webnovel

Berdebat

Hangatnya sinar mentari pagi menyapa bumi, membuat tidur wanita cantik yang sejak kemarin terbaring di ranjang pasien terusik.

Perlahan Adelia membuka matanya, senyum secerah mentari pagi ini menghias bibir suaminya ketika ia membuka mata saat menyambut istrinya bangun.

"Bagaimana istirahatmu, apa berkualitas?" tanya Nathan yang tak lupa memberi kecupan di kening istrinya.

"Sangat, sangat berkualitas dan itu karena suamiku selalu setia berada di sisiku," ucap Adelia ikut tersenyum meresapi setiap perlakuan manis suaminya.

"Sarapan dulu ya Sayang, biar kamu cepat sehat jadi bisa cepat pulang." Nathan meraih mangkuk bubur yang sudah tersedia beberapa menit lalu sebelum istrinya bangun.

Nathan dengan telaten mengurus Adelia, ini pertama kalinya sang istri jatuh sakit hingga harus di rawat, Adelia menerima suap demi suap makanan yang Nathan berikan, Adelia menggeleng saat dirinya sudah tidak mampu menampung makanan lagi.

"Sudah Mas, aku sudah kenyang." Adelia menolak suapan dari Nathan.

"Tapi kamu baru makan sedikit," protes suaminya.

"Aku sudah kenyang, Mas," rengek Adelia membuat Nathan tersenyum gemas.

"Mas sudah sarapan?" tanya Adelia yang dijawab gelengan kepala oleh Nathan. Sontak saja Adelia melotot melihat suaminya menggeleng.

"Mas sarapan dulu! Nanti Mas bisa sakit," protes Adelia.

"Mas sudah sarapan sebelum kamu bangun loh sayang, jadi gak usah ngomel kayak gitu ya!" Nathan menggoda Adelia dengan menjawil hidung istrinya.

"Tadi katanya belum sarapan, bohong ya?" tanya Adelia mengerucutkan bibirnya. Nathan hanya terkekeh kecil mendengar istrinya merajuk karena baginya menggoda Adelia adalah hal yang paling menyenangkan.

"Mas gak kerja?" Adelia kembali bertanya karena ini sudah bisa disebut siang untuk ukuran orang yang bekerja.

"Mas kerja di sini saja ya, sekalian jagain kamu, sebentar lagi mungkin sekretaris Mas datang membawa beberapa berkas yang perlu ditandatangani, sisanya bisa Mas cek melalui email," sahut Nathan enteng.

Adelia terharu dengan sikap Nathan, dirinya merasa begitu dicintai oleh suaminya tersebut. Padahal semalam sempat Adelia berpikiran buruk jika suaminya berpaling darinya karena dia belum juga hamil, tapi mendengar serta merasakan cinta yang di berikan oleh Nathan yang begitu besar membuat keraguan itu pergi, lenyap tak berbekas.

"Terima kasih untuk segalanya, Mas, untuk cinta dan kesetiaan mu," ucap Adelia dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk Nathan, dirinya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Nathan menangkup wajah istrinya membelai serta mengusap lembut air mata yang nyaris jatuh di pipi istrinya.

"Berterima kasihlah dengan benar!" ucap Nathan sambil mengecup kelopak mata Adelia bergantian.

Adelia tersipu ketika Nathan memintanya untuk berterima kasih dengan benar, dirinya sangat hafal apa makna di balik kata yang diucapkan suaminya tersebut. Dengan manja Adelia menepuk pelan dada suaminya.

"Apaan sih, Mas? Ini rumah sakit," ucap Adelia sambil tertunduk malu.

Nathan hanya terkekeh melihat istrinya merona, "emangnya siapa yang bilang ini hotel sih Sayang?" Nathan malah menggoda istrinya hingga mendapatkan hadiah cubitan di pinggangnya.

Nathan pura-pura meringis membuat Adelia menghentikan cubitannya.

"Gak usah manja, orang aku cubitnya gak sakit juga. Lagipula salah sendiri malah menggodaku, aku tahu ini bukan hotel maksudku kalau ada yang pergokin kita gimana?" tanya Adelia.

"Ya gak apa-apa lah, kan kita suami istri, gak ada yang salah toh?" Nathan menjawab dengan entengnya membuat Adelia gemas sendiri.

Adelia hendak membuka mulutnya untuk protes tapi Nathan lebih cepat membungkamnya dengan sebuah ciuman yang terasa begitu lembut dan dalam, Adelia hanya bisa pasrah saat suaminya memberikan ciuman lembut tersebut, tak dipungkiri dirinya juga menginginkan hal yang sama.

Tautan keduanya terlepas saat mereka membutuhkan pasokan oksigen, Adelia menghirup udara dengan rakus memenuhi paru-parunya, sementara Nathan tersenyum kecil sambil mengusap bibir bengkak Adelia karena ulahnya.

Adelia selalu saja tersipu dengan perlakuan manis suaminya meski sudah menikah tiga tahun lebih, saat mereka berdua saling memandang penuh cinta keduanya menoleh saat mendengar pintu diketuk dan terbuka, ternyata dokter datang untuk memeriksa Adelia.

Nathan memberikan ruang untuk dokter tersebut memeriksa istrinya.

"Bagaimana Dokter?" tanya Nathan sambil meraih tangan istrinya untuk dia genggam.

Dokter yang melihat betapa Nathan sangat lembut memperlakukan Adelia hanya bisa tersenyum.

"Nyonya sudah lebih baik, besok sore mungkin bisa pulang jika keadaan Nyonya semakin membaik," ujar dokter sebelum keluar meninggalkan pasangan romanatis tersebut.

Setelah kepergian dokter tersebut Nathan duduk di sisi ranjang Adelia.

"Sayang, Mas minta supaya kamu tidak banyak pikiran, mengabaikan makan hingga mempengaruhi kesehatan apalagi sampai Mas dengar kamu nangis lagi malam-malam, Mas tidak mau terjadi sesuatu sama kamu. Apapun hal yang mengganjal di hati kamu harusnya kamu ceritakan semuanya pada suamimu, mengerti!" Nathan dengan lembut berucap dan berprilaku manis membuat Adelia menelusupkan wajahnya kedalam pelukan Nathan.

Istri mana yang tidak bahagia jika mendapatkan suami sempurna seperti Nathan, tampan, mapan, bucin dan segala hal lainnya ada pada Nathan.

Nathan membalas pelukan istrinya dengan erat dirinya bahkan siap jika tidak mempunyai keturunan asal dia hidup bersama Adelia.

"Tapi Mas aku tidak ingin hubungan Mas dengan Mama jadi berantakan gara-gara aku," ucap Adelia seraya melepaskan pelukannya menatap netra teduh Nathan yang selalu sukses membiusnya.

Tok tok tok

Pintu terbuka setelah Nathan menjawab tanpa berniat membukakan pintu , terlihat ibunya masuk bersama wanita yang kemarin pagi datang kerumahnya bernama Marissa.

Marissa membawa parcel buah dan meletakkannya di nakas, sementara ibunya menatap Nathan tajam tapi anaknya dengan cuek mengabaikan tatapan ibunya.

Nathan sibuk menyuapi Adelia buah tanpa terganggu kedatangan dua wanita yang kini ada di ruangan tersebut.

Adelia menunduk dalam saat melihat tatapan mertuanya dan juga merasa tidak enak akan kehadiran Marissa.

Nathan yang begitu peka langsung saja menangkup wajah istrinya.

"Kenapa, hmm?" tanya Nathan sambil mengecup pipi istrinya membuat wanita lain di ruangan tersebut tersenyum sambil mengepalkan tangannya tanpa diketahui oleh siapapun.

"Manja amat sih, baru juga asam lambung sampai harus nginap di rumah sakit segala," sarkas ibu Nathan.

"Maksud Mama apa? Jangankan untuk Adelia yang memang mengalami asam lambung naik, pikiran stress, tensi darah rendah orang lain hanya demam biasa saja ada yang di rawat karena ingin yang terbaik untuk kesehatannya, begitu pula yang Nathan rasakan. Nathan ingin istri Nathan sehat," sahut Nathan tidak terima ketika istrinya di hina oleh ibunya sendiri, dirinya tidak menyangka jika sang ibu bisa berkata sarkas seperti itu, pantas saja Adelia sampai banyak pikiran ternyata ibunya begitu tega melukai menantunya bahkan di hadapan suaminya sendiri.

"Kamu jawab omongan Mama, Nathan? Hei, Adelia ini semua pasti karena kamu 'kan anak saya sampai berani menjawab perkataan saya?" Ibu Nathan semakin menunjukkan sikap tak sukanya terhadap Adelia.

Nathan yang hendak menjawab perkataan ibunya ditahan oleh Adelia, wanita itu menggeleng karena tidak ingin ada keributan.

"Maaf Ma, tapi tidak pernah sekalipun Adelia menghasut atau melakukan hal apapun itu terhadap Mas Nathan," sahut Adelia.

"Alah, mana ada maling yang mau ngaku, dulu Nathan tidak pernah membantah ucapanku tapi sekarang?" Ibunya berkata sinis sambil melipat kedua tangannya di atas dada.

Marissa mencoba mengambil hati semua orang dengan berlaga seperti ingin menengahi perdebatan tersebut, tapi Nathan malah membalik telak ucapan Marissa yang dinilainya sok bijak tersebut membuat wanita itu diam menahan malu juga marah di saat yang sama.

"Memangnya anda siapa? Berani ikut campur urusan kami?" Nathan bertanya sinis sambil menatap sengit ke arah wanita dengan dandanan super tebal tersebut, dalam hati Nathan berdecih melihat pilihan ibunya terlihat mirip seperti badut.

'Cih, bahkan tanpa berdandan pun Adelia lebih cantik dibandingkan wanita dempulan ini,' batin Nathan.

"Nathan kamu tidak boleh begitu, dia Marissa yang kemarin Mama ceritakan. Mama sengaja mengajaknya untuk membicarakan obrolan kita kemarin." Ibunya naik pitam saat Nathan berkata sarkas pada wanita yang dia ajak.

"Ma ... maksud Mama apa? Dari kemarin Nathan sudah bilang jika Nathan tidak mau! Apa tidak ada waktu sampai kami pulang dan bicara di rumah jika memang ingin bicara hal serius? Ini rumah sakit Ma." Nathan rasanya ingin menangis mendapati jika ibunya bersikeras dengan niatnya.

Sementara Adelia hanya diam tertunduk mendengarkan semua yang mertuanya ucapkan tanpa berani buka suara.