webnovel

Ratu Myriad

Canggung. Kami hampir tidak bicara sekali pun selama di kereta. Elvina hanya diam memasang wajah serius. Katanya dia juga ikut sewaktu masuk ke dungeon. Jadi, apakah dia tahu kalau para pahlawan itu berencana untuk membunuhku? Pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku.

Aku sempat berpikir menggunakan kemampuan sihirku, perintah mutlak. Namun urung kulakukan, karena dia adalah pengguna roh. Di dunia Fraxia ini, ada beberapa sumber energi selain mana. Yaitu aura, roh, dan plana. Jika mana tersebar di mana saja dan dimiliki manusia sejak lahir, aura, roh, dan plana berbeda. Aura biasanya dimiliki para ksatria atau para pendekar dan seniman bela diri di dunia ini. Aura hanya bisa didapat dari hasil manifestasi fisik. Jika fisik seseorang dilatih sampai batas tertentu, maka dia akan membangkitkan aura.

Roh adalah sumber energi yang langka. Hanya segelintir manusia yang bisa menggunakan roh. Kebanyakan pengguna roh adalah ras elf. Roh hanya bisa digunakan jika seseorang menjalin kontrak dengan roh tersebut. Seperti elemen pemanggilan, atau kemampuan menjinakkan monster, memanggil makhluk roh, dan sebagainya. Seperti gadis ini, Elvina. Aku bisa merasakan beberapa roh berada di sampingnya. Akan sulit menggunakan kemampuan perintahku.

Syarat penggunaan kemampuanku memang hanya berbicara langsung dengan target. Namun kemampuan ini rentan dipatahkan jika ada beberapa faktor seperti pengguna roh, mau pun senjata sihir pemberian dewa kelas atas. Aku sudah lelah menelitinya dulu saat masih menjadi Andra.

Satu lagi sumber energi adalah plana. Yang hanya dimiliki oleh para penyembuh dan pendeta di dunia ini. Karena plana adalah energi spesial yang hanya dimiliki oleh para pengikut dewa. Atau orang-orang yang menyembah dewa sialan dunia ini.

"Kau tidak bertanya bagaimana mereka bertiga bisa mati?" Akhirnya aku membuka percakapan.

"Tidak. Aku bersyukur mereka mati. Saat di dungeon, dua dari mereka mengajakmu berpencar. Dan kembali setelah meninggalkanmu. Mereka juga memaksaku untuk keluar dari dungeon. Aku sedikit membenci mereka," jawabnya.

Begitu, ya. Dia tidak tahu apa-apa. Kudengar dari Mori, ayahnya sedang mengalami masa sulit. Karena itu dia mau bertunangan denganku. Jika dua keluarga bangsawan menjalin hubungan, itu akan menguatkan pengaruh mereka. Einzswerg adalah keluarga bangsawan yang cukup terpandang, meski hanya peringkat Viscount. Padahal Bonsvary, keluarga Elvina, peringkat Count. Meski begitu pengaruh Einzswerg lebih besar, karena itu ayahnya menjodohkan dirinya denganku. Politik, hubungan kami hanya berdasarkan hal itu.

Ada beberapa peringkat kebangsawanan di dunia ini. Dimulai dari yang terendah, Baron, Baronet, Viscount, Count, Marquis, dan Duke. Di atasnya lagi adalah Royal Family, atau keluarga kerajaan. Saat masih hidup sebagai Andra si Lidah Emas, aku diberi kebangsawanan oleh kaisar Alecia. Peringkatku saat itu adalah Duke.

"Berarti sekarang para pahlawan sudah berkurang tiga orang. Kira-kira berapa banyak lagi pahlawan yang tersisa di dunia ini?" Aku bergumam untuk memancing informasi darinya.

"Mungkin hanya tinggal lima puluh pahlawan lagi. Bencana "Gelombang Kekacauan" terakhir kali merenggut banyak nyawa pahlawan dunia lain."

Jawaban yang bagus. Mari kita gali lebih dalam. Aku yakin dia adalah orang yang berpengetahuan luas.

"Ah, benar juga. Aku lupa kapan terakhir kali bencana itu terjadi."

Elvina tampak diam sejenak. "Lima tahun yang lalu. Saat kita bertemu pertama kalinya."

