webnovel

I Don't Care About Love

Cinta? Satu kata yaitu BUTA! Cinta yang membuat ibuku yang super cerewet dan ayahku yang super dingin bersama. Cinta yang membuat perbedaan agama dipaksakaan untuk bersatu. Cinta yang membuat jarak antar kota atau antar pulau bahkan antar benua terasa dekat. dan Cinta yang membuat sahabatku, orang yang sudahku anggap saudara, bahkan orang yang aku percaya, orang yang gak bakal tega menghianatiku. Dengan tega MENGHANCURKAN KEPERCAYAANKU! Dan kesimpulanku cinta itu BUTA!

Quinwriter · Teen
Not enough ratings
184 Chs

Pandangan Saat Hujan

Hujan

Bisakah kau membantuku

Menghapus kenangan dahulu ku dengannya

Menghapus luka yang mengering meninggalkan bekas dihati ini

Hujan

Bisakah hidupku sepertimu

Akan ada pelangi yang indah setelah hujan badai yang kau perbuat

Akan ada tanaman yang subur setelah kau membasahi bumi ini

Bantu aku hujan ajarkan aku

Walaupun kau tak bisa membantuku menghapus kenangan dan luka ini

Tapi aku yakin

Darimu aku belajar hidupku bisa sepertimu

Akan ada kebahagiaan setelah kepedihan ini

-Yuna Resya Tirka

Aku memperhatikan tiap tetes hujan dari balik jendela cafe yang sedang ku tempati saat ini. Tiba-tiba aku terpaku kepada sesosok laki laki yang memberikan payungnya ke pada anak laki-laki yang berlari kecil di tengah hujan dan berjalan menuju tempat untuk berteduh, anak itu menenteng sebuah plastik berlabelkan sebuah nama apotek yang tak jauh dari sini. Setelah memberikan payung itu, lelaki itu berlari kecil menuju cafe yangku tempati saat ini, ia melewati derasnya hujan tanpa ragu sedikit pun.

'Kling Kling Kling'

Bunyi lonceng cafe yang menandakan pengunjung datang membuatku langsung menoleh kearah pintu masuk. Dan disana ... laki laki yang aku lihat di balik jendela tadi, berdiri dengan rambut dan baju yang basah karna hujan deras yang dilewatinya.

Namun yang membuatku kaget saat memperhatikan laki laki itu, ia secara tiba-tiba menoleh ke arahku yang masih menatap dirinya tanpa ingin mengalihkan. Kami pun saling beradu pandang untuk beberapa saat.

Satu hal yang membuatku sampai saat ini masih menatapnya, karena aku ... paling tak suka ditatap. Itu sebabnya aku balik natap dia tanpa takut. Sampai kapan pun, aku tak akan mau mengalihkan pandanganku lebih dulu! Kecuali ... lawanku yang mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.

Satu menit berlalu, laki-laki itu pun akhirnya menyerah dan mengalihkan pandanganya lebih dulu. Dia berjalan menuju kasir dan memesan minuman setelah itu ia menghampiri tempat dudukku.

Kenapa aku tau? Karna aku masih menatapnya sampai saat ini.

"Permisi ...." Ucapnya dengan berdiri dihadapanku.

Aku menengadahkan kepala agar bisa menatap dirinya yang lebih tinggi dariku.

"Yaa?" Jawabku dengan memasang wajah datar.

Pasti, ni orang mau ngajak kenalan.

"Ini tempat favorite gue. Boleh gue duduk disini?"

Kirain mau ngajak kenalan, huh ... Ternyata karna tempat favorite-nya diambil. Duh ... GR banget dah lu Yun ... Yun.

"Owh ... sorry gue gak tau. Ya, silahkan." Bodohnya, kenapa aku minta maaf? Dan ini kenapa lagi aku diem aja? Seharusnyakan aku marah-marah karna diganggu dia. Padahalkan aku mau menikmati kesendirian ini.

Zebel!

Apa karna dia ganteng ya?

Bukan ... bukan karna kegantengannya yang buat aku iyain permintaan dia. Tapi mungkin ... rasa kagumku padanya setelah melihat kebaikannya yang tulus, yang membuatku terlena sekejap.

Satu kata buat dia Perfect man!

"Ehm ... nama lo siapa?" Tanyanya memecahkan keheningan diantara kami.

Aku mengulurkan tanganku ke arahnya. "Kenalin nama gue Yuna Resya Tirka, nama lo?" Dia pun langsung menyambutnya dengan hangat.

