webnovel

I Can't See What You See

hanya kamu yang bisa melihat siapa yang bersamaku

bambangkrut · Horror
Not enough ratings
8 Chs

3.2

Senin pagi ini matahari kalah dengan awan kelabu. Hujan mengguyur semangat para siswa yang akan pergi ke sekolah. Pukul 06.29 tepat semenit sebelum bel masuk berbunyi. Sanjaya masih berjalan dengan santai menuju gerbang mulutnya masih mengeyot es kopi dan seragamnya terbalut mantel plastik kantong kresek sepuluh ribuan yang biasa dijual di perempatan lampu merah, padahal banyak siswa yang berlarian mengambil langkah cepat menuju gerbang.

Tepat jam enam lewat tiga puluh menit bel masuk berbunyi, Sanjaya sudah berada di dalam sana. Sanjaya masih berjalan santai menuju kelasnya padahal di sekitarnya banyak yang terburu-buru menuju kelas masing-masing. Sekarang ia membuang es kopinya yang sudah abis ke tempat sampah dan mulai membuka mantelnya. Apapun kondisinya Sanjaya masih santai.

"Ohayou yeoboseyo" ucap Sanjaya mempraktikan apa yang di pelajarinya kemarin dari drama korea dan buku bahasa jepang untuk ulangan hari ini ketika membuka pintu kelas. Semua teman sekelasnya hanya menatap kebingungan dengan bocah yang pagi pagi kerasukan alien dari bekasi. Temannya yang lainnya bersikap tidak pernah mengenalnya dan kembali dengan kesibukan mereka mengeringkan bagian yang basah karna hujan misalnya sepatu dan kaos kaki.

Tidak melihat ada tanggapan dia berniat mengamuk pagi itu. Bagaimana bisa mereka tidak menyambut matahari yang cerah yang sudah rela turun untuk memberikan harapan hari itu akan indah. Pundaknya ditepuk dari belakang sama ketua kelas yang baru datang. dengan keadaan hampir seluruh seragamnya basah kuyup.

"Lu berendem di kubangan mana rul? basah semua." tanya Sanjaya melihat Syahrul si ketua kelas basah kuyup.

"Oh ini tadi gue dimandiin ama ibu-ibu bawa motor yang nganterin anaknya ke sekolah. Gue liat liat anaknya santuy aje ngeyot es kopi di boncengan." jelas Syahrul menatap Sanjaya tajam.

"Gak rul, gak mungkin. soalnya banyak ibu-ibu bawa motor nganterin anaknya ke sekolah. Pastinya bukan mak gue." balas Sanjaya.

"Menurut lu ada gitu anak-anak normal yang ngeyot es kopi pas hujan deres kek gini. Gak ada San. Cuma lu doang yang bisa kek gitu." tatapan sang ketua kelas makin tajem. Sanjaya ketakutan seperti anak kecil yang dimarahi bapaknya.

"samikum," ucap seseorang di belakang mereka berdua. mereka berbalik dan melihat seseorang yang tatapan matanya redup lelah jenuh gelap dan rambutnya basah tergerai berdiri di belakang mereka.

"Astagfirullah," Syahrul kaget.

"AstaG-dragon, Lu abis bikin MV apa gimana, Son. kek kuntilanak keluar dari sumur tahu gak!" Sanjaya juga kaget.

"Gue mending jadi sadako." balas Sonia.

"Gak, gak, gak, lu pantesnya jadi kayako," sambung Sanjaya.

"Klo gue kayako lu apa? Juon?" balas tanya Sonia.

"Enggaklah gue mah pantesnya jadi minako," jawab Sanjaya. Sembari berjalan santuy memasuki kelas. Mengakhiri antrian sembako dadakan didepan kelas. Diikuti Syahrul dan Sonia. "Tapi ya son, lu kenapa? kok bisa rambut lu basah kuyup gitu." Tanya Syahrul peduli.

