webnovel

Gadis itu 3

Ify berjalan pelan di atas trotoar jalanan. Di tangannya terdapat sebuah benda yang ia mainkan, mulutnya mengunyah permen karet di balik masker dan ia menggunakan earphone di telinganya. Malam ini Ify tampak santai dan tak tengah bekerja. Rencananya dia akan pergi membeli kebutuhan di apartemen. Tak mungkin dia akan mengabaikan kebutuhannya sendiri di tempat itu. Mau tak mau Ify harus membeli persediaan. Langkah gadis ini terhenti saat dia melihat seseorang yang dia kenal berdiri di sebuah halte bus. Dia pun melepaskan earphone yang dia pakai lalu memasukkannya ke dalam saku hoodie. Gadis ini menghampiri seseorang tersebut.

"Malam ini ramai banget ya?" tanya Ify sambil membuka maskernya di hadapan orang itu. Orang tersebut tampak terkejut. Sepertinya dia mengenali Ify.

"I-ify? Apa kabar, Nak? Sudah lama kita tidak bertemu," sapanya. Rupanya dia adalah seorang wanita berumur 30 tahun. Wanita ini terlihat gelagapan dan gugup saat gadis itu berada di dekatnya. Ify yang melihat reaksinya hanya mendesis.

"Sialan! Kenapa gua bisa ketemu sama anak sialan ini? Kenapa juga dia malah nyapa gua? Bikin risih aja. Gua tau itu yang lu pikirin tentang gua. Gak usah basa-basi!" balas Ify dengan tajam sambil meliriknya dengan ekspresi tak suka. Tak lama dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ehm … ayolah, Ify! Jangan memulainya lagi, lebih baik kita baikan ya?" Alih-alih menyetujui tawaran wanita itu, Ify malah tertawa meremehkan. "Ehm … kamu mau ikut Tante? Tante bakalan beliin apapun yang kamu mau asalkan jangan ganggu Tante lagi."

Dengan cepat Ify menoleh. "Gua bukan bocah ingusan yang mau aja dibeliin barang-barang gak penting dari hasil uang seorang jalang. Yang gua butuh sekarang adalah kebahagiaan gua yang udah lu hancurin dalam sekejap," balasnya membuat si wanita langsung terdiam dan kikuk. Dia bingung harus bersikap seperti apa lagi untuk menaklukkan anak ini.

"Maafkan aku, Ify! Kau jangan membahas hal tersebut di sini. Ka–"

"Kenapa? Lu takut orang-orang di halte ini tau kalau lu pelacur yang udah ngerusak kebahagiaan seorang anak karena udah merebut ayahnya?" tanya Ify. Beberapa orang yang ada di sekitar mereka melirik dan memperhatikan apa yang dikatakan Ify. Wanita ini semakin gelagapan sambil melirik ke kiri kanan. Dia khawatir kalau orang lain mendengar pembicaraan mereka.

"Ify, kita bicarakan di rumah Tante saja ya? Yuk!"

"Ogah!"

"Ayolah, Ify! Tante minta maaf sama kamu. Waktu itu Tante tidak tahu kalau ayah kamu sudah memiliki seorang istri," ucap wanita tersebut mencoba menjelaskan agar gadis muda ini tak lagi membencinya.

"Lebih tepatnya lu pura-pura gak tau." Semakin dirinya mencoba menjelaskan, Ify semakin mempertegas suaranya agar didengar oleh orang lain. Dia sengaja melakukan hal tersebut agar membuat si wanita yang ada di sampingnya ini malu. Benar saja! Beberapa wanita yang duduk di halte membisikkan kekejaman wanita itu.

"Ify, ayo ikut Tante ke rumah!" Tangan Ify ditarik paksa oleh wanita tersebut. Ify segera menepis tangannya dengan kasar.

"Lepasin!"

"Tante mau memberi tahu kamu tentang apa yang ayah kamu katakan sama Tante dulu. Setidaknya kamu harus tahu bahwa kesalahan itu bukan hanya di Tante saja, tapi ayah kamu juga," jelasnya. Ify langsung menoleh sambil memasang tatapan tajam. Dia tak suka kalau orang di sampingnya itu terus membela dirinya. Padahal Ify tahu betul kesalahan wanita ini. Seketika saja dia tersenyum sinis saat mendapatkan sebuah ide.

