webnovel

Chapter 5

Setelah melihat Shani masuk kerumahnya, barulah Vino pergi. Ketika itu juga ia melihat lagi sosok pria berbaju hitam yang sebelumnya mengawasi daerah sekitar toko kosmetik.

Vino menahannya ketika pria berbaju hitam itu ingin pergi "Sebentar, siapa kamu?"

Bukannya menjawab, pria itu mengajak Vino berkelahi. Secara tak sengaja mereka bersentuhan dan Vino dapat melihat sesuatu.

Pria berbaju hitam itu akan menyeret seorang wanita yang mirip dengan Shani. Sayangnya, Vino tidak melihat semuanya lebih lengkap karena ia terjatuh setelah ditonjok dibagian perut oleh pria itu.

Esok harinya, Vino jadi tidak henti-hentinya memperhatikan Shani. Nadse yang tak tahan melihatnya pun menghampirinya.

"Bukannya sudah aku bilang, dia punya seseorang?!" ucap Nadse sambil menyenggol pelan perut Vino.

Vino meringis kesakitan "Aduh.. Hei..hei.. Aku tidak pakai tenaga loh" ucap Nadse keheranan.

"Ini tidak apa-apa" ringis Vino.

"Apa yang salah denganmu sih? Sebentar.. " karena penasaran Nadse pun sedikit menyingkapkan kemeja Vino dan dibuat terkejut setelah melihat bekas luka memar.

"Kenapa bersikap seperti itu" kesal Vino karena sikap Nadse sambil merapikan kembali kemejanya.

"Apa yang terjadi?" tanya Nadse.

"Tidak terjadi apa-apa" jawab Vino singkat.

"Kamu berkelahi dengan orang?" Vino menggeleng "Kalau begitu ada yang memukuli kamu?"

"Bukan seperti yang kamu pikir" ucap Vino.

Vino melirik sebentar kearah Shani yang sedang melayani pelanggan.

"Ayo bicara ditempat lain saja.. " ajak Vino.

Mereka kini duduk di ruangan tangga darurat.

"Menurutmu, apakah ada orang yang dendam kepada Shani?" tanya Vino.

"Tidak ada, karena dia tidak pernah bersikap buruk terhadap orang lain. Kalau pun ada itu mungkin stalker nya" jawab Nadse

"Stalker?" tanya Vino lagi.

"Kamu tau kan, shani itu cantik, kepribadiannya menyenangkan dan bisa dibilang sempurna, jadi pasti ada penggemar yang jadi penguntit" jelas Nadse.

"Kalau memang begitu, besar kemungkinan orang yang memukuli saya adalah stalker shani" ucap Vino.

"Menurutku tidak, aku kenal betul stalker-stalker shani, mereka hanya terobsesi padanya. Lagi pula kamu tidak mempunyai bukti bahwa orang yang memukulmu itu mengincar shani" jelas Nadse.

"Bukti? Bukannya saya pernah bilang saya pernah lihat sebelumnya. Makanya saya tanya padamu, karena kamu yang paling dekat dengan shani" tegas Vino.

---------------------

Malam ini, Vino kembali bertugas membagi-bagikan sample didepan mall. Tak sengaja, ia melihat seorang wanita berjalan didepannya, dari arah belakang wanita itu sangat persis seperti yang dilihat dibayangan pria berbaju hitam pada waktu itu.

Tanpa menunggu lama, ia pun segera masuk kembali kedalam toko kosmetik.

"Dimana Shani?!" tanya Vino pada semua pegawai toko.

Semua pegawai melihat sekeliling mencari Shani.

"Shani tadi baru saja pergi, kalau tidak salah ada laki-laki yang datang mencari dia dan memintanya untuk bertemu" jawab Feni.

"Ah.. Sepertinya dia akan menolak pria itu" ucap Nadse.

"Jangan khawatir.. Ini selalu terjadi pada shani, dia hanya mengajaknya berbicara dan setelah itu ia kembali lagi" lanjutnya.

"Sudah saya bilang tidak akan berakhir seperti itu!" tegas Vino dan langsung pergi mencari Shani.

Dalam perjalanan karena tidak tau dimana lokasi Shani, Vino langsung menelpon Shani.

"Hallo.. Shani, kamu dimana?" tanya Vino langsung.

"Aku ada ditaman, aku ada urusan dengan seseorang" jawab Shani disebrang sana.

"Taman dimana?" tanya Vino lagi.

"Taman dekat rumahku" jawab Shani.

Tanpa pikir panjang Vino langsung berlari menuju rumah Shani.

Sesampainya disana Vino melihat Shani sedang berdiri diatas dekat tangga. Ia berteriak memanggil nama Shani dan menyuruhnya untuk turun dari sana.

Namun, Shani malah mengabaikannya, karena ada telepon masuk. Saat diangkat, ia tak mendengar suara siapapun, dan tiba-tiba muncul si pria berbaju serba hitam dari belakangnya.

Pria itu membekap mulut Shani dan menyeretnya, untungnya Vino datang diwaktu yang tepat. Vino langsung mengalihkan perhatian, hingga dirinyalah yang menjadi sasaran kemarahan pria itu. Mereka saling baku hantam, dan pria itu memukul tepat dibagian yang sama dengan yang sebelumnya, membuat Vino kesakitan hingga terkapar lemas.

Tak sampai disitu saja, pria itu mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya. Shani yang tidak bisa berbuat apapun, hanya bisa berteriak dan memohon agar pria itu tidak berbuat jahat.

Tiba-tiba, terdengar suara sirine mobil polisi. Pria itu pun langsung berlari kabur, Vino hendak mengejarnya. Namun, disaat itu juga Boby muncul. Ia meminta Vino untuk tetap diam karena diri nya lah yang akan mengejar penjahat itu.

"Boby? Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Shani.

"Nanti saja aku jelasinnya ya" jawab Boby dan langsung pergi mengejar pria berbaju hitam itu.

Polisi pun turut membantu mengejar pria itu, tinggalah hanya Shani dan Vino disana.

"Vino.. Kamu baik-baik saja?" panik Shani.

"Bagaimana bisa baik-baik saja.. " Vino mengerang kesakitan.

"Seperti yang saya bilang, shani. Masalah terbesarmu adalah terlalu mudah percaya pada orang lain" lanjutnya.

Tak mengatakan apapun, Shani malah menangis tersedu-sedu.

"Ada apa? Apa kamu terluka?" tanya Vino.

"Bukan itu, aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu" ujar Shani.

"Sudahlah.. Saya tidak apa-apa, jadi berentilah menangis" pinta Vino.

Karena refleks,... Vino langsung menarik Shani kedalam pelukannya, untuk menenangkannya.

---------------------

Shani ditemani Boby duduk di depan ruang UGD tempat Vino berada saat ini.

"Kamu pasti sangat terkejut" ucap Boby yang melihat Shani sangat cemas.

Shani hanya diam dan matanya terus melihat ke arah pintu UGD.

"Aku belum menjelaskan padamu, kenapa aku bisa berada disana" ucap Boby.

"Aku tadi mampir ke tempat kerjamu, dan mendengar semuanya dari nadse. Kupikir ada yang tidak beres, jadi aku pergi kesana" lanjutnya.

"Maafkan aku karena sudah membuatmu khawatir" lirih Shani.

"Tidak apa-apa, aku senang kamu baik-baik saja" ucap Boby.

Tak lama kemudian, Vino keluar dari ruangan UGD dan ingin dibawa menuju ruangan rawat inap oleh beberapa perawat.

"Vino.." lirih Shani.

"Apa kau menemukannya" tanya Vino pada Boby.

Boby menggangguk "Aku baru saja dari kantor polisi untuk membuat laporan"

"Ayo.. " ucap Vino kepada perawat dan ia pun langsung dibawa menuju kamar inap.

"Kamu ikuti saja dia, aku akan tetap disini menunggu dokter untuk mendengar hasil pemeriksaan" ucap Boby pada Shani.

"Baiklah" kata Shani dan pergi mengikuti perawat yang membawa Vino.

Sesampainya dikamar inap, perawat pun meninggalkan Vino dan Shani.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Shani.

"Tentu saja tidak, bagaimana bisa dalam keadaan seperti ini saya baik-baik saja" sanggah Vino.

"Maaf.. " lirih Shani.

"Tidak perlu meminta maaf" ucap Vino.

Tak sengaja Vino melihat tangan Shani yang dibalut perban "Apa kamu terluka?"

Sadar karena Vino melihat tangannya yang diperban, Shani langsung menyembunyikannya "Aku baik-baik saja, hanya ada luka kecil"

"Jangan lakukan itu lagi, saya tidak mau kamu terluka" ucap Vino.

Mendengar hal itu, Shani hanya terdiam. Datanglah Boby yang baru saja bertemu dengan dokter.

"Aku baru saja melihat hasil rontgen dan mendengar penjelasan dokter" ucap Boby.

"Dokter bilang lukamu tidak terlalu parah, hanya ada beberapa tulang rusuknya yang retak, dan itu akan kembali normal jika kamu beristirahat selama seminggu disini" lanjutnya.

"Apa katamu?! Apa menurutmu jika tulang rusuk yang retak itu tidak parah?" ungkap Vino dengan nada marah.

Boby hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya "Terima kasih, karena kau shani selamat"

"Saya tidak memiliki tenaga untuk mengangkat tangan saya" ucap Vino dingin.

-

-

-

---------------------------------------