webnovel

Ify Killer 1

Aku berjalan pelan menuju ke dapur apartemen. Aku membuka kulkas dan ku lihat ada beberapa kaleng bir yang sempat ku beli tadi siang. Ku ambil minuman kaleng itu dan membawanya menuju ke ruang tamu, tak lupa juga sebungkus cemilan. Ku nyalakan televisi dengan bosan. Acara tak menarik setiap pagi membuatku ingin datang ke studio televisi yang menayangkannya lalu membunuh mereka semua. Akan ku ancam mereka agar membuat acara yang menarik, misalnya saja menayangkan sebuah acara pembunuhan secara live. Cih! Sepertinya akan sangat menyenangkan.

Tak sengaja aku mengubah channel televisi. Ada sebuah berita unik pagi ini. Berita tersebut menayangkan sebuah pembunuhan yang terjadi kepada seorang wanita. Mayat wanita itu terbunuh di rumahnya sendiri dengan luka tikaman di dada. Aku tersenyum tipis saat melihat berita ini. Siapa lagi pembunuhnya kalau bukan aku, si Ify Killer. Hahaha ….

Yes! I was Ify Killer. Aku sudah membunuh banyak orang sejak umurku 9 tahun. Walaupun orang-orang berkata kalau aku sudah membunuh selama 3 tahun, namun nyatanya aku telah membunuh lebih dari itu, sekitar 5 tahun lebih. Korban pertamaku adalah ayahku sendiri. Aku membunuh dia karena dia sudah berani mengkhianati keluarganya sendiri. Asal kau tahu, ayahku berselingkuh tepat di depan mataku. Dengan refleks aku langsung membunuhnya setelah pertemuan dia dengan si wanita itu berakhir. Wanita yang ku bunuh semalam adalah si pelaku. Dia sempat ku bebaskan dan ku biarkan berkeliaran agar suatu saat nanti aku bisa membalaskan dendamku. Seperti yang ku lakukan semalam padanya. Rasanya sangat melegakan. Tentu saja dia tidak tahu kalau aku yang sudah membunuh ayahku sendiri.

Korban keduaku adalah mamaku sendiri. Aku tahu aku adalah gadis terkejam di bumi ini. Membunuh mamaku sendiri dengan alasan yang sama. Ya, dia juga melakukan pengkhianatan kepadaku. Ditambah dia memilih pergi bersama laki-laki pujaannya dibandingkan mengurus anaknya sendiri. Karena geram, aku mendatangi rumah tempat tinggalnya dan membunuh dia di saat dirinya sendirian. Tentu saja aku tak meninggalkan jejak. Dengan begitu, aku membuat mamaku seakan-akan bunuh diri dengan menikamnya di perut dan pisau yang ku jadikan senjata pembunuhan ku taruh di tangannya. Sebisa mungkin aku tak meninggalkan jejak.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diriku. Nama asliku Ify Ruth Skyler, aku tinggal di Los Angeles. Aku seorang pembunuh bayaran. Awal mula menjadi seorang pembunuh bayaran yaitu saat aku sedang kesusahan dan hidup sendiri. Tak punya tempat tinggal, hidup di jalanan dan tak punya uang sedikitpun. Uangku habis karena selalu memboros dan membeli barang-barang tak penting. Saat itu aku melihat seorang pria sedang membunuh. Dengan beraninya ku hampiri dia. Tentu saja orang tersebut terkejut akan kedatanganku yang tiba-tiba serta tak takut berurusan dengan seorang pembunuh. Tanpa pikir panjang aku langsung berkata kalau aku juga ingin membunuh, tapi harus mendapatkan bayaran. Aku tak memiliki uang dan tak bisa makan kalau aku tak mendapatkan uang itu. Dengan senang hati, pria yang ku temui itu mengajakku ke sebuah perusahaan ilegal. Perusahaan tersebut merekrut para kriminalitas untuk dipekerjakan dengan gaji yang lumayan. Setiap pelaku kriminal memiliki gaji yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan dan kehebatan menghindar dari polisi. Misalnya saja aku dan pria yang ku temui saat itu. Gajiku cukup besar karena aku lumayan profesional. Bosku mengakui itu!

Nama bosku adalah Mr. Robert. Dia seorang pria bertubuh besar dan banyak melakukan kriminalitas di masa lalunya. Perusahaan ilegal yang dia jalani bernama California Vaugh, atau biasa disebut CV. Polisi tak bisa menyentuh perusahaan ini. Mungkin Mr. Robert bisa disebut sebagai mafia. Dia memiliki banyak akses untuk menutupi aksi kami dari pengawasan kepolisian. Aku tidak tahu bagaimana mereka melakukannya, aku tak perlu mengetahui hal tersebut karena tak ada hubungannya denganku. Bosku bilang tugasku hanyalah melaksanakan misi tanpa harus mengetahui tentang perusahaanku sendiri. Ya, lagi pula aku tak peduli.

Aku menyambung hidupku dengan melakukan hal tersebut. Walaupun polisi terus mengejarku, tapi aku tak akan pernah menyerah. Jika aku berhenti sebagai pembunuh bayaran, bagaimana caraku untuk meneruskan hidup? Apa polisi mau membantu orang miskin sepertiku? Tidak kan? Kalaupun ada seseorang yang ingin mempekerjakanku dengan cara bersih, aku yakin tak akan bertahan lama. Ditambah keuangan yang ku terima tak akan cukup. Berbeda lagi kalau aku bekerja di California Vaugh, aku akan memiliki uang dengan jumlah yang banyak dalam sekejap.

