Vino kini bekerja part time di toko kosmetik. Tampilannya sangat berbeda dari yang sebelumnya, ia mengenakan kemeja rapih dan memakai kacamata. Gaya rambut yang berponi, membuat dirinya terlihat polos dan lebih imut.
Toko kosmetik itu adalah tempat kerja wanita 'Malaikat' dan temannya yang tempo hari datang ke kedai untuk diramal.
Oh iya, nama asli wanita 'Malaikat'itu adalah Shani Indira dan temannya bernama Nadse Salsabila.
"Hai.. Saya Vino, saya pekerja baru disini, jadi mohon bantuannya" Vino memperkenalkan diri dengan sangat sopan.
"Shan.. Sepertinya aku pernah melihat dia. Tapi dimana ya?" bisik Nadse.
"Perasaan kamu aja mungkin" jawab Shani dengan berbisik.
"Ah.. Mungkin wajahnya memang pasaran.." ujar Nadse.
Melody yang merupakan bos mereka di toko kosmetik itu, membacakan biodata yang tertulis dilembar lamaran kerjanya. Data yang tertulis di lembar lamaran itu adalah data palsu, disana tertulis bahwa Vino adalah seorang mahasiswa Universitas Nasional Jakarta yang berhenti kuliah untuk sementara waktu.
Mengapa Vino harus mempalsukan biodata dirinya dan mengapa ia bekerja di toko kosmetik itu? Bukan kah ia sudah mempunyai pekerjaan di kedai milik temannya?
[ FLASHBACK ]
Pada malam harinya, Vino menceritakan apa yang dilihatnya ketika memegang tangan wanita 'Malaikat' itu kepada Mario.
Sayangnya ia tidak bisa melihat secara detail, ia hanya tau jika wanita itu akan terjatuh dari sebuah tangga. Ia tak mengetahui pasti, dimana lokasinya atau kapan kejadian itu akan terjadi.
"Kenapa kamu tidak langsung menolongnya?" tanya Mario.
Vino menggelengkan kepalanya.
"Cih! Tidak punya hati sekali kamu, tau seseorang dalam bahaya tapi tidak menolongnya" tuduh Mario.
"Kalau bisa menolong, pasti aku akan menolongnya. Tapi, bagaimana caranya?" tanya Vino.
"Gampang.. Tinggal sentuh dia sekali lagi, nanti kamu bisa tau kejadian itu dengan jelas" jawab Mario.
Vino menarik nafanya dalam-dalam "Kamu kira mudah menyentuh seseorang. Kamu pikir dengan senang hati dia akan mengatakan 'Silahkan sentuh saja aku'... Kamu ingat, tadi saja mereka sudah menganggapku layaknya penipu kelas berat"
"Aku tidak peduli itu, aku akan memberikan drone kesayanganku asalkan kamu mau menyelamatkan malaikatku" ucap Mario.
Setelah terjadi tawar-menawar yang lumayan alot, akhirnya Vino mau melakukannya.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Vino.
"Aku punya ide..., bagaimana jika kamu menyamar sebagai pekerja part time di tempat malaikatku bekerja?" usul Mario.
"Nanti disana kamu bisa menyentuhnya dan mencari tau sebab ia terjatuh dari tangga" lanjutnya.
Vino terlihat menimbang-nimbang "Baiklah..."
[ FLASHBACK END ]
Vino terus menggerutu karena tidak menyukai pekerjaannya itu. Ia harus berdiri didepan toko untuk membagi-bagikan sample kosmetik gratis kepada pengunjung mall yang lewat didepannya. Ditambah lagi ia harus mengepel lantai sendirian saja.
Namun, ditengah kesibukkannya itu ada sesuatu yang mencurigakan. Seorang pria mengenakan pakaian serba hitam, seakan-akan terus mengawasi daerah tokonya. Ketika Vino menatapnya, pria itu langsung pergi begitu saja.
Ketika suasana toko kosmetik itu sepi, ia berusaha mendekati Shani. Sekejap ia terdiam, terpana akan kecantikan wanita itu. Namun, ia sadar kembali dan langsung mencari taktik untuk bisa bersentuhan dengannya.
"Hai.." sapa Vino.
"Ya hai.. " Shani menyapa balik.
"Boleh saya minta tolong?" tanya Vino.
Shani mengangguk "Boleh, minta tolong apa?"
"Saya pegawai baru disini, jadi saya belum tau produk-produk ditoko, terutama produk kosmetik wanita. Apa kamu mau menuliskan nama-nama produk ditangan saya?" kata Vino sambil menyodorkan tangannya.
"Tentu saja" Shani pun menyetujuinya.
Ketika mereka bersentuhan, Vino langsung memejamkan matanya dan langsung bisa melihat sesuatu.
Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Karena, belum menuliskan apapun, Shani mengingat jika dirinya pernah menuliskan hal itu dikertas kecil.
"Tunggu, sebentar ya. Aku mau mengambil kertas kecil itu" Shani pergi untuk mengambil kertas kecil yang ia simpan.
Tidak berapa lama ia pun kembali "Ini dia, boleh pinjam handphonemu?"
Vino memberikan handphonenya dan Shani menempelkan kertas kecil itu dibelakang handphone milik Vino.
"Nah selesai.. Jadi Vino, bekerjalah dengan tekun ya.. Semangat!" ucap Shani.
Vino hanya bisa terdiam kesal "Semangat apanya.. " gumam Vino dalam hatinya.
---------------------
Hari telah berlarut, Vino yang telah bekerja seharian berjalan dengan wajah yang kusut. Tiba-tiba, muncul Shani yang berlari kearahnya.