"ini tadi kan gue jalan di trotoar payungan sama mantelan tapi pala mantelnya gak gue pake terus gue disiram pake aer kubangan ama anak sekolah yang bawa motor tapi sepakbor belakangnya gak ada, mana bawanya ngebut. ya lu tahu sendirilah gimana jadinya, terus pas nyampe sekolah gue langsung cuci rambut gue di toilet pake aer doang. btw platnya B 5144 RUL. itu motor lu kan rul?" jelas Sonia panjang lebar berusaha tenang dan tidak mengancam siapapun.

"Maaf Son. gak sengaja. abisnya lu gak keliatan. sori, sori. lu butuh shampo gak ntar gue mintain anak futsal?" Syahrul langsung meminta maaf saat itu juga karna dia merasakan aura mematikan yang keluar dari Sonia.

"Anjing son rambut lu bau! bau aer comberan campur sampah masyarakat!" Teriak Sanjaya. Anisa menyemprotkan body spray gratisan yang dia dapet pas acara bazar sponsor minggu kemaren ke arah Sonia saat dia baru duduk dibangku sampingnya.

"uhukhuk.. udah weh yang bau rambut gue bukan gue.." Sonia terbatuk dengan bau body spray yang menusuk hidungnya.

"Sama aja," balas Anisa masih menyemprotkan body spray ke arah Sonia sembari menjepit hidungnya yang pesek.

"Cepetan rul cariin shampo gak tahan gue ama baunya!" suruh Merlin ke Syahrul.

Syahrul pergi mencari shampo bertanya sama seluruh anak futsal di sekolah itu. tapi dia balik terengah-engah tanpa satupun shampo di tangannya. "gak ada, hah... hah..., adanya ..hah.. hah..sabun cuci muka ..hah.. mau gak?"

"yang bener aja lu rul... rambut gue masa dikasih sabun cuci muka..." bisik Sonia mengambang di udara lemas.

"ih sumpah lu bau banget son..." Dinda ikut menambahkan jengkel sembari menutup hidungnya dengan tisu.

"Yang bau rambut gue bukan gue, Nda. Tolong jangan membuat image gue makin jelek, Nda." bisik Sonia mengambang di udara lemas.

"Sabun cuci muka juga bisa dipake buat cuci rambut son. ato mau gue mintain sabun colek ibu kantin?," timpah Syila bersilang dada menyarankan dengan hidungnya dijepit jepitan kayu yang dipakai untuk hiasan mading pojok kelas.

"Mending pala gue lu copot, La. lu taro aja di tempat sampah luar." bisik Sonia masih mengambang di udara pasrah gak ada motivasi hidup.

"Ah! pake daon sirih aja, Son!" tiba-tiba terdengar saran aneh dari Nanda.

"Ini lagi satu saran dari manusia purba server error 404 not found." bisik semuanya bersama Sonia dengan tatapan mengerikan.

Sonia tiba-tiba diseret oleh Jack bukan yang di titanic tapi temen sekelasnya yang kebetulan wajahnya mirip Jack jadi sekelas sepakat manggil Jack. Padahal nama aslinya Jaki.

Sonia diseret ke tempat keran depan aula yang biasa dipake anak futsal ama basket cuci muka dan mandi abis latihan. "Pala lu taro situ," suruh Jack menunjuk keran paling ujung.

"Pala gue gak bisa dilepas, Jack." ucap Sonia datar.

"Maksud gue, lu bungkuk disitu, palalu diarahin di bawah keran itu." Jack menjelaskan dengan tenang.

"Oh, berarti lu punya shampo! ya udah mana sini gue cuci rambut gue sendiri." Sonia bersemangat dengan harapan Jack punya shampo. mungkin shampo bekas diklat.

"Enggak punya." jawab Jack singkat padat dan jelas.