"Oke. Gua bakalan ikut lu ke rumah lu." Mereka pun akhirnya pergi dari halte bus. Si wanita terpaksa menyetop taksi untuk mengantarkan mereka ke rumahnya. Dia mengurungkan niat untuk bepergian dengan bus entah ke mana. Karena tak ingin membuat masalah di tempat umum, apalagi kalau membuat keributan, mau tak mau si wanita pun mengajak gadis muda tadi ke rumahnya. Dia harus bisa mengambil hati Ify bagaimanapun caranya agar gadis tersebut tak menyebarkan keburukan wanita itu kepada orang lain.

Sesampainya di sana, Ify duduk di sofa sambil melihat-lihat rumah yang cukup besar dengan interior keemasan serta barang-barang mahal. "Ehm … kamu mau minum apa? Biar Tante yang bikinin," tanya wanita itu. Ify mengangkat sebelah alisnya. Dia sudah mengira kalau orang di hadapannya ini akan memasukkan sesuatu ke dalam minuman yang akan dia buat. Entah itu racun atau obat tidur, Ify sangat yakin kalau dia memiliki rencana lain. Terlihat dari wajahnya yang berpura-pura gugup dan polos. Membuat gadis ini muak melihat tingkahnya.

"Kalau bisa lu buat sesuatu yang berwarna merah, berbau khas dan sedikit kental," jawab Ify. Dia mendesis saat melihat kebingungan yang ditunjukkan wanita itu. "Kalau lu gak tau, biar gua yang kasih tau. Lu cuma perlu ambil pisau, terus lukai tangan lu sendiri dan biarin darah yang ada di sana mengalir ke dalam gelas. Gampang, kan?" usulnya sambil berdiri. Seketika saja dia mengeluarkan pisau dari balik tubuhnya.

"Atau gua sendiri yang bakalan lakuin hal itu sama lu?" Kepanikan pun melanda wanita malang itu. Dia berteriak-teriak meminta tolong dan memohon agar Ify tak mendekat. Alih-alih mundur, Ify malah semakin melangkahkan kakinya sambil menodongkan benda tajam tersebut ke wanita itu.

"Kehidupan gua hancur saat wanita jalang kayak lu datang ke dalam keluarga gua dan merusaknya. Diam-diam ayah gua selingkuh sama lu tanpa sepengetahuan siapapun. Saat rahasia kalian terungkap, lu malah memilih diam tanpa mengakui apa yang ditanyain sama mama gua. Waktu itu, mereka terus menerus bertengkar tanpa memedulikan ketakutan dan kesedihan gua, sedangkan lu bersenang-senang pakai uang ayah. Lu tau apa yang terjadi setelahnya? Mama gua ngikutin apa yang dilakuin ayah, yaitu selingkuh. Mereka sama-sama saling mengkhianati. Di saat itu, gua mulai sadar kalau semua ini gara-gara wanita Bajingan kayak lu. Apa lu gak pernah memikirkan gimana jadi gua? Yang terus-terusan ketakutan dan berharap semuanya berakhir. Sama sekali gak pernah kan?" geram Ify sambil berjalan mendekati wanita itu. Wanita tersebut memundurkan tubuhnya dengan wajah ketakutan. Dia memohon ampun kepada Ify agar menurunkan todongan pisaunya.

"Saat lu tau ternyata ayah gua udah punya istri, lu malah pura-pura gak tau dan terus jalan sama dia, memakai semua uang ayah gua buat kesenangan lu sendiri tanpa memikirkan gimana nasib anak kecil kayak gua. Lu benar-bener Bajingan! DASAR WANITA MURAHAN!"

BLEP! BLEP! BLEP!

Ify menikam dada wanita itu tepat di jantungnya. Darah mengalir ke mana-mana mengotori lantai. Bahkan pakaian Ify pun terkena noda merah itu. Saat si wanita mulai terkapar tak bernyawa, Ify tertawa dengan jahat.  Dia meninggalkan mayat wanita itu dan pergi dari sana dengan hati yang bahagia dan puas.

Bersambung …