***
Malam hari tlah tiba dengan sambutan sang rembulan dan bintang-bintang di langit. Saat itu, Gio sedang mempersiapkan dirinya untuk kembali pergi ke rumah Yuna. Ya, tentunya untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi pada mereka berdua.
"Hufh ... benar-benar melelahkan dengan semua ini," keluh Gio dengan mengambil kontak motornya.
Tidak lama setelah itu, ponsel milik Gio berdering yang membuat Gio menunda niatnya untuk menaiki sepeda motor itu.
'Drrtt .. Drrt ..'
Sesegera mungkin Gio merogoh ponsel miliknya yang bersemayam dengan baik di dalam kantong celananya. Kemudian dia melihat nama 'Erika' yang tertera jelas di ponselnya.
"Erika? Hah? Ngapain dia nelfon? Haduh, ada-ada saja," ucap Gio sembari menggerutu.
"Halo Erika, ada apa?" tanya Gio langsung pada intinya.
"Sayang ... kamu sekarang ada di mana? Aku pengen ngajakin kamu makan malam, kamu ga lagi sibuk kan sekarang?" tanya sang kekasih.
"Maaf, untuk malam ini aku tidak bisa. Aku sekarang ada urusan penting jadi kita sekarang tidak bisa ketemu dulu."
"Urusan penting? Urusan penting apa memangnya sampai kamu enggak bisa ketemu aku?" tanya Erika kepo dan heran.
"Malam ini aku mau ke rumah Yuna," jawab Gio dengan jujur.
Sejenak Erika menghela dan menghembuskan nafas kasar. Ia menatap Gio dengan segitunya dan mungkin memang Erika sudah terlanjur emosi Setelah dia mengatakan bahwa dia akan ke rumah Yuna.
"Hufh ..."
"Memangnya kamu mau ngapain? Kenapa sih kamu itu harus ke rumah Yuna?!"
"Ck, ya aku ada urusan penting lah, Erika. Aku harus tahu siapa ya mencemarkan nama baik aku dan Yuna! Karena foto dan video yang sudah tersebar luas itu semuanya bohong! Kita sama sekali tidak melakukan itu, jadi tolong Izinkan aku keluar dan menyelesaikan semua ini bersama Yuna, selain itu katanya Rasya juga akan datang untuk membantu aku," jelas Gio yang sedang berusaha membuat pacarnya mengerti.
"Yaudah, kalo gitu aku ikut!" ucap Erika terdengar memaksa.
"Ya kenapa kamu harus ikut?! Kamu di rumah saja dan jangan ikut kita!" bentak Gio.
"Kok kamu gitu sih sama aku?" tanya Erika dengan nada sedih.
"Ah, sudahlah! Mendingan aku langsung jalan aja, aku matiin telfonnya. Bye ... selamat tinggal." Gio langsung mematikan teleponnya.
Tidak lama setelah itu, Gio mulai menaiki sepeda motornya dan akan bergegas ke rumah Yuna karena dia tidak bisa membuang waktu lagi makan lagi waktu untuk mencari bukti bahwa mereka tidak bersalah hanyalah dua minggu.
Sepanjang perjalanan, Gio terbayang-bayang wajah Yuna. Dia rasa bahwa dia sangat mencintai Yuna, begitu juga ketika dia bertemu dengan Yuna pasti dia akan merasakan sensasi yang berbeda ketika berhadapan langsung dengannya. Seperti itulah yang dirasakan oleh Gio saat ini.
"Apa mungkin kalau aku mencintai Yuna?" batin Gio sembari berfikir dengan mengendarakan sepeda motornya.
"Bagaimana jika Yuna sampai tahu kalau aku sudah berani mencintainya, apa dia akan membenciku atau dia akan menerima cintaku? Sepertinya itu sangat tidak mungkin jika Yuna suka padaku, apalagi pada saat masa masa sulit seperti ini," jawabnya.
Sepeda motor Gio terus melaju dengan semestinya, hingga akhirnya dia sudah berada tepat di depan rumah Yuna. Ia pun langsung turun dari sepeda motornya dan segera menuju ke arah pintu rumah Yuna. Gio mulai mengetuk pintunya secara perlahan untuk memanggil Yuna.