Ku matikan televisi karena bosan. Tak ada tontonan yang menarik di pagi ini. Mungkin aku harus mencari udara segar. Setidaknya aku harus menjernihkan otakku sebelum nanti malam kembali beraksi. Aku pun mengambil jaket dan memakainya. Tak lupa sarung tangan, masker dan senjata membunuhku untuk berjaga-jaga. Aku tak ingin sesuatu terjadi kepadaku, makanya aku membawa senjataku untuk menusuk orang kalau-kalau dia macam-macam denganku.

Aku berjalan sendiri di atas trotoar jalan dan menikmati indahnya pagi hari di California. You know? California is the most beautiful city that had I dreamed about. California is the best. I like it. Apalagi suasana pagi seperti ini, sangat-sangat indah. Aku pun melangkahkan kakiku menuju ke markas bosku di mana tempat itu tak jauh dari perumahan Beverly Hills yang ku lewati tadi. Aku masuk ke dalam sana dengan santai. Semua pekerja di sini tahu siapa aku, wajar saja kalau mereka sempat menyambutku dan membiarkan aku masuk keluar bangunan ini seenaknya. Setelah menaiki elevator menuju ke lantai tiga, ku hampiri kantor Mr. Robert.

"Hai, Baby! Ada tugas untukmu," katanya.

"Tugas apa?" tanyaku. Lalu Mr. Robert menyalakan laptopnya yang sudah tersambung di layar proyeksi. Tak lama muncullah sebuah foto di layar tersebut. Foto seorang lelaki lumayan tampan, bermata hitam dan warna kulit cukup putih. Namun, aku merasa tak asing dengan wajah di foto itu.

"Cari dia! Dia bernama Rio Vicious. Dia adalah seorang pembunuh hebat, sehebat dirimu. Namun hati-hati, dia adalah pembunuh yang licik. Usianya 13 tahun sama seperti kau, Ify. Ah! Satu lagi," ucapnya tertahan. Ku lihat dia kembali menampilkan sebuah foto lelaki berambut gondrong, bermata hitam dan lumayan lucu. "Dia bernama Raynald Devil. Dia adalah adik dari Rio Vicious. Kau harus mencari kedua anak ini. Jika kau berhasil, aku akan menggajimu sepuluh kali lipat dari biasanya."

Waw! Mr. Robert akan menambahkan gajiku sepuluh kali lipat dari biasanya? Menakjubkan! Aku harus benar-benar mencari sosok Rio Vicious dan adiknya itu. Aku pun mengangguk dengan semangat. "Oke, karena gaji gue ditambah, gue akan berusaha menemukan mereka," balasku.

"Baiklah. Kau memang terbaik, Ify. Ingat! Kau harus mendekati mereka, memperdaya mereka dan jangan terlalu terburu-buru. Tenang saja! Aku tak akan memberimu waktu singkat. Jika sudah waktunya, kau boleh membawa kedua anak itu kesini." Aku mengangguk saja. Ini adalah pekerjaan mudah bagiku. Oh tidak! Bahkan sangat mudah untukku. Rio Vicious, I will find you. Immediately and Raynald Devil, you too!

***

Aku menyandarkan tubuhku di sandaran ranjang sambil memangku laptopku di atas paha. Lalu menyalakannya dan memasang flashdisk di sisi laptop berwarna putih ini. Aku mencari-cari sebuah foto yang tadi sempat diberikan oleh Mr. Robert. Ku lihat foto itu, seorang lelaki tampan, berkulit putih dan bermata hitam sedang menunduk sambil berjalan di atas trotoar. Wajahnya cukup terpampang di kamera. Aku merasa benar-benar pernah melihatnya. Namun di mana?

Lalu aku melebarkan mata, ku ambil dompet milik si Rio dan membukanya lalu mengambil kartu identitas. Ku perhatikan dan ku samakan foto yang ada di kartu tersebut dan yang di foto. Jika dilihat dengan jelas, kedua foto ini sama. Wajah yang sama, postur tubuh yang sama, rambut yang sama dan pastinya warna kulit yang sama. OH MY GOD! Aku baru ingat, lelaki ini adalah lelaki yang kemarin menabrakku. Oh … ternyata dia Rio Vicious yang diberita itu. Tunggu! Jika memang lelaki ini Rio Vicious, mengapa dia tidak memakai masker jika keluar rumah? Bukankah nama Rio Vicious itu sudah terkenal? Hh, benar-benar aneh.

Aku pun mencari foto yang lainnya. Ku lihat, seorang lelaki bertubuh kecil sedang menunduk dan menunjukkan kedua jari tengahnya kepada kamera. Wajahnya terlihat jelas. Ya, ini yang namanya Raynald Devil. Aku sudah mengetahui bagaimana wajah anak ini.

Aku sudah mengetahui mereka. Jadi, sekarang aku harus menemui mereka dan memancing keduanya agar mau bertemu dengan bos. Berbicara tentang boss, sebenarnya apa yang ia inginkan sampai-sampai ia harus menyuruhku untuk membawa kedua pembunuh ini ke CV? Apa yang akan dilakukan Mr. Robert? Apa jangan-jangan dia ingin kedua pembunuh itu menjadi anggota di sana? Entahlah. Aku sama sekali tidak tahu dan lagi pula itu tidak penting untukku.

Bersambung …