webnovel

Gadis itu 2

Sekonyong-konyong Rio mengeluarkan pisau dari balik tubuhnya dan menodongkan benda tersebut ke gadis itu. Merasa gadis itu tak takut Rio terpaksa menggoreskan ujung pisau ke lengan orang yang menantangnya itu. Alih-alih takut, dia malah menampar pipi Rio.

PLAK!

"Berani-beraninya lu lukai tangan gua! Lihat nih! Tangan gua jadi terluka dan gak mulus lagi. Pokoknya lu harus obatin luka-luka di tangan gua sampai sembuh. Kalau gak, gua bakalan laporin lu ke polisi kalau lu udah tabrak gua, terus kabur dan ngelakuin kekerasan. Sebisa mungkin gua bakalan meyakinkan mereka biar percaya lu seorang penjahat. Dasar kriminal!" omel gadis itu membuat Rio menganga. Dia tak percaya kalau ada seseorang yang berani melawannya. Gadis tersebut pun berjalan cepat menuju ke mobil Rio dan masuk ke dalam sana. Rio segera menyusul.

Gadis itu duduk di jok samping pengemudi sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Rio menghampirinya dan berdiri di dekat pintu. "Heh! Lu mau ngapain masuk ke mobil gua? Cepetan turun!" suruh Rio dan mendapatkan ekspresi tak peduli dari gadis yang ada di dalam mobilnya ini.

"HEH! CEPETAN TURUN!" teriak Rio sudah tak tahan. Dia benar-benar kesal dengan tingkah orang itu yang semakin lama semakin menyebalkan.

"Nama gua Ify, bukan hah heh hah heh. Inget itu!"

"TURUN, BRENGSEK!" Lelaki ini pun menarik-narik tangan gadis bernama Ify itu. Dia berusaha sekuat mungkin agar mengeluarkan Ify. Namun sayang, gadis itu malah menahan dirinya sambil memegangi dan menarik seatbelt jok.

"Gak mau! Lu harus obatin tangan gua sampai sembuh lagi. Kalau gak, gua teriak TOLONG! ADA YANG TABRAK GUA DAN DIA MAU KABUR! TO-mmbfftt ...." Rio langsung membekap mulut Ify saat dia berteriak sekeras itu. Tentu saja Ify langsung terdiam dan melirik Rio dengan wajah penuh kemenangan. Lelaki ini pun melepaskan bekapannya.

"Brengsek lu!"

"Cepetan bawa gua dan obatin siku, lutut dan lengan gua. Cepetan! Nanti gua berubah pikiran lagi," ancamnya. Rio mendesis kesal.

"Ck! Nyusahin banget sih lu," omel Rio lalu berjalan menuju ke jok pengemudi. "Seharusnya gua tabrak aja tuh cewek biar mati sekalian. Kalau kayak gini kan bakalan ribet hidup gua," gerutunya saat sudah masuk ke dalam mobil. Ify tampak tersenyum meremehkan dan pura-pura tak mendengar omelan lelaki itu.

"Gua cuma nganterin lu ke rumah sakit," kata Rio sambil melajukan mobilnya.

"Daripada ke rumah sakit mending lu anterin gua ke apartemen. Di sana gua punya P3K kalau cuma buat ngobatin luka-luka gua," jawab Ify dengan santai.

CCKKIITT!

Rio menginjak pedal rem secara mendadak membuat gadis di sampingnya terkejut. Dia menoleh dan langsung mendapatkan tatapan tajam serta wajah marah dari seorang Rio. "Lu bisa gak sih gak usah nyusahin gua?" geram Rio. Gadis itu malah mengangkat kedua bahunya. Rio memejamkan mata mencoba menahan amarah sambil mendengkus. Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tunggu apa lagi? Bawa gua ke Beverly Hills Luxury Apartments sekarang juga sebelum gua kehabisan darah," suruhnya. Rio menggeleng-gelengkan kepala sambil melajukan kembali mobilnya menuju ke alamat yang disebutkan Ify. Dia heran, mengapa gadis ini begitu menyebalkan? Rio tahu dirinya salah karena sudah hampir membunuh gadis itu, tapi tidak seperti ini caranya memperlakukan seseorang layaknya hewan pesuruh. Benar-benar menyebalkan!

Sesampainya di apartemen tempat tinggal Ify, Rio diperintahkan mengambilkan ini dan itu sesuka hati Ify tanpa memedulikan bagaimana kesalnya Rio. Alih-alih menolak, Rio memilih menuruti daripada berdebat. Lagi pula dia ingin segera meninggalkan bangunan itu kalau Ify sudah puas. Sayangnya Ify semakin menjadi-jadi. Dia memerintahkan lelaki ini untuk melakukan suatu hiburan konyol. Setelah itu, mereka pun duduk di sofa. Kini Rio tengah mengobati luka di lengan gadis itu. Dengan kesal, dia menekan luka tersebut membuat Ify meringis.

PLAK!

"Sakit, Bego! Ngotak dikit napa!" omel Ify setelah menampar Rio, yang ditampar tampaknya hanya memegangi pipi sambil menahan amarah.

Rio berhasil memerban lengan Ify dengan sempurna. Dia pun membereskan peralatan P3K. "Tuh! Semua luka lu udah gua perban. Sekarang gua mau pulang. Bye!" ujar Rio sambil bangkit dari duduknya. Tiba-tiba saja lelaki ini meringis kesakitan saat rambutnya dijambak oleh Ify. Terpaksa dia mengurungkan niat untuk berdiri.

"Apa lagi sih? Kan luka lu udah gua obatin," omelnya.

Ify mengeluarkan sebuah dompet bergambar bendera England dan berantai. Rio mengernyitkan dahinya merasa pernah melihat dompet itu. Ify pun berkata, "Besok datang lagi ke sini. Kalau gak, jangan harap benda ini bakalan balik lagi ke tangan lu." Dengan cepat Rio merogoh saku celananya dan mencari dompet yang sudah tak ada. Rio menolehkan kepala sambil menatap tajam gadis itu. Dompet yang ada di tangannya adalah dompet milik Rio.

"Balikin gak?" Rio menyodorkan tangannya meminta benda itu untuk dikembalikan. Ify malah mengangkat kedua bahunya tak peduli. Rio pun mendekati gadis itu dan mencoba merebut dompet miliknya. Dengan cepat Ify menghindar.

 "Kalau lu sayang sama uang di dalam sini, mending lu dateng secepatnya sebelum gua pake uang lu." Rio berhenti mendekati Ify. Percuma juga terus berdebat dengannya, Rio pasti akan kalah. Apalagi Ify tampaknya begitu pintar menghindar, membuat Rio semakin geram.

"Besok gua bakalan ke sini, tapi balikin dompet gua," pinta Rio sesabar mungkin.

"Gak! Ini sebagai jaminan. Siapa tau besok lu gak bakalan datang. Dompet ini jadi alasan lu mau datang ke sini, iya kan? Makanya biarin dia nginep semalaman di sini."

Rio bangkit dari duduknya lalu menatap Ify. "Kalau gua tau isi dompet itu berkurang atau ada yang hilang, gua pastiin tubuh lu gua cincang-cincang dan gua bawa ke pasar gelap. Inget itu!" ancamnya lalu meninggalkan apartemen Ify dengan sejuta emosi yang ditahan.

Kini Rio sudah ada di dalam mobil. Ia menatap setir mobil dengan kesal. Kelakuan gadis itu membuat hari ini menjadi hari terburuk untuknya. Bagaimana tidak? Seorang pembunuh mau saja disuruh-suruh seperti babu demi sebuah alasan sepele. Jika saja saat itu Rio menyimpan dompetnya di dalam mobil, pasti ia tidak akan seperti ini. Seharusnya dia juga meninggalkan gadis itu di jalanan tadi. Mungkin pertemuannya dengan Ify akan terhindarkan dan hari ini tak akan seburuk itu. Daripada terus memikirkannya, Rio memilih pergi dari kawasan itu dan melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Sesampainya di rumah, Rio langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tangannya terlentang sambil menatap langit-langit kamar. Hari ini adalah hari di mana dirinya begitu sial, ditambah ia bertemu dengan gadis yang menurutnya aneh dan tak jelas. Jika bukan karena satu alasan, Rio pasti sudah menabrak gadis itu. Ya, dia tak berani menabraknya karena Ify bukanlah target yang dia incar. Rio tak akan sembarangan membunuh orang lain kalau tanpa alasan yang jelas, kecuali jika dirinya tengah emosi. Mungkin dia akan membunuhnya. Namun di sisi lain, dia juga tak bisa melakukan hal tersebut karena lokasi tabrakan itu ada di perumahan. Mana mungkin dia membunuh di tempat terbuka. Lagi pula, menabrak seseorang dengan mobil bukanlah gaya seorang Rio Vicious. Tak lama Rio pun memejamkan matanya dan tertidur dengan pulas.

Bersambung …