webnovel

Diselamatkan Pangeran Berkuda Supra Tua

Giavana akhirnya berhasil melarikan diri dari rumah sebelum dia didesak ini dan itu yang berkaitan dengan Gyarendra. Sayang sekali, teman dekat masa SMA dia, Nada, tidak bisa menolong sebagai tumpangan untuk malam ini.

Namun, saat Giavana sedang bingung, mendadak dia mendapatkan panggilan. Mata Giavana terbelalak melihat nama di layar. "Ehh? Bocah ini!" Kemudian senyumnya pun merekah sembari dia menerima panggilan.

Setelah selesai menerima telepon, Gaivana harus menunggu lagi di tempat itu. Gelap, hanya ada penerangan dari lampu jalan, dan juga banyak deretan pohon meski rapi, tetap saja menyeramkan.

Karena tak mau membayangkan hal-hal seram apapun di otaknya, mau tak mau Giavana mengalihkan pikiran ke hal lain. Contohnya … si mantan.

Ah, sial! Giavana mengutuk keras di batin ketika dia mengingat bahwa Ren adalah tunangan kakaknya dan Ren berlagak tak kenal dirinya pula!

Tak pernah dalam imajinasi liar Giavana sekalipun bahwa dia akan bertemu dengan mantannya di rumahnya ini, bahkan lelaki brengsek itu justru menjadi tunangan kakaknya, Magdalyn!

Dulu, Giavana cuma mengetahui nama Ren hanyalah Gyarendra saja tanpa tahu nama lengkap lelaki itu. Masa pacaran mereka cukup lama, sekitar 2 tahun, namun bodohnya Giavana kala itu yang masih amatir akan asmara, dia bagai kerbau dicocok hidungnya saja tiap Ren menolak menceritakan mengenai latar belakang maupun keluarganya.

"Jangan tanyakan masalah keluarga dulu yah, honey, aku cukup sensitif mengenai itu." Demikian alasan yang kerap dilontakan Ren tiap dulu Giavana bertanya mengenai keluarga lelaki itu. Inilah kenapa Giavana tak bisa secara mendalam mengulik identitas ataupun latar belakang Ren.

Meski begitu, dulu Giavana begitu terbuai dengan perhatian Ren, meski pada 1 tahun terakhir mereka berpacaran, Ren mulai lebih posesif dan lebih pengontrol. Ini menyebabkan Giavana cukup kesulitan jika dia ingin bertemu teman-temannya untuk hang out.

Kala itu, Giavana diharuskan Ren untuk tinggal di asrama kampus saja jika menolak tinggal dengan lelaki itu. Dan Giavana memilih asrama kampus. Dia masih berusaha untuk menjaga dirinya dari pergaulan bebas yang banyak dilakukan remaja dan young adult belakangan ini. Dia memegang teguh nasehat ibunya sebelum berangkat ke Australia agar tetap menjaga martabat sebagai gadis perawan.

Maka dari itu, Giavana belum pernah sekalipun berbuat jauh selain hanya ciuman dan pelukan. Tindakan terjauh dari Ren padanya kala itu hanya pernah meremas dada dan pantat Giavana ketika mereka asyik berciuman dan itu pun lekas dihentikan Giavana dengan lembut sambil berkata, "Jangan begini dulu, yah, aku belum siap."

"Oke," jawab Ren kala itu, menghargai keputusan Giavana.

Ketika Ren diketahui selingkuh di depan mata persis, Giavana luar biasa patah hati dan kecewa sehingga dia langsung saja pindah dari asrama kampus ke rumah sewa tempat 3 temannya berada. Di sana merupakan tempat persembunyian dia dari Ren yang masih kerap mencari Giavana.

Di rumah sewa itu lah Giavana menyembuhkan patah hatinya dibantu ketiga teman dekatnya, hingga akhirnya dia bisa move on dan berpacaran dengan lelaki baru lainnya meski tak bertahan lama. Dia selalu saja diputus oleh lelaki-lelaki sesudah Ren, sampai-sampai dia mengira dia terkena karma karena memutuskan Ren.

Tapi ketiga temannya selalu menghiburnya dan berkata, "Omong kosong dengan karma, Va! Para pria itu hanya tolol dan tak bisa melihat cemerlangnya dirimu."

Walau Giavana sudah kukuh berkata putus pada Ren jika diketemukan Ren di luar rumah, namun Ren kukuh pula menyatakan mereka belum putus. Tapi, Giavana tak perduli dan hanya bisa kucing-kucingan dengan Ren dibantu 3 temannya agar tidak bertemu Ren sampai dia menyelesaikan kuliahnya.

