webnovel

Hujanku

Aku suka hujan, ya aku memang suka hujan. Aneh? Kurasa tidak, banyak orang yang suka hujan seperti ku. Hujan itu sangat indah, dan selalu mengejutkan. Hujan bisa datang dan pergi sesuka hatinya. Kadang gerimis, kadang deras. Sama seperti dia, ya dia. orang yang selalu membuat perasaanku campur aduk.

Nesarea · Teen
Not enough ratings
9 Chs

Vino

Kulihat seseorang yang tidak asing berjalan di depan sekitar 10 meter jaraknya dari tempatku saat ini. Terlintas dipikiranku untuk mengagetinya dari belakang. Aku berjalan cepat agar dia tidak curiga dengan suara langkah kakiku.

"Mas Anton!" Sapaku sambil memukul punggungnya agak keras. Seseorang yang ku panggil mas Anton ini terkejut dan langsung menghentikan langkahnya dan melirikku tajam.

"Sakit bego! Apa panggil-panggil?" Anton sewot sambil mengelus-elus punggungnya yang pasti sakit itu, karena aku memukulnya lumayan keras.

"Anu, besok aja di sekolah." Kataku sambil cengar cengir, Anton tidak peduli dan hanya mengangguk pelan lalu kembali berjalan.

Anton merasa ada yang aneh denganku, dia lalu berhenti tiba-tiba membuatku penasaran dan ikut menghentikan langkah. Dia menatapku cukup lama sebelum akhirnya dia sadar dan tertawa pelan.

"Hei! Mana sepedamu?" Tanya Anton setelah berhenti tertawa. Reflek aku memukul jidatku pelan, dalam hati aku berkata betapa bodohnya aku bisa melupakan hal kecil seperti itu.

Astaga aku lupa, udah mau sampai rumah ini. Mau balik ke sekolah nanggung.

Sebenarnya jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh, jadi terkadang aku jalan kaki atau naik sepeda.

"Ketinggalan di sekolah, hehe." Kataku santai sambil senyum lebar.

"Kebiasaan." Anton menjitak kepalaku, awalnya aku hendak menghindar hanya saja dia lebih cepat dariku.

Sesampainya di depan rumah, kulihat rumah terasa sepi hanya saja aku masa bodo dengan itu. Dengan semangat aku bergegas masuk rumah.

"Aku pulang."

Sepi banget ini rumah, tumben. Sambil keliling rumah kucari mama, dan hasilnya nihil. Saat berjalan ke kamar aku baru ingat kalau mama kemarin bilang hari ini mau ke tempat eyang.

'Papa di luar kota, mama tempat eyang. Yes bebas.'

Keesokan paginya

KRIING!!!!

KRIING!!!!

KRIING!!!!

"Cepet banget, perasaan baru aja tidur udah pagi aja."

Bagaimana nggak cepet, kalau semalem aku nonton drakor dan baru bisa tidur sekitar jam dua dini hari. Ingin rasanya bolos sekolah hari ini untuk melanjutkan tidur.

'Oh astaga, jam pertama fisika bisa berabe kalau telat kayak kemarin.'

Dengan buru-buru aku bangun mempersiapkan semua dan langsung berangkat ke sekolah.

Beruntungnya aku, sampai sekolah pas bel masuk berbunyi. Sambil ngos-ngosan aku berjalan masuk ke sekolah.

"Fiuh, hampir aja telat." Gumamku sambil berjalan di koridor.

Kepalaku terasa pusing sekali, gimana nggak, ulangan fisika ini sangat menguras otakku. Ya gara-gara semalam aku lupa dan memilih untuk menonton drakor dibandingkan belajar. Ingin rasanya cepat-cepat bel istirahat berbunyi, aku sudah pasrah dengan berapapun nilai yang akan aku peroleh.

Begitu bel berbunyi, tanpa pikir panjang aku langsung mengumpulkan kertas ulangan dan berjalan keluar kelas. Aku hanya ingin segera mengisi perutku yang sudah meronta-ronta minta diisi.

"Halo ma, ada apa?" Tiba-tiba ponselku bergetar di saku rokku. Mama telepon, untung saja pas aku istirahat.

"Dira, mama mau ngabarin kalau mama pulangnya besok ga jadi hari ini." Ucap mama diujung telepon, membuatku berpikir yang tidak-tidak.

"Eyang kenapa ma?" Tanyaku panik.

"Bukan gitu, ini soalnya mbak Mela nanti sore mau dilamar gitu. Jadi mama pengen ikut acaranya." Kata mama membuatku bernafas lega mendengarnya, karena tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Hah! Serius ma, ntar kirimin fotonya ya." Aku tidak bisa menahan kebahagiaanku karena sepupuku sudah mau menikah.

"Ya pasti sayang, nanti mama kirim."

"Mah, udah dulu ya ini dah mau bel masuk." Kataku berbohong, padahal karena liat Anton. Tapi nggak sepenuhnya bohong juga, soalnya lima menit lagi bel masuk. Tanpa pikir panjang langsung saja kuhampiri Anton.

"Apa?" Tanya Anton ketus saat melihatku berjalan menghampirinya.

"Santai aja kali." Kataku sambil celingukan ke dalam kelasnya.

"Kan mulai. Cari siapa?" Tanya Anton curiga dan ikut melihat kearah mana aku melihat.

"Ntar dulu belum ketemu. Nah itu, siapa namanya?" Tanyaku setelah menemukan seseorang yang kucari sambil nunjuk-nunjuk nggak jelas.

"Banyak orang bego." Kata Anton sambil menarik ujung rambutku pelan.

"Itu! Yang di samping kanannya yang bawa gitar." Kataku sambil nunjuk. Anton terkejut darimana aku tahu dia, namun dia pura-pura bersikap normal.

"Oh dia, kenapa emangnya?"

"Namanya siapa?" Tanyaku tanpa