"Gue Dirga Restio." Jawabnya sambil menyunggingkan senyum kearahku.

Mak ... mak ... mak ....

Manis!

Legit, kek martabak kacang susu keju.

"Lo SMA atau kuliah?" Tanyaku berbasa-basi.

"Gak keduanya. Gue udah kerja."

"Owh ... gue sotoy ya?" aku pun terkekeh malu.

Sotoy banget sih lu Yuun, elah!

"Lo sendiri?" Tanya Dirga sambil menatapku dengan lembut.

"Baru tamat SMA Bang ... eh Mas ... eh Kak ... eh binggung gue mau manggil lo apa." Aku pun menggaruk tengkukku yang tak gatal.

Dirga terkekeh geli, "terserah lo aja mau manggil apa, nama juga boleh. Lo lucu juga." Dirga kembali menyunggingkan senyum manisnya.

"Gak sopan ah, manggil nama. Kalo Bang muka lo gak cocok terlalu uhm ... kyut, gak kayak abang abang preman. Kalo Mas gak deh geli gue manggil Mas gak biasa, lagian ... muka lo gak polos polos baik tapi polos polos bangsat deh kayaknya. Jadi ... Kak aja kali ya? Biar netral gitu?"

"Hahaha ya ampun ... lo lucu banget sih? Terserah deh, lo mau manggil gue apa. Asal jangan ... manggil gue Om aja. Gue belum tua, masih 23 tahun"

Aku yang mendengar umurnya langsung melotot syok ke arahnya. Dengan perasaan yang tak percaya, aku kembali menatap wajahnya, lebih detail dan teliti lagi.

Gila ... pantesan mukanya masih muda, 23 tahun coi, ternyata!

Ah, mate ....

"Tapi manggil ayang juga boleh." Lanjutnya sambil mengerling nakal.

Ayang?

A-YANG?

YANG?

Hancur sudah!

Aku langsung menjaga jarak darinya. "Lo playboy? Baru ketemu udah flirting aja sama gue."

Hancur sudah kekagumanku! Gak nyangka, lelaki yang beberapa menit lalu sebaik itu. Ternyata sama aja dengan lelaki diluaran sana hih ... cowok kalo udah ada tampang, semuanya sama aja gak ada yang beres! Sedangkan yang gak tampan ngaku sebagai babang tampan jauh gak beres, apalagi ada tampang?

"Hahahaha ...." Dirga terbahak senang. Aku pun meliriknya dengan malas sambil menghembuskan poniku dengan jengkel.

"Gue main main aja Sya. Eh ... gua manggil lu Resya aja ya? Kalo Yuna gue kebayang Yuna SNSD— personil girl band korea. Kalo Tirka keinget laut, Laut Antartirka." Ledeknya seakan ingin membalas perkataanku mengenai panggilan aku ke dia, sambil tertawa.

Aku mendengus kesal mendengar ledekannya, "serah lu dah Kak ... serah!"

•••

Tak terasa hujan pun telah berhenti sejak tadi bahkan sore pun telah berganti malam. Ntah kenapa, aku merasa klop ngobrol sama si Dirga. Padahal kita baru kenal beberapa jam yang lalu. Walaupun dia selalu menambahkan gombalan disetiap obrolannya, aku sama sekali gak terjerat akan kegenitannya.

Kenapa? Padahal tampangnya uwhh ... ganteng abisz, pake z! Baiknya? Ya kebuktilah tadi ye? Yang ngebuat aku gak terjerat karna aku mungkin sudah terbiasa; kebal dikelilingin laki laki yang suka tebar pesona dan genit gak ketolongan. Jadi gak sedikit pun aku ngerasain yang namanya baper. Apa lagi ditambah aku tau, dia laki laki yang baik.

Kebaikan dia membuat aku ngebatasi diri. Aneh? Memang. Tapi itu semua karna aku takut, takut bakal terjadi seperti dulu. Bahkan aku sudah tidak sanggup lagi ngerasain hal menyakitkan untuk yang kedua kalinya. Ditambah aku tau, kalau dia itu sebenarnya playboy. Cukup sekali hatiku patah. Jangan lagi!

Flashback on

Line

Dera: Gue mau jujur sama lo.

Aku: Jujur aja atuh der. Lo mau jujur kalo gue cantik?