Dan sekarang dia malah bertemu lagi dengan lelaki brengsek yang posesif dan pengontrol tapi peselingkuh itu di rumahnya, di Indonesia!

.

.

Sekitar 20 menit setelah Giavana puas melamun tentang Gyarendra, sebuah motor berhenti di tempat Giavana tadi berdiri. Pengemudi motor itu seorang pemuda yang seumuran dengan Giavana, memakai jaket denim hitam yang kontras dengan celana jins biru lusuhnya.

Saat dia membuka helm full face-nya, dia sempat celingukan mencari-cari sosok yang dia harapkan. "Gi? Hoi, Gia? Gia, kau masih di sini?"

Kemudian, usai pemuda itu memanggil-manggil dirinya, Giavana pun keluar dari tempat persembunyiannya.

"Astaga dragon b4ngsat!" pekik pemuda itu ketika melihat Giavana keluar dari balik pohon tepi jalan.

"Apaan, sih, teriak-teriak kayak maling aja," sungut Giavana.

"Yah, salahmu sendiri ngapain pakai baju putih begitu keluar dari gelap, kan aku super kaget, kampret!" balas si pemuda.

"Ahh, sialan kau Zan! Aku udah nyaris mati kehabisan darah di sini!" rutuk Giavana sambil berjalan menghampiri pemuda itu dan tangannya sibuk mengusap-usap betisnya dan sesekali menggaruk di sana.

"Ha ha ha, maaf, si Jeki tadi butuh minum dulu di pom bensin sana." Telunjuk pemuda itu terarah ke barat daya, entah apakah benar ada pom bensin di sana.

"Tsk, besok ganti aja Jeki ama onta biar punya persediaan minum bejibun." Meski bersungut-sungut, toh, Giavana tetap saja naik ke boncengan motor butut si pemuda usai dia menerima helm.

"Woohh, jangan keras-keras bicara kayak gitu, woi! Nanti kalau Jeki dengar, bisa ngambek, dia ogah jalan, loh!" timpal si pemuda. "Kau mau dorongin dia?"

"Udah, ah Zan, buruan capcus dari sini! Aku ogah berlama-lama di sini!"

"Kenapa? Takut yah dari tadi musti sembunyi di tempat gelap begitu …," goda si pemuda yang dipanggil Zan oleh Giavana.

"Ahh, dasar kampret kau, Zan! Kau yakin tidak takut bertemu yang putih-putih di sini? Hei, siapa tahu aku ini bukan Giavana, loh. Hi hi hii …." Giavana malah balik menggoda sambil tertawa cekikikan dengan nada tinggi.

"Kutil onta! Tak usah bicara begitu, woi! Berhenti tertawa begitu atau aku gak jadi bawa kamu pergi, nih!" Wajah Zan sedikit pucat jika membayangkan apa yang diucapkan Giavana terjadi.

"Pfftt! Iya, iya, cuma bercanda! Gih, cepat pergi, ayo! Aku tak mau kepergok di sini!" Tangan Giavana menampar ringan pundak belakang Zan.

"Kepergok? Kok aku merasa seperti sedang melarikan istri orang, yah!" Kening Zan berkerut.

"Sudah, cepat! Ya ampun kau ini!" Tamparan di bahu Zan kian bertubi-tubi cepatnya.

"Ada apa, sih Gi?"

"Udah! Nanti saja aku ceritakan di tempatmu!"

Melihat kepanikan Giavana, pemuda itu pun mulai memacu motor butut yang dia namai Jeki keluar dari kompleks dan tiba di jalan besar.

Pemuda itu adalah Hadyanta Gauzan. Giavana biasa memanggilnya Zan. Dia merupakan teman SMA Giavana, sama seperti Nada.

Dengan Gauzan, Giavana bisa bebas bicara macam apapun, bahkan saling ledek tanpa khawatir akan saling menyinggung. Mereka sudah terbiasa begitu sejak dulu.

Pokoknya, malam ini Giavana bersyukur bisa melarikan diri dari rumah, terutama dari Gyarendra alias Ren alias Vigo.

Otor ini sengaja bikin dialog antara Giavana ama temen2 dia macam Gauzan dan juga Nada pake dialog bahasa gaul, meski narasi tetap bahasa baku, kok!

Gia cuma pakai bahasa yang lebih sopan dan baku ke kakak dan mamanya, meski gak baku2 amat, sih!

Yodah, cm mo kasi tau itu aja, he he he ....

Terus baca dan dukung, yak!

Gauche_Diablocreators' thoughts