webnovel

Hutan Kehidupan

Kuzon adalah yatim piatu, dia hidup bersama kedua temannya yang bernama Rey dan Diana. Kehidupan mereka berjalan normal, sampai suatu hari terjadi sebuah insiden yang menyebabkan perubahan besar pada kehidupannya.

msaftian · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Sahabat

Ketika malam tiba, bintang-bintang mulai bersinar di langit dan terlihat sangat indah. Walaupun begitu aku tidak begitu menyukai suasana malam, selain karena sangat gelap udara malam hari juga sangat dingin terasa seakan-akan menusuk sampai ketulang.

Tapi, akan terlupakan keadaan yang sangat buruk sekalipun ketika bersama orang-orang yang sangat berharga bagimu. Itulah yang kurasakan saat bersama Rey dan Diana.

Setelah selesai menyantap makan malam aku dan Rey duduk di luar sambil menatap kearah hutan Barista. Semantara itu Diana sedang membersihkan meja makan.

"Apa yang akan kita lakukan dimasa depan?"

"Entahlah" Aku menjawab pertanyaan Rey, dan melanjutkan "Kita tidak bisa selamanya seperti ini, kita hanya akan menjadi beban seumur hidup bagi Diana"

"Bagaimana menurutmu, kita mungkin bisa mendaftar di akademi kesatria lagian masuk kesana gratis walaupun kudengar tesnya sangat berat"

"Tahun depan kita bertiga berumur 15 tahun, kupikir kita bisa mendaftar saat itu tiba"

Itu bukan pilihan yang buruk, jika bisa masuk akademi kesatria kami tidak perlu memikirkan masalah makanan lagi karena makanan dan pakaian akan di sediakan oleh pihak akademi.

Tapi masalahnya apakah yatim piatu tanpa wali seperti kami ini di perbolehkan mengikuti tes masuknya. Untuk Diana sih mudah karena dia bisa meminta bantuan kepada atasan di tempatnya bekerja, masalahnya ada pada kami. Tidak, lebih tepatnya masalah disini adalah aku karena tidak memiliki energi sihir.

Jika aku tidak lulus tes masuknya, dan mereka berdua lulus aku yakin mereka akan menolak untuk masuk akademi tersebut. Aku sangat yakin begitu, karena itu juga akan kulakukan jika misalnya salah satu dari mereka berdua tidak lulus.

"Kita harus membahasnya dengan Diana nanti"

Aku mengangguk sebagai balasan untuk kata-kata Rey.

Diana yang sudah selesai membersihkan meja makan terlihat keluar dan bergabung bersama kami, dia duduk di kursi di depan Rey. Sementara aku sendiri berdiri dan menyenderkan punggungku ke tiang.

"Dari mana kalian mendapatkan apel-apel itu" Diana tiba-tiba bertanya.

"Kami memetiknya dihutan"

Wow aku tidak menyangka Rey bisa menjawab pertanyaan itu dengan cepat dan tenang. Sementara itu Diana melihat kearahku dengan tatapan curiga, seakan ingin bertanya apa benar begitu.

"Iya seperti kata Rey kami menemukannya di hutan"

"Hmmm…"

Terlihat jelas bahwa dia curiga, Diana mulai berdiri dari kursi yang dia duduki dan perlahan mendekatiku.

"Pembohong"

Setelah berkata begitu dia mulai jongkok disampingku dan menyembuhkan kaki kiriku yang terluka. Sudah kuduga dia tahu kalau kami mencuri di pasar, Rey terlihat menunduk karena tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Maaf hanya ini yang bisa kami lakukan" kataku.

Muncul sebuah cahaya di kedua tangannya, dan secara perlahan rasa sakit di kakiku mulai menghilang.

Lalu dia berdiri dan mulai bicara, "Kalian tidak harus melakukan itu, lebih baik mencari pekerjaan yang tidak beresiko besar seperti itu. Bagaimana jika kalian tertangkap, kalian akan di hukum dan kemungkinan terburuknya kita bertiga bisa dipisahkan".

Aku dan Rey terdiam, kami tidak bisa membalas kata-katanya. Memang benar jika kami tertangkap mungkin kami akan di masukkan ke panti asuhan yang berbeda, walaupun tahu resikonya aku mencoba terlihat tenang dan tidak peduli.

"Mereka tidak akan bisa menangkap kami, benarkan Rey?"

"Aku tidak yakin tentang itu" Jawabnya.

Kemudian aku mulai berjalan menjauh ke luar halaman depan rumah.

"Hey! Kamu mau kemana?"

"Jalan-jalan"

Setelah menjawab teriakan Diana aku mulai memasuki jalan depan. Mereka terlihat tidak peduli karena memang sudah biasa bagiku jalan-jalan saat malam hari.

Aku akan sangat bosan jika hanya berdiam di rumah, karena Rey akan langsung tidur sementara Diana biasanya menghabiskan malam dengan membaca buku yang dia bawa dari rumah sakit.

Jika hanya melamun dan tidak ada kegiatan yang bisa kulakukan di rumah gelap itu, bisa-bisa aku gila.