Dera: Lo taukan perasaan gak bisa di atur. Sebelumnya gue mau minta maaf sama lo. Gue takut lo tau ini semua dari mulut orang. Tadi aja gue takut banget Kenzo, Dino dan Sarah bakal bilang ke elo kalau mereka sering ketemu gue dan Gadha berdua. Gue takut banget mereka bakal ngomong yang enggak enggak. Sebelum lo tau dari orang lain, gue bakal ngomong jujur ke elo sekarang. Maafin gue sekali lagi. Gue sayang sama Gadha. Gue minta lo ngerti posisi gue. Awalnya gue nganggep dia sahabat gue; seperti Divo dan Erno, gue juga gak mau ngecewain elo Na kalo gue nganggap dia lebih. Tapi waktu itu Gadha jujur sama gue dia sayang sama gue. Dan sejak saat itu dia berubah baik banget sama gue Na. Walaupun yang kita tau dia memang bener bener baik. Sejak saat itu perasaan gue tumbuh. Gue gak bisa ngatur hati gue untuk suka dan sayang sama siapa. Gue gak mau terus-terusan kayak main dibelakang lo dan gue gak bermaksut ngerebut orang yang pernah lo sayang. Maafin gue Na maaf.

Aku: Kalian pacaran?

Dera: Bismillah iya na. Maafin gue. Maaf ... lo boleh marah, tapi tolong jangan benci gue. Gue gak mau lo benci gue. Dan tolong rahasiain ini semua Na. Cuma lo yang tau selain keluarga gue.

Sejak kapan?

Dera: Lo gak perlu tau na. Maafin gue.

Aku: Sejak kapan Dera?

Dera: Maaf Na

Aku: Sejak kapan?

Dera: Sembilan bulan yang lalu.

Flashback off

Itu alasan kenapa aku ngebatasi perasaan sama lelaki yang terlalu baik. Bukan berarti aku ingin pendamping yang jahat, enggak! Aku cuma gak mau terkesan dan suka sama orang yang terlalu baik lagi, aku takut itu akan terjadi lagi. Aku takut lelaki itu baik bukan cuma ke aku saja. Aku takut dengan orang yang terlalu baik apa lagi kesemua perempuan. Aku takut ... dan akan selalu takut kalo akhirnya seperti itu lagi.

Lebih baik aku mengalah diawal. Dari pada aku harus jadi masalalu mereka, aku gak sudih! Jadi sebelum aku dapetin cinta, sayang dan jodoh yang sesungguhnya. Aku bakal berusaha menutup hati, serapat-rapatnya. Dan siapapun jodohku nantinya. Aku gak akan biarin dia terlalu dekat dengan para sahabatku.

"Syaa Resyaaaa ...." Dirga melambai-lamabaikan tangannya kearahku.

"He eh, ya kenapa?" Aku langsung tersadar dari lamunan.

"Lo melamun? Ngelamunin gue yaaaa?" Tanya Dirga sambil mengerling nakal.

Aku mencebikkan bibir, "idih GR banget, sih? Siapa juga yang ngelamunin lo! Mata lo kenapa kedip-kedip sebelah kanannya? Kelilipan?"

"Elah pose menggoda gini malah dibilang kelilipan, bego lo!" Protesnya kesal.

"Kurang ajar! Gue pinter ya!" Pelototku tak mau kalah.

"Pintar? Lo aja kuliah belum jelas, lo cerita tadi." Ucapnya remeh.

Sumpah demi apapun! Aku nyesal senyesal nyesalnya pake banget ... banget ... banget, cerita dan curhat dengan ini orang! Duh ... ternyata dia nyebelin banget ni sikupret.

"Awas lo ya!" Tanpa peduli aku langsung menarik hidung mancungnya dengan kesal.

"Adududuu ... sakit bego! Sakitt ... lepasin!" Teriaknya sambil menarik tanganku untuk ngelepasin tanganku dari hidung mancungnya.

"Ampun gak lo? Ampun bilang!" Teriakku yang tak ingin melepaskan hidungnya dari tanganku sekarang juga.

Mampus lo Dir! Panjang panjang dah tuh, kayak pinokio huuuu ....

"Lepasin dong Sya, liat tu diliatin orang malu." Melasnya dengan suara yang tertahan akibat tarikan pada hidungnya.

"Gak mau! Rasain deh lu! Pacul ... pacul deh tu hidung! Hahaha ...." Aku pun tertawa senang karna bisa menyiksa Dirga.

