webnovel

Teman Baru

Bukan keinginanku untuk memilih hidup seperti ini. Memiliki nyawa namun, seperti orang yang tidak bernyawa. Hidup dengan orang ramai, tetapi merasa kesepian.

Namaku Andra Susanto murid kelas 6 SD yang memiliki hidup paling suram. Aku memiliki badan yang cukup tinggi dan sedikit kekar. Aku juga memiliki rambut berwarna hitam, ya… seperti anak SD pada umumnya. Aku cukup ahli diberbagai bidang pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Pkn. Nilaiku juga baik dibidang olahraga dan TIK.

Namun, aku tidak bisa merasakan bahagia atas pencapaianku ini. Aku selalu dijauhi oleh teman-temanku. Mungkin…, karena aku terlalu pintar dan aku juga terbilang anak yang penyendiri. Menyendiri adalah sifatku yang tidak bisa aku ubah, aku telah berkali-kali mencoba untuk bergaul dengan orang lain, tapi aku malah menjadi aneh. Aku sedikit kesal dengan sifat "penyendiri" ini.

Memang, aku selalu mendapat nilai tertinggi dikelas, tapi aku merasa tidak puas. Aku terus belajar, belajar dan belajar lagi sampai aku bisa menjadi yang terbaik. Aku juga tidak menyukai sifat egoisku ini. Karena sifat yang ini, aku dijauhi oleh teman sebayaku.

Saat ini, aku sudah tidak memiliki teman, bahkan keluarga. Keluarga yang seharusnya ada disaat aku mengalami masalah dalam hari-hariku, sudah tidak ada lagi. Ayahku sudah meninggal 2 tahun yang lalu, sedangkan ibuku sibuk untuk bekerja. Yah, aku memang orang yang selalu sendiri. Tidak memiliki teman, bahkan tidak ada tempat untuk sekedar bercerita tentang hari-hari yang kualami.

Setiap hari aku hanya menggunakan waktu luangku untuk belajar. Tidak ada waktu untuk game, menonton televisi dan berbagi hal menyenangkan lainnya. Sepi dan sendiri adalah bagian dari hidupku. Buku, pensil dan alat tulis lainnya adalah teman yang menemaniku. Hidup tanpa memiliki teman dan yang selalu sendiri, ini adalah hidupku.

"Eh Andra ! kamu jangan sok pinter dah, aku aja yang orang kaya biasa saja. Aku nggak pernah memamerkan hartaku !" teriak Leno

"Len, aku akan menjawab semua omong kosongmu. Pertama, aku gak sok pinter, karena aku memang pinter. Kedua, aku gak peduli kamu orang kaya atau kamu orang miskin. Ketiga, antara pinter dan kaya itu tidak ada hubungannya !" ujarku dengan tegas

Aku benci mengatakan hal seperti itu. kata-kata seperti ini yang membuat aku tidak memiliiki teman. Aku selalu dijauhi oleh orang lain karena aku pandai bicara. Saat orang lain beragumen tentang suatu hal, aku akan langsung mematahkan argumennya, sehinngga aku di juluki "pengacara sekolah" oleh para guru dan anak-anak yang lain.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru !" kata Bu Lusi sang wali kelasku

"Perkenalkan namaku Arisa Davita, kalian bisa memanggilku Risa. Semoga kita bisa berteman baik, ya !" ujar murid baru itu.

Semua mata anak-anak dikelas, termasuk aku memandang kearah murid baru itu. Dia adalah seorang gadis yang memiliki tubuh ideal serta memiliki senyum yang manis. Rambut panjang miliknya telah mengalihkan pandanganku. Aku merasakan hatiku sedang bergejolak kencang. Aku tidak tau apa yang terjadi denganku. Jantungku juga berdetak kencang saat mengetahui bahwa Risa si murid baru itu duduk disebelahku.

"Salam kenal, namaku Risa !"

"I-iya, namaku Andra."

Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Aku merasa seperti telah menemukan tujuan hidupku. Namun, tujuan itu tiba-tiba saja memudar akibat aku diomongin oleh para murid dikelas ini. "Andra itu sangat beruntung !", "Bagaimana nasib Risa bila duduk bersama dengan si penyendiri itu ?!". Aku berusaha bersabar untuk tidak meluapkan emosiku sekarang.

"Udah sabar aja ! aku tidak merasa ada yang aneh dari dirimu." Ucap Risa dengan nada santun

Aku merasa cukup tenang setelah mendengar kata-kata Risa.