"Lah, terus nyuci rambut gue pake apa? jangan bilang lu mau pake sabun cuci muka lu kan buat nyuci rambut gue. Gak, gak mau, sabun cuci muka cowok lebih keras dari sabun cuci muka cewek. bisa bisa rambut gue kayak sapu kelas." ocehan Sonia meleber memberikan perumpaan yang akan terjadi pada rambutnya jika mencuci rambutnya dengan sabun cuci muka punya cowok.

"Ada pokoknya. dah cepetan pala lu taro situ." Jack masih bersikap rahasia dengan apa yang akan dia gunakan untuk mencuci rambut Sonia yang bau aer comberan campur busuk sampah masyarakat.

"Janji gak make sabun cuci muka lu ya. awas lu ya kalo make sabun cuci muka lu." Sonia masih menaruh rasa curiga terhadap Jack. ia was was rambunya akan dicucikan pakai sambun cuci muka milik Jack.

"iyaa" Jack menyetujui dengan tenang dan bersiap bersikap tenang saat mencuci rambut Sonia.

Sonia meletakan kepalanya seperti perintah awal yaitu meletakannya dibawah keran. Melihat Sonia sudah meletakan kepalanya tepat di bawah keran. Jack memutar kerannya maksimal. Air berkekuatan dan berkecepatan tinggi mengalir keluar dari keran tersebut dan membuat suara aliran air terjun yang sangat deras.

"Dingin! Sakit pala gue! Lu bukanya kegedean, Jack! Kecilin kerannya! Nanti baju gue basah!" oceh Sonia merasa air itu mulai bisa membasahi kerah bajunya.

"gak bakal basah, lu nunduknya yang bener," sanggah Jack dan menyuruh Sonia agar menundukan kepalanya dengan benar agar air tidak mengenai kerah bajunya.

Sonia merasakan rambutnya kembali basah. lalu air tak lagi mengalir. Ia merasakan ada sesuatu yang dijatuhkan ke kepalanya. dan sepuluh jari yang menggosok kepalanya. Sonia melihat busa turun dari rambut panjangnya. Ia merasa ke enakan dengan pijatan Jack di kepalanya. Ia juga mencium bau yang sangat mengenakan. "Lu pakein apaan Jack. btw wanginya enak, wangi stroberi."

"mata lu merem biar gak perih. oh ini sabun cuci tangan," suruh Jack agar sabun yang dipakainya tidak masuk ke dalam mata.

"maksud lu sabun cuci tangan yang ada di wastafel?" Sonia kepikiran dengan perkataan Cyelin yang bilang kalau sabun cuci tangan di sekolah di sabotase di campur sama air kencing.

"iya, ini gue pake yang warna pink makanya wanginya stroberi." jawab Jack dengan santai dan masih membersihkan kepala Sonia.

"anjing, lu makein rambut gue sabun yang disabotase dicampur air kencing," Sonia melawan dan mengatakan yang sebenarnya terjadi.

"Gak mungkin yang ini. lu percaya deh ama gue," Tapi Jack bisa mengatasi gerakan pemberontakan yang dilakukan Sonia.

"Gak, gak bisa, gak bisa gue percaya ama lu. bilang aja lu pengen ngebully gue kan. iya gak lepasin pala gue anying." Sonia memberontak semakin menjadi.

"Diem, Son. nanti sabunnya masuk mata lu perih loh." tapi tetap saja Jack bisa mengatasi pemberontakan Sonia.

"Cuma Psikopat yang ngomong santuy padahal mangsanya berontak. Lepasin gue anjing!" Sonia berontak menarik dasi Jack dengan tujuan Jack tercekik dan melepaskannya.

"Diem gak lu Son. ini mau gue bilas rambut lu." Jack akhirnya bisa kembali meletakan kepala Sonia di tempat seharusnya dan memutar keran maksimum. Sonia juga menarik dengan kencang dasi yang dipakai Jack.

"wabruabruabruabjing." "Ha..ahk.." Sonia tercekik air, Jack tercekik dasinya.

"HEY! Ngapain kalian?! Kalian berbuat mesum kan!!"