"Ehm ... Yuna." Panggil seseorang perempuan, aku dan Dirga pun langsung menoleh ke samping kiriku dimana perempuan itu berdiri.

"Dera, sama siapa?" Tanyaku yang cukup terkejut dengan keberadaannya disini.

"Sya ... lepasin dulu dong tangan lo! Sakit hidung gue pe'a!" Rengek Dirga.

Tanpa menjawab perkataaanya aku langsung melepaskan hidung Dirga dari tarikanku.

"Sama Gadha." Jawabnya dengan santai. "Tuh ... dia," tunjuknya ke seorang laki laki yang duduk sendirian yang tau jauh dari kami.

"Owh, yaudah deh gue mau pulang dulu. Udah dicariin Mama tadi. Bye Der." Pamitku yang langsung pergi meninggalkan Dera yang masih berdiri dan Dirga yang masih duduk disana.

"Syaa ... tunggu elah!" Dirga mengejarku yang hendak membuka pintu cafe.

"Siapa?" Tanya Dirga setelah berhasil mengejarku.

"Bukan urusan lo!" Tanpa perduli keberadaannya aku masuk kedalam jazz ungu kesayanganku, yang aku parkir di depan cafe. Setelah menstarter mobil. Aku pun melajukan mobil dengan cepat meninggalkan Dirga yang hanya bisa terdiam menatap kepergianku.

•••

Dirga Pov

Sudah seminggu sejak pertemuan pertamaku dengan Resya dan sudah seminggu juga aku dateng ke cafe ini setiap harinya. Tapi aku tak sekalipun bertemu dengannya lagi.

Dia itu manis, lucu, nyambung dan asik banget orangnya. Kesan pertama aja udah empat jempol deh untuk dia.

Kenapa aku bego banget? Gak minta nomor handphone, pin bbm atau id line dia? Kenapa? Itu benar-benar kesalahan fatal di hidupku, sebagai seorang playboy.

Tapi satu hal yang ngebuat aku salut ... sesalut-salutnya deh sama dia. Selama kita ngobrol gak sedikit pun dia nge-blush saat aku muji dia ataupun gombalin dia. Bener-bener itu cewek, kebal banget sama pesona seorang Dirga Restio. Salut aku!

Hari ini aku ada jadwal mengawas ujian di salah satu kampus negeri kota ini. Aku ini sebenarnya berprofesi sebagai dosen. Cukup mencengangkan bukan? Kalau kalian mau terpesona samaku boleh, tapi ngantri ya!

Aku dosen diumur 23 tahun. Aku di sekolahkan lebih cepat satu tahun dan selama SMP dan SMA aku mengambil kelas ekselerasi. Walaupun aku ngambil kelas ekselerasi. Gak ngebuat masa masa sekolahku terlalu kaku dan membosankan. Karna kelebihan lainku yaitu aku tampan; itu yang ngebuat siapapun mau berteman denganku dan itu adalah keuntungan yang besar buat diriku.

Selain menjadi dosen aku juga megang beberapa perusahaan. Ya terlalu sukses di umur yang muda, sangat menguntungkan buatku, sebagai lelaki keren.

Aku mengendarai mobil memasuki area kampus. Setelah memarkirkan mobil, aku memasuki kantor bagi para dosen di kampus ini. Aku pun mengambil kertas ujian yang akan dibagikan.

Setelah itu, aku langsung mencari kelas yang akan aku awas hari ini. Sikilas aku melihat beberapa calon mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berkumpul di depan pintu kelas. Sesampainya di depan pintu kelas, aku membuka kunci kelas yang diberikan. Aku masuk terlebih dahulu dan mempersilahkan mereka masuk dan duduk ditempat masing-masing. Saat aku ingin membagikan soal, tiba-tiba ada sebuah suara ketukan dari pintu luar kelas.

'Tok Tok Tok'

"Permisi pak? Maaf saya terlambat, boleh saya masuk Pak?" Tanya gadis itu yang berdiri di depan pintu.

Aku menoleh keasal suara dan ... "Lo ...?" Ucapku kaget tanpa suara.

Demi duren titisan buah dari surga. Takdir begitu baik, karna telah mempertemukan kami di hari ini.

"Ehm masuk!" Perintahku, "langsung duduk ditempat kamu, ya!"

•••

Hallo. terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak-jejak ya!!!

Quinwritercreators' thoughts