"Hanna, Kamu harus jadi kuat." Sesosok pria berjubah putih. Sambil memegang bahu Hanna, kemudian mendorongnya jatuh kebawah.
"Tunggu, kamu siapa?" Hanna terjatuh.
*********
"Tunggu." Hanna terbangun dari mimpi buruknya.
"Iya ku tunggu kok." Anya yang sedang berganti pakaian.
"Oh, iya iya." Hanna turun dari tempat tidur dan bersifat normatif kembali. Tanpa sadar Hanna melupakan kalungnya.
Setelah selesai berganti pakaian, mereka --Hanna dan Anya-- pergi menuju aula utama untuk melakukan upacara kebangkitan.
Para siswa dan siswi yang mengikuti upacara kebangkitan berkumpul di aula utama. Sekitar 10rb siswa dan siswi berkumpul di aula yang begitu besar, mereka berasal dari beberapa daerah yang berada di dalam pelindung.
Saat semua siswa dan siswi sudah berkumpul. Seseorang maju menuju panggung, dia adalah kepala sekolah Akademi itu.
"Baiklah. Buat kalian para siswa dan siswi baru, semangat ya." Menunjukkan sebuah sihir yang begitu indah, dan setelah itu langsung meninggalkan panggung.
Seseorang datang kemudian menggantikan posisi kepala sekolah di panggung.
"Itu dia sambutan dari kepala sekolah. Terima kasih atas ucapan sambutannya buat kepala sekolah."
Kepala sekolah kemudian melambaikan tangannya keseluruhan siswa/siswi.
"Baiklah. Para siswa dan siswi sekali, saya wakil kepala sekolah dari Akademi ini. Saat ini kalian sedang berada disalah satu akademi terbaik di seluruh penjuru dunia ini. Dari mana kami mengetahui itu? Setiap beberapa tahun sekali, setiap Akademi yang terdaftar akan melakukan sebuah pertandingan sihir bagi siswa dan siswi baru mereka...... Baiklah, kita akan melakukan upacara kebangkitan. Bagi kalian yang tidak berusia atau melebihi usia 12-14 tahun dimohon untuk keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Bagi kalian yang belum sampai usia itu, saat kalian sudah sampai pada usia itu kalian bisa kembali lagi ke akademi."
Hampir setengah dari para siswa dan siswi berkurang.
"Hanna, usia mu berapa?"
"Aku 12 tahun. Kalo kamu?"
"Aku 13."
Mereka kembali mendengarkan.
Setelah beberapa siswa/siswi yang tidak memenuhi syarat keluar dari aula.
"Bagi kalian yang berusia 12-14 tahun dipersilahkan untuk melakukan tes sebelum melakukan upacara kebangkitan."
Para siswa/siswi dikasih sebuah tes. Pada awalnya tes yang di berikan sangatlah mudah, hingga saat tes-tes terakhir. Perlahan siswa/siswi gugur, menyisakan sekitar 100 siswa/siswi.
"Tes terakhir, bagi kalian yang lulus bisa langsung memasuki aula kebangkitan."
Tes terakhir. Setiap siswa/siswi diberikan kertas, kertas itu berisi tulisan. Siswa/siswi disuruh untuk membaca tulisan itu.
"Kamu tau tulisan ini, Hanna?"
"Aku kurang tau. Tapi sepertinya mama pernah ngajarin aku tulisan ini."
Para siswa/siswi diberikan waktu untuk berpikir, setelah waktu habis. Siswa/siswi di suruh untuk masuk ke ruangan tes.
Hingga giliran Hanna yang melakukan tes.
"Semoga berhasil." Ucapan semangat dari Anya
"Terima kasih." Hanna mulai memasuki ruangan.
Hanna keluar dengan keadaan gugup.
Sekarang giliran Anya untuk melakukan tes.
Hanna yang lulus tes memasuki aula kebangkitan. Setelah menunggu cukup lama, Akhirnya Anya memasuki aula. Hanna menghampiri Anya, Anya yang melihat Hanna di aula kaget.
