webnovel

I'm Not a Werewolf (Indonesian)

Eric Yudhistira adalah remaja berusia 16 tahun. Dia berasal dari keluarga miskin dan tinggal hanya bersama ayahnya saat ini. Kakaknya Eric yang bernama Rafael telah meninggal beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan. Eric tidak pernah tahu di mana ibu kandungnya. Jadi, Eric ikut mencari uang dengan bekerja paruh waktu, untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Zarius Vasilias adalah iblis yang diusir dari istananya sendiri. Banyak iblis yang membenci Zarius. Karena konspirasi besar, Zarius dieksekusi oleh iblis lain dan melarikan diri ke Dunia Manusia. Meski memiliki penampilan seperti remaja berusia belasan tahun, tapi sebenarnya usia Zarius sudah ratusan tahun. Dan Zarius pernah datang ke Bumi sebelumnya. Bahkan, Zarius menjalin hubungan dengan makhluk bumi. Zarius bertemu Eric di Bumi. Namun, Zarius kehilangan ingatannya sebagai iblis. Eric membantu Zarius yang terluka parah dan memperlakukan Zarius seperti saudaranya sendiri. Iblis yang membenci Zarius mencari keberadaan Zarius hingga ke Bumi. Nama iblis itu adalah Felius. Felius tahu bahwa Eric adalah manusia yang penting bagi Zarius. Bahkan, Zarius menganggap Eric sebagai adiknya sendiri. Faktanya, Eric memang berada di garis keturunannya Zarius. Felius telah mengetahui hal itu. Jadi, Felius melakukan sesuatu pada Eric. Felius mengubah Eric menjadi manusia serigala dan membuat Eric berpikir bahwa Zarius adalah dalang di balik transformasinya. Bagaimana Zarius menjelaskan jika dia bukanlah yang mengubah Eric menjadi manusia serigala? Lalu, bagaimana Eric menjalani hidupnya sebagai makhluk aneh, yang dapat berubah menjadi makhluk buas kapan saja?

Zanaka · Fantasy
Not enough ratings
46 Chs

Tersadar

Brak!!

Klang!!

Pyar!!

Suara-suara yang terdengar semakin keras itulah yang mengganggu tidur Zarius.

Zarius mencoba membuka matanya, meskipun kelopak matanya terasa seperti lem yang direkatkan.

Klang!!

"Kalian semua keluar dari rumah ini! Rumah ini sudah dijual!" Ada juga suara-suara marah. Seperti di dekat Zarius. Namun, Zarius tidak tahu suara bariton siapa itu.

Kepala Zarius sangat pusing sekarang sehingga dia tidak bisa mengingat siapa dia. Namun, suara keras itu semakin mengganggu tidur Zarius.

"Keluar dari sini! Bos kami ingin rumah ini segera dikosongkan!" Lagi-lagi terdengar teriakan dari depan.

Setelah berusaha mengumpulkan nyawanya yang mungkin tertinggal di alam mimpi, beberapa menit kemudian Zarius bangkit. Gerakannya yang tiba-tiba, membuat dunia serasa berputar. Zarius mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya, erat-erat.

Brak!!

Pintu kamar Zarius terbuka dengan kasar. Suara pintu yang bertabrakan dengan dinding mampu membuat jantung Zarius berdetak lebih cepat dari biasanya.

Seorang pria jangkung terlihat berdiri di ambang pintu dan segera datang ke arah Zarius.

Zarius menyipitkan matanya agar penglihatannya yang tadinya kabur bisa melihat dengan jelas.

"Anda siapa?" Zarius berbisik dengan suara serak, khas seseorang yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.

Pria tinggi besar, yang mengenakan rompi hitam, tidak peduli. Sebaliknya, dia meraih lengan Zarius dan menariknya ke pintu. Pria itu membanting tubuh Zarius yang masih lemas keluar ruangan.

Untungnya, tangan kuat Pak Reno menahannya, sebelum tubuh Zarius jatuh ke tanah.

"Kami memang Kan pergi! Kenapa kau begitu kasar pada anak yang terluka ini, hah?!" Pak Reno berteriak, tidak terima. Dia memindahkan Zarius ke pelukan Eric.

Pria itu berjalan dengan angkuh menuju Pak Reno. Dia menunjuk tepat ke wajah Pak Reno.

"Aku akan memberimu waktu satu kali dua belas jam untuk membersihkan semua sampahmu ini! Jika besok pagi aku masih melihatmu di sini, kamu akan tahu konsekuensinya!" Pria berbaju hitam itu mengancam. Dia menabrak bahu Eric yang menyebabkan Eric terhuyung ke samping.

Beberapa saat setelah pria itu pergi, Zarius menatap sedih ke arah Eric yang masih memegangi tubuhnya erat-erat. Pemuda itu terlihat lebih muda dari Zarius, tetapi Zarius tidak mengenali pemuda itu.

"Siapa kamu? Apa yang sebenarnya terjadi, heh?" Zarius bertanya, penasaran.

Pak Reno menunjukkan senyum hangatnya. Dia sangat senang orang asing itu terbangun setelah dua hari penuh tidur. Pak Reno seperti melihat sosok seperti Rafael, putranya yang meninggal, ketika melihat pemuda yang terluka itu.

"Apakah kamu baik-baik saja, Nak? Ah, kami pikir kamu akan mati karena lukamu sangat parah saat itu. Sungguh keajaiban bahwa kamu selamat." Pak Reno berbicara. Dia mengabaikan pertanyaan Zarius. Saat pertama kali melihat Zarius, Pak Reno teringat anak pertamanya yang sudah meninggal, kakaknya Eric. Jadi, Pak Reno merasa sayang pada pemuda asing itu.

Zarius hanya mengangguk sambil tersenyum meski sebenarnya dia tidak mengenal pria dewasa itu.

"Jadi, siapa kalian sebenarnya?" Zarius bertanya kembali

"Seharusnya kami yang bertanya. Sebenarnya siapa kamu? Tiba-tiba kamu datang ke rumah kami dalam kondisi yang menyedihkan. Apakah kamu salah satu korban kejahatan?!" Eric bertanya dengan singkat. Ia sempat menyarankan agar ayahnya melapor ke polisi, tapi Pak Reno menolak karena ingin menjaga pemuda asing itu. Pak Reno mengingat putranya yang meninggal.

Mendengar pertanyaan Eric, Zarius menjadi bingung. Dia terus menggelengkan kepalanya yang semakin pusing, ketika dia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Siapa namamu, Nak?" Pak Reno bertanya dengan lembut, seperti sosok ayah yang berbicara kepada putranya.

"Zarius." Kata itu meluncur begitu saja dari bibir Zarius, tapi setelah itu dia ragu-ragu. "Mungkin ...." tambahnya.

Bersambung ....