Ini ... sedikit sensitif. Aku baru ingat, Mori berkata bahwa aku tidak boleh menyakiti perasaan Elvina. 'Karena tuan telah bersumpah untuk membahagiakannya dulu. Saat tuan menyelamatkan nona Elvina pada Gelombang Kekacauan.' Seperti itu kata Mori. Dengan kata lain Edward yang asli saling menyukai dengan Elvina ini. Merepotkan. Aku tidak ingin memiliki hubungan seperti kekasih atau pernikahan dengan siapa pun. Bukan berarti aku juga harus menghancurkan hubunganku dengan Elvina. Biarkan saja dulu, jika dia menghalangi, maka dia akan masuk ke daftar tidak selamat.

Memiliki kekasih membuatku mengingat kenangan buruk. Ah, benar juga. Bagaimana dengan para guru, ya? Aku yakin mereka sudah cukup tua untuk pensiun, di Bumi.

***

Kami sampai di ibukota kekaisaran Myriad. Kota ini sangat berbeda dari yang terakhir kukunjungi. Sekarang terlihat lebih modern. Bahkan banyak bangunan tinggi, dengan dinding kaca. Rasanya seperti di bumi. Namun tidak menghilangkan kesan fantasinya.

Awalnya kami dicegat oleh para prajurit. Itu hal yang wajar, karena tidak ada siapa pun yang bisa menemui kaisar, kecuali kaisar sendiri yang ingin bertemu. Ketika kubilang aku sedang membawa jasad tiga pahlawan dunia lain, mereka sama sekali tidak percaya. Aku juga sudah menduga hal ini.

"Mana. Kalian bisa menentukan apakah jasad yang kubawa ini memang milik pahlawan atau tidak."

Mereka setuju untuk melakukan itu dan memanggil penyihir istana untuk mengidentifikasinya. Setelah mereka terkejut melihat kebenaran, aku langsung dikawal. Bukan layaknya tamu, melainkan tawanan. Tentu saja mereka melakukan ini. Saat ini statusku adalah pelaku kematian para pahlawan. Semuanya berjalan lancar. Aku hanya perlu mengikuti alur untuk bertemu kaisar.

Sidang istana kekaisaran. Aku dibawa ke sana dengan pengekang sihir yang membuatku sulit bergerak. Dan menemui kaisar Myriad. Kematian pahlawan adalah masalah serius yang berskala internasional. Tentu saja kaisar harus turun tangan untuk hal ini.

Seorang wanita dengan aura yang kuat memasuki sidang. Dia bukan wanita biasa, aura yang dipancarkannya begitu kuat. Jika ada orang biasa di sini, maka bisa dipastikan mereka akan merasa tercekik dan kehabisan napas, besar kemungkinan mereka kehilangan kesadaran. Bukan hanya itu, setiap dia melangkah, rasanya memberi tekanan mana yang kuat. Dan yang paling mengejutkan adalah wanita itu, Leona von Myriad, ratu sekaligus kaisar saat ini.

Dia ... sudah dewasa. Aku masih ingat terakhir kali kami bertemu. Saat itu dia masih bocah nakal yang berbakat. Itu saat aku masih hidup sebagai Andra. Di mana kaisar Myriad masih Leon, ayahnya. Kemungkinan besar kaisar sebelumnya pasti sudah mati. Karena itu anaknya, Leona mewarisi tahta walau masih muda.

"Aku ingin langsung ke intinya. Apakah kau yang membunuh ketiga pahlawan ini? Karena kau cukup kuat untuk bisa membunuh para pahlawan ini. Dan yang paling penting, bagaimana mereka bisa terbunuh." Itu katanya. Tanpa basa-basi. Aku suka orang sepertinya.

"Bukan aku yang membunuhnya. Melainkan mereka yang bunuh diri. Mereka melawan Dragon of Silence dan berakhir mati."

"Alasan yang konyol. Aku tahu itu monster naga dan bertambah kuat belakangan ini, tapi bagaimana tiga pahlawan dari kekaisaran Alecia masuk ke dungeon-nya dan kalah melawan naga? Siapkan artefak pendeteksi kejujuran!"

Artefak pendeteksi kejujuran diciptakan oleh Yunalesca, penyihir jalang dari Alecia. Sekarang artefak itu sepertinya disebarluaskan, ya. Namun itu tidak akan mengubah apa pun. Karena kemampuan sihirku, perintah mutlak untuk siapa pun dan apa pun.

Aku memegangi artefak itu dan memasukkan mana ke dalamnya. Seketika cahaya timbangan keluar dari sana. Katanya itu adalah lambang dari Dewi Keadilan dan Kejujuran dunia ini, Iz.