'Tok tok tok' Suara ketukan pintu itu berasal dari Gio yang terus-terusan mengetuk pintu utama rumah Yuna.
Tidak lama dirinya menunggu diluar, terdengar suara seseorang yang membukakan pintu itu. Video langsung mengarahkan matanya pada pintu dan mulai menunggu seseorang yang berada di dalam yang akan membukakan pintu untuknya.
Ternyata yang baru saja membukakan pintunya tak lain adalah Yuna sendiri. "Lu udah datang? Ya udah silakan masuk dulu ke dalam," ucap Yuna mempersilakan.
Gio pun masuk kedalam rumah Yuna dan mulai duduk di pinggir sofa.
"Kita mau langsung aja tanpa basa-basi dulu?" tanya Yuna.
"Keknya kita langsung aja deh," jawabnya.
Yuna mengangguk pelan tanda mengerti. "Lu mau minum apa? Biar gua siapin dulu agar enak buat ngobrol nanti," tawar Yuna.
"Kayaknya gak usah, tapi karena lu nawarin gua minum jadi yaudah gua mau minum teh aja," ucap Gio.
"Gua buatin dulu ya, lu tunggu aja di sini dan makan cemilan yang ada di depan lu itu ... Buka aja nggak usah sungkan-sungkan," ucap Yuna.
Gio mengangguk tanda mengerti dengan melengkungkan senyuman di wajahnya. Sementara Gio, dia selalu memperhatikan secara rinci wajah cantik Yuna karena sepertinya dia memang benar-benar terpesona dengan kecantikannya.
"Astaga Yuna, kenapa lu cantik banget jadi cewe? Gua yakin kalau gua itu suka sama lu, pokoknya gua yakin 100%!" batin Gio seakan dia sangat antusias.
Tidak lama setelah itu, Yuna mulai pergi dari hadapan Gio menuju dapur untuk membuatkan segelas teh untuknya sesuai permintaan Gio tadi.
Sepanjang kakinya melangkah menuju ke arah dapur, Yuna slalu berfikir dengan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh Gio padanya karena menurutnya pandangannya dan juga sikap-sikap nya itu mulai aneh padanya. Yuna selalu mencoba berpikir jernih tentang Gio, tetapi keanehan yang ada pada Gio memang membuat Yuna Sebutkan tidak bisa berpikir jernih tentangnya.
"Kenapa Gio bersikap seperti itu ya setiap ketemu sama gua? Emangnya apa masalah dia sama gua? Apa mungkin kalau dia suka sama gua? Ya mungkin aja sih, tapi bukannya dia itu udah punya pacar Erika ya? Jadi ngapain dia masih suka sama gua kalau gitu? Hm ... nggak heran sih, namanya juga cowok pasti udah kayak gitu. Pasti ga akan cukup pada satu wanita," batin Yuna sembari berfikir keras dan terus berjalan.
Sesampainya dia berada di ruangan dapur, dia bertemu dengan ibunya yang ternyata juga berada di sana yang sedang membuatkan kopi untuk suami.
"Yuna? Ngapain ada di sini?" tanya Ibunya.
"Yuna mau buatin teh buat teman Yuna yang ada di depan sekarang, kalau ibu lagi ngapain?" tanya Yuna balik.
"Oh ... Ibu sedang buat kopi hitam buat Ayah kamu, dia sekarang berada di ruang televisi dan katanya dia ingin dibuatkan kopi," jawab ibunya dengan ramah.
Yuna pun mengangguk tanda mengerti dengan tersenyum simpul.
"Masalah kamu tentang kasus itu belum selesai ya?"
"Iya, tetapi dari malam ini Yuna mau Mencari tahu siapa si pembuat dan penyebar foto dan video yang tak benar itu. Doakan semoga Yuna berhasil ya Bu dan bisa membuktikan bahwa Yuna tidak bersalah," ucap Yuna.
Ibunya hanya mengangguk sebagai jawaban lalu melangkah pergi begitu saja dari hadapan Yuna.