"Vino, kamu bekerja keras hari ini" ucap Shani.
"Bekerja keras apanya.." kata Vino.
"Nanti akan lebih baik kok.. Staf kita semuanya ramah dan baik" kata Shani.
"Ah oke.. " kata Vino lesuh.
"Kamu mahasiswa kan?" Vino mengangguk "Jurusan apa?"
"Manajemen bisnis" jawab Vino.
"Manajemen bisnis? Kenapa cuti?" tanya Shani lagi.
"Karena biaya, biaya kuliah sekarang sangatlah mahal. Orang tua saya hanyalah petani, saya tidak mau terus menerus membebani mereka" jawab Vino.
"Anak yang berbakti sekali.. " ucap Shani sambil tersenyum.
"Wah! Tidak sangka aku bisa jadi pembohong yang hebat" gumam Vino dalam hatinya.
"Ah iya shani, apa kamu masih tinggal dengan orang tuamu?" tanya Vino.
"Tidak, orang tua ku sudah meninggal sejak aku masih kecil" jawab Shani.
"Ah maaf... Seharusnya saya tidak bertanya" kata Vino.
"Tidak apa-apa.." kata Shani.
"Sebentar... " Shani merapikan kerah kemeja yang Vino pakai dengan inisiatifnya sendiri.
Setelah merapikan kerah kemeja Vino, Shani langsung melihat ke arah seorang pria berjas hitam yang tengah berdiri didepan mobil mewah.
"Boby... " teriak Shani.
"Aku Duluan ya" pamit Shani pada Vino.
Shani berjalan menghampiri Boby dengan tersenyum, menandakan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
"Lelah ya hari ini?" tanya Boby pada Shani.
"Tidak, biasa aja kok" jawab Shani.
"Ayo masuk" ajak Boby.
Shani menoleh ke arah Vino dan tersenyum, Vino pun membalas senyuman Shani. Setelah itu, Shani masuk kedalam mobil mewah tersebut meninggalkan Vino.
---------------------
Vino datang ke cafe milik temannya, Mario. Ia terus menggerutu tidak jelas tentang pekerjaannya.
"Hai, bagaimana?" tanya Mario.
"Bagaimana apanya? Kau tau, menyentuh kulit seorang perempuan itu tidak semudah yang kamu bayangkan" jawab Vino.
Mario menghela nafasnya dengan kasar.
"Ah iya.. Apa drone nya dibawa tidak?" tanya Vino.
Lagi-lagi Mario menghela nafasnya dengan kasar dan mengambil drone miliknya "Ini.. Ingat dia sangat sensitif.."
Vino tersenyum "Itu bukan urusanmu lagi. Karena drone ini sudah menjadi milik ku"
"Hei, menurutmu dia bagaimana?" tanya Mario.
"Shani maksudmu?" Mario mengangguk "Dia baik, dan selalu tersenyum walaupun lelah"
"Benar kan! Dia adalah wanita idaman" ucap Mario dengan wajah yang sumringah.
"Tadi ada laki-laki yang menjemputnya setelah selesai kerja, sepertinya pacarnya" ucap Vino.
"Hm.. Aku tau itu. Lelaki itu ganteng tidak?" tanya Mario.
"Hm.. " jawab Vino yang asik dengan drone yang diberikan Mario.
"Lebih ganteng daripada aku?" tanya Mario lagi.
"Jelas lebih ganteng daripada kamu" jawab Vino dengan entengnya.
"Hei!" Mario dengan refleks memukul belakang kepala Vino "Sialan.. "
Mario meninggalkan Vino yang tengah mengelus belakang kepalanya yang dipukul olehnya.
Setelah Mario pergi, secara tidak sadar Vino melamun, membayangkan betapa cantik dan baiknya Shani selama ia lihat seharian ini.
Esok harinya, Vino kembali bekerja. Ia memajang patung sterofoam model salah satu kosmetik yang dijual ditoko.
Entah apa yang terjadi, ia selalu tersenyum ceria. Padahal ketika sadar, Vino kebingungan dengan dirinya sendiri.
"Kenapa aku merasa bahagia? Apa yang membuat mu bahagia? Sadar Vino, kau bukan orang yang seperti itu" gumam Vino dalam hatinya yang bertanya pada dirinya sendiri.
Vino pun berjalan ke dalam toko.
"Vino.. Vino.. " panggil Melody sambil menghampiri Vino.
"Ya? Ada apa?" tanya Vino.
"Apa kau sibuk malam ini?" tanya Melody.
"Tidak.. Ada apa memangnya?" tanya Vino balik.
"Apa lagi? Kita harus buat pesta penyambutan untuk kamu bukan?" ucap Melody.
"Ah.. Tidak usah, tidak perlu seperti itu" Vino menolak.
Melody terus membujuknya untuk pergi, secara tidak sadar ia bahkan menyentuh tangan Vino.
Detik itu juga, Vino langsung melihat. sesuatu. Ia melihat saat Melody sedang berteriak memanggil nama Shani, seakan-akan ada hal yang buruk yang terjadi kepadanya.
Karena kaget, Vino langsung menarik tangannya.
"Ada apa?" tanya Melody yang merasa keheranan.
Vino menggelengkan kepalanya "Tidak, tidak ada apa-apa"
Melody masih kebingungan melihat sikap Vino saat ini. Namun, sebelum pergi meninggalkannya, ia tetap mengingatkan Vino untuk datang ke acara Welcoming Party malam ini.
-
-
-
---------------------------------------