"BUKAN AKU YANG MEMBUNUH MEREKA. MELAINKAN DRAGON OF SILENCE. MEREKA MEMAKSA MASUK KE DUNGEON DI WILAYAHKU DAN BERAKHIR MATI. MEREKA BAHKAN MENJEBAKKU DI DALAM DUNGEON. DAN KUDENGAR TUJUAN MEREKA KE DALAM ADALAH ... ASSASSIN OF THE MOON. ARTEFAK INI HARUS MEMBERI TAHU BAHWA AKU JUJUR."

Tidak ada tanda-tanda kebohongan dan pastinya semua orang terkejut. Rencanaku berhasil. Assassin of The Moon adalah sebuah kemampuan yang didapatkan dari Dungeon of Silence, tempatku pertama kali masuk ke tubuhnya Edward. Semua orang berpikir kalau kemampuan itu hanya sekali pakai dan targetnya adalah pembunuhan massal di malam hari. Dengan kata lain, orang-orang akan berpikir bahwa para pahlawan itu diperintahkan kekaisaran Alecia untuk mendapatkan kemampuan tersebut, dan mengaktifkannya di wilayah kekaisaran Myriad. Pembantaian. Aku tengah mengadu domba kedua kekaisaran saat ini.

"Lepaskan Edward van Einzswerg! Kau, kita harus bicara secara pribadi. Para menteri siapkan pasukan dan pesan peringatan pada kekaisaran Alecia. Aku tidak akan tinggal diam ada orang yang ingin membunuh rakyatku begitu saja."

Dia bicara dengan mengeluarkan aura sekaligus mana-nya. Tekanan di sini sangat kuat. Dia benar-benar ... Ratu Terkuat.

***

"Kau memang tidak berbohong. Tidak ada orang sampai saat ini yang bisa mengelabui artefak pendeteksi kejujuran, bahkan Sage Yunalesca sekali pun." Itu yang pertama dikatakannya. Kami sedang berada di kamar pribadinya. Mengenai artefak itu, aku menggunakan kemampuan sihirku untuk memberi perintah atas apa yang kukatakan. Dengan kata lain, artefak itu merespons setiap apa yang kukatakan adalah kebenaran. Karena itu adalah perintah mutlak.

"Lalu, ada apa Yang Mulia?" tanyaku, karena aku yakin dia tidak akan bicara secara pribadi hanya untuk menyampaikan ini.

"Dari jasad mereka yang hancur. Bisa disimpulkan bahwa mereka mati karena ledakan mana. Bagaimana itu bisa terjadi. Mana mereka meledak. Dan yang paling aneh, siapa yang akhirnya mengalahkan Dragon of Silence?"

Ah, dia tidak bodoh. Itu cukup bagus. Karena jika dia hanya kuat dalam bertarung, tetapi tidak memiliki kecerdasan, maka itu tidak akan berguna. Namun, aku selalu bersiap untuk yang seperti ini.

"Aku yang mengalahkan Dragon of Silence. Dengan sihir tingkat atas. Sedangkan mereka bertiga meledakkan diri dengan mana, aku tidak tahu mereka sengaja atau ada yang memicunya di dungeon."

Sebenarnya aku juga berbohong pada semua orang di wilayahku dan Elvina dari awal. Aku mengaku telah kembali dari dungeon dengan ketiga pahlawan yang telah mati. Untung saja kedatangan mereka ke kediamanku tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Mori.

Tunangan Edward juga pulang sendirian awalnya. Para pahlawan itu meninggalkan dirinya. Dan hanya mengatakan pada orang-orang kalau aku sedang dalam bahaya, sehingga menyiapkan banyak prajurit.

"Begitu, ya. Edward, aku mengakui kemampuanmu. Aku tidak akan ragu jika kaubilang telah mengalahkan naga itu. Aku juga tidak ragu kau bisa meledakkan mana pada mereka. Karena itu, aku akan memberimu tugas yang penting. Kuharap kau tidak bisa menolaknya."

Dia sulit dibohongi. Kecurigaannya masih ada padaku. Dan yang paling penting, tugas yang dimaksudnya itu seperti perintah yang tidak bisa ditolak. Dia seperti mengisyaratkan untuk menerimanya, kalau aku tidak ingin kehilangan argumen yang kubangun. Ratu Terkuat ini ... berbahaya. Tapi itu yang kusuka darinya.

"Sebutkan saja apa pun itu. Aku pastikan akan menerimanya, Yang Mulia."