"Emang kamu kerja apa sih Ra, sampe kamu harus pindah gini? Dan kenapa kamu harus tinggal di rumah dia mereka coba?"
"Ka, Naura kan udah bilang kalau kerjaan Naura ini ngak aneh aneh kok. Naura cuman jagain orang aja, mantau dia biar ngak ngelakuin hal hal yang aneh."
"Mantau gimana sih? Kakak belum paham sama maksud kamu tau ngak."
Naura menarik nafasnya dalam dalam sebelum menjawab pertanyaan dari Ervin.
"Kak Ervin yang tersayang, jadi kemarin itu kan Naura lagi coba buat cari kerja, nah kemarin sempet Naura nemu resto yang lagi cari orang, tapi ternyata mereka carinya yang bisa masak, padahal kak Ervin kan tau sendiri Naura ngak bisa masak."
Ervin mengernyitkan kening tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Naura.
"Trus?" Tanya Ervin bingung.
"Nah pas Naura di tolak kerja di resto itu, tiba tiba bosnya nawarin Naura kerjaan lain, ker...."
"Kerjaannya ngapain?"
"Astagfirullah, sabar dong kak, kan Naura belum selesai ngomong.. kenapa di potong coba."
"Hehehhe maaf maaf. lanjut aja." Ucap Ervin lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Nah dia nawarin Naura kerja buat jagain anak bosnya.." Naura terdiam sejena memikirkan kata katanya.
"Emm sebenarnya bukan jagain sih, emmmm gimana ya ngomongnya, pokoknya Naura cuman mantau apa yang dia lakuin lah, sejenis asistennya gitu deh kak, ribet ngomongnya."
"Ehh tunggu dulu, kemarin kamu cari kerja?"
Naura mengangguk kecil sambil memasukkan baju bajunya ke dalam koper.
"Kamu ngapain cari kerja? Kan kamu masih sekolah." Ucap Ervin dengan suara yag lebih tinggi dari biasanya.
Mendengar nada lain dari Ervin, Naura langsung menghentikan kegiatannya dan menagalihkan pandangannya ke arah Ervin.
"Ka Ervin, Naura tau Naura masih sekolah, tapi bukan berarti Naura ngak bisa cari kerja kak. Naura masih bisa bagi waktu antara kerja sama sekolah kok. Lagian, Naura ngak mau kalau Naura harus jadi beban buat ka Ervin terus. Naura harus bisa mandiri kak."
Ervin mendekat ke arah Naura dan menatap tepat ke manik mata gadis itu.
"Gue ngak pernah nganggep lo sebagai beban di hidup gue Naura, bahkan gue bahagia banget kalau lo ngerepotin gue. Gue malah selalu berdoa supaya lo selalu ngerepotin gue Ra."
Ervin menarik nafas dalam dalam sebelum melanjutkan kata katanya.
"Gue mohon, lo tetep tinggal di sini. Lo ngak usah terima kerjaan itu Ra."
"Sorry ka Ervin, tapi gue ngak bisa. Gue udah terlanjur tanda tangan kontraknya, dan gue bisa kena denda kalau gue berhenti gitu aja."
"Berapa dendanya, biar gue yang bayar, yang penting lo ngak jadi pergi ke sana."
"Ngak kak, gur udah bilang gue ngak mau ngerepotin lo lagi, thank you karena udah mau bantu gue waktu gue baru sampe di sini. Tapi gue emang bener bener pengen mandiri. Gue pengen buktiin sama papa kalau gue bisa hidup tanpa uang dari dia atau pun kak Ervin. Tolong hargain keputusan gue kak."
Ervin menarik nafas dalam dalam sambil menundukkan kepalanya.
"Kak!!!!!" Panggil Naura pelan.
Ervin mengangkat kepalanya perahan dan kembali menatap Naura.
"Ok, gue hargain keputusan lo Ra. Tapi gue ingetin sama lo, jangan pernah lupa untuk selalu kasih kabar ke gue, dan kalau lo ada masalah langsung kasih tau gue, jangan sampai gue tau dari orang lain."
"Siap pak bos." Ucap Naura sambil mengangkat tangannya, memberi hormat pada Ervin.
Ervin hanya tersenyum kecil lalu mengacak acak rambut Naura.
"Kalau gitu, gue berangkat dulu ya kak."
"Gue anter."
"Ehhh ngak usah, soalnya gue udah di jemput kok."
"Di jemput? sama siapa?"
"Gue di jemput sama anak buah bos gue. Dan tadi gue di kabarin kalau mereka udah di bawah."
"Tapi Ra..."
Naura memberikan senyum manisnya pada Ervin.
"Gue ngak akan kenapa napa kok kak. Gue pasti bisa jaga diri, mereka juga ngak mungkin sakitin gue kok."
"Emmmmm... jaga diri lo baik baik. Dan inget, kalau lo udah sampai di tempat kerja lo, langsung kasih tau alamatnya ke gue."
"Iya kak Ervinnn. Udah ya, Naura pergi." Ucap Naura dan mulai menarik koper miliknya.
"Ehhh satu lagi!!!!" Ucap Ervin yang membuat langkah Naura terhenti.
"Apa lagi kakkk, Naura ngak enak kalau mereka nunggunya kelamaan."
"Kalau mereka ngapa- ngapain kamu, langsung kasih tau kakak."
"Iya iya siap.... udah kan kak? Naura keluar sekarang ya."
"Hemmmm, kopernya mau gue bantu bawain ke bawah sekalian ngak?" Tawar Ervin.
"Ngak usah kak, gue bisa sendiri kok. Lagian kopernya juga ngak berat berat amat."
"Ya udah kalau gitu, lo hati hati deh ya."
"Iya siap." Ucap Naura dan langsung bergegas keluar apartement meninggalkan Ervin yang masih menatapnya.
Ervin menatap punggung Naura yang semakin menghilang dari pandangannya.
Setelah Naura benar benar hilang dari pandangannya, Ervin mengubah pandangannya ke arah apartementnya.
Ervin memandang seluruh isi apartement itu dan membayangkan Naura yang masih berada di sana.
Ervin mulai bergerak ke arah dapur, di sana Ervin membayangkan Naura yang sedang membuatkan sarapan.
Setelah itu Ervin mulai bergerak ke arah ruang tamu, di sana Ervin membayangkan Naura yang sedang sibuk menonton kartun kesukaannya, Ervin tersenyum kecil membayangkan gadis itu yang sejak kecil sangat suka dengan kartun yang di perankan oleh dua anak kecil berkepala botak itu.
Selanjutnya, Ervin mulai bergerak ke arah kamar tidur yang beberapa waktu lalu masih di tempati oleh Naura.
Kamar tidur itu terlihat sangat rapi dan juga bersih.
"Lo emang ngak pernah berubah ya Rs, lo selalu jadi anak yang peduli kebersihan dan paling ngak suka kalau ada yang berantakan." Ucap Ervin bermonolog.
Tiba tiba pandangan Ervin tertuju pada sebuah bingkai foto.
Ervin mendekat, lalu meraih bingkai tersebut.
Ervin tersenyum saat melihat dua anak kecil yang berada di dalam bingkai foto itu.
Senyuman kecil langsung terpancar di wajah tampan Ervin saat memandang kedua anak kecil itu.
Ia tahu betul, siapa orang yang ada di dalam bingkai itu.
"Dari kecil sampai sekarang lo tetep aja cantik ya Ra. Emang ngak salah gue suka sama lo."
"Lo sekarang udah ngak ompong lagi kayak dulu, gigi lo sekarang udah rapi dan bagus. Mata lo yang sipit, dan rambut lo yang selalu wangi dan juga indah, sama kayak waktu lo masih kecil." ucap Ervin sambil mengelus salah satu orang yang ada di gambar itu.
"Gue akan selalu jagain lo Ra, gue akan lakuin apapun asalkan itu bisa buat lo bahagia. Gue sayang sama lo, sayang banget Ra. Gue harap lo sadar sama perasaan gue ke lo." Ucap Ervin dengan tatapan sendu.
Sudah sejak lama Ervin menaruh hati ke pada Naura, sejak dulu perasaan Ervin kepada Naura sudah lebih dari sekedar sahabat dan kakak adil, tapi dia sudah menaruh hati pada Naura.
Ervin tidak pernah berani mengutarakan perasaannya pada Naura karena ia takut jika Naura tidak bisa membalas perasaannya dan malah membuat Naura malah memilih menjauh darinya.
Itu sebabnya Ervin memilih untuk memendam perasaannya ke pada Naura. Dia akan mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya.