangis.

"Kenapa kamu jahat Tiara?aku salah apa?" Jay berbicara sendiri dalam kesedihannya. Selang beberapa menit dia menaikan kepalanya dia segera mengambil handphonenya.

# Kasih tahu aku kalau udah pulang.

Jay mengetikkan sesuatu yang dia kirim pada Tiara. Seperti perkataanya kemarin Tiara pergi ke acara teman-temannya.

# Aku baru sampe bang.

Balas Tiara 5 menit kemudian. Jay melirik jam di dinding. Ini sudah pukul 1 malam.

# Boleh aku telepon?

# Boleh.

Tiara membalas dengan cepat. Jay menekan tombol panggilan sekarang.

- Halo bang.

- Aku ganggu kamu ga?kamu cape?mau tidur?

- Engga, aku lagi duduk aja istirahat.

- Jangan mandi malem, ga baik.

- Iya ga akan bang.

- Tiara...apa aku ada salah sama kamu?

- Maksud Abang?

- Apa kamu pernah kesel sama aku?sama hubungan kita?.

- Bang, kenapa tiba-tiba bahas ini?.

- Karena kita mau nikah makannya harus dibahas.

- Kenapa tiba-tiba ngarah kebahasan ini? Kita ga pernah ngomongin ini sebelumnya.

- Apa kamu pacaran sama aku, nikah sama kamu cuman kasian?kamu cuman iba aja karena kondisi aku?atau kamu anggep aku adik kamu sama kaya Muel anggap aku?.

Perkataan Jay membuat Tiara terkejut. Kenapa perkataannya persis sama dengan apa yang dia ceritakan pada teman-temannya kemarin.

- Bang aku ga maksud gitu.

- Tiara. Aku ga pernah sedikitpun bohong soal perasaan aku. Aku suka kamu dari kecil, saat kita putus pun aku masih suka, kita bikin keputusan balik lagi pun aku masih sayang sama kamu. Aku mau Tiara buat jadi orang lain asal kamu seneng.

- Aku bilangkan aku ga nyuruh Abang buat jadi orang lain.

- Iya itu salah aku Tiara. Jujur aku ga nyaman. Aku harus nahan setiap emosi aku, aku nahan supaya kamu ga kesel, aku bahkan rela taklukin ketakutan aku buat kamu. Aku cuman pingin kamu tahu kalo aku bisa ngelakuin apapun buat kamu meskipun kamu bohong sama aku.

- Bohong?

- kamu bohong waktu kamu bilang sayang aku. Kenapa harus sampai kita udah sampai sejauh ini dan aku tahu.

- Abang tahu darimana?

- Telinga aku yang denger.

- Bang…asal abang tahu. Aku juga ngelakuin banyak buat abang. Aku redam semua keegoisan aku buat ga marah, karena setiap aku marah abang selalu bilang 'apa kamu mau tinggalin aku lagi Tiara?'. Kalimat itu yang selalu abang ulang-ulang. Aku berhenti untuk ga protes setiap abang ngelakuin hal nekat. Yang pingin hubungan ini bertahan ga cuman abang kok. Terus sekarang nuduh aku bohong.

- Ternyata satu sama lain ngerasa ga nyaman juga. Apa masih pantes Tiara buat kita nikah?aku harus jadi orang lain begitupun kamu. Apa keputusan kita buat nikah udah tepat Tiara?aku bahkan ga tahu dan ga sadar kamu kaya gitu. Aku ga pernah peka buat sadar apa yang kamu lakuin selama ini.

Jay dengan sedihnya mengatakan hal yang sama sekali tak ingin dia katakan sebenernya. Tiara yang mendengar dibalik telepon hanya terdiam. Matanya sedikit berkaca-kaca kali ini.

- Kamu berhak buat milih jalan kamu sendiri. Dari dulu aku ga pernah larang kamu Tiara. Hari ini coba kamu pikir ulang buat nikah sama aku. Banyak pertimbangan bukan?pertama, aku ga kaya cowok lain, kedua aku ga mau penjarain kamu jadi istri aku kalo kamu ga suka sama aku dan terakhir kita udah pura-pura berperan jadi orang lain padahal itu buat kita ga nyaman.

- Bang, abang salah paham.

- Jangan terburu-buru Tiara. Masih ada waktu. Tolong pikirin baik-baik. Aku juga bakalan mikirin ini. Aku bakalan kasih kamu waktu 2 minggu ini. Aku ga akan ganggu kamu. Maafin aku Tiara, aku banyak negerepotin kamu.

Jay langsung menutup teleponnya. Dia begitu sedih dengan apa yang baru saja dia katakan tadi. Dia tak tahu bahwa dia punya keberanian untuk mengatakannya. Pernikahannya bisa saja terancam batal. Oh bukan pasti akan batal. Jay kini meraih handphonenya lagi dan mengetikkan sesuatu.

# Pak Chandra besok saya akan sidak seluruk cabang. Tolong siapin data besok pagi untuk saya.

Setelah Jay mengirim pesan itu. Panggilan masuk dari Tiara terdengar. Jay tak ingin berbicara dengannya. Sudah cukup kali ini dengan sandiwaranya. Dia tak ingin menambah beban Tiara. Biar saja urusan dengan orang tuanya dia yang hadapi. Dia yang akan menjelaskan pada Fahri dan Dena juga bahwa dia tak ingin membuat anak mereka kesulitan. Paginya Jay keluar membawa kopernya membuat Jesica dan Kenan terkejut.

"Mau kemana bang?"

"Aku ada dinas mom.."

"Kok mendadak sih?"

"Engga mendadak, aku lupa bilang mom.."

"Kemana?"

"Area Sumatera dan Jawa.."

"Area?maksud Abang, Abang perginya bakalan lama?"

"Paling 2 mingguan mom..."

"Bang...inget loh sebulan lagi." Perkataan Jesica membuat Jay terdiam. Dia tak ingin membahasnya sepagi ini. Dia masih sedih dengan pembicaraannya dengan TIara tadi malam.

"Mommy... Daddy....gimana kalo pernikahan aku dibatalin aja."

"Apa!!" Kenan dan Jesica secara bersamaan membuat Kris kaget dan bergidik.

***To Be Continue

avataravatar
Next chapter