Sebenarnya Hanna menyelesaikan tes dengan mudah, walaupun dia juga gak tau apa maksud kata yang dia baca.
Terdapat sekitar 20 siswa/siswi yang lulus termasuk Hanna dan Anya. Setiap siswa/siswi dipersilahkan untuk maju, di depan para siswa/siswi disuruh untuk memegang bola kristal.
Bola kristal itu berfungsi untuk melihat elemen apa yang dimiliki oleh para siswa/siswi.
Anya yang pertama maju pertama kali, Anya mendapatkan elemen air. Beberapa siswa/siswi lain mendapatkan elemen api dan juga ada yang mendapatkan elemen petir.
Kini giliran Hanna, saat memegang bola kristal itu. Terlihat bola kristal itu tidak berwarna sama sekali, para guru yang melihat itu terkejut. Tapi, tiba-tiba saja bola kristal itu berubah warna menjadi biru yang menandakan Hanna mendapatkan elemen air.
Ucapan kebangkitan masih belum selesai.
"Bagi siswa/siswi yang sudah mengetahui elemennya masing-masing dipersilahkan untuk memasuki ruangan sesuai dengan elemen kalian masing-masing."
Mereka --Hanna dan Anya-- memasuki ruangan khusus elemen air. Saat didalam mereka --siswa/siswi-- diawasi oleh para instruktur masing-masing elemen.
Setiap siswa/siswi diberikan sebuah kristal kecil.
Tali sepatu Hanna tiba-tiba lepas, Hanna yang melihat itu langsung membenarkannya kembali. Tanpa sadar, kristal milik Hanna hancur kemudian digantikan oleh Kristal lain. Saat selesai dengan tali sepatunya, Hanna sedikit heran kenapa kristal yang dia miliki berubah warna. Tetapi Hanna langsung menghiraukan hal itu.
Para instruktur menyuruh untuk para siswa/siswi menghancurkan kristal mereka masing-masing, kemudian menyerapnya.
Saat Hanna menyerap kristal yang dimiliki.
*********
Hanna terbangun disebuah bus, di samping terdapat anak kecil yang sedang bermain game. Tiba-tiba suasana didalam bus menjadi mencekam, Hanna yang heran melihat sekitar. Saat Hanna melihat kebelakang, tiba-tiba saja Hanna berpindah didalam hutan. Hanna yang masih penasaran, berjalan menelusuri hutan.
Saat berjalan Hanna melihat Padang rumput hijau. Saat kaki Hanna melangkah memasuki Padang rumput itu, tiba-tiba Hanna mendapati dirinya berada diatas tumpukan mayat. Hanna yang terkejut kemudian terjatuh, dan berguling kebawah tumpukan mayat. Saat membuka matanya, Hanna sedang terduduk di sebuah meja makan besama dengan beberapa orang.
Hanna berdiri dari menja makan, saat dia berdiri. Perutnya terasa seperti ada yang menusuk, saat dia cek. Perutnya sudah berlubang, kemudian Hanna kembali kehilangan kesadarannya.
*********
Suara yang samar-samar terdengar di telinga Hanna.
"Siswi yang di sana. Apa kamu mendengarku?" Salah satu instruktur memanggil Hanna.
"Maaf pak, saya tadi terlalu fokus." Hanna tersadar, dan membalas perkataan instruktur itu dengan senyuman.
"Ok, baiklah." Instruktur itu kembali kedepan.
Upacara kebangkitan selesai para siswa dipersilahkan untuk kembali ke asrama mereka masing-masing.
Perjalanan pulang menuju asrama perempuan
"Kamu serius gapapa?" Anya bertanya
"Iya, gapapa. Santai aja." Hanna menjawab sambil tersenyum
Meninggal aula menuju asrama perempuan.
Saat sampai dikamar, mereka --Hanna dan Anya-- di sambut oleh dua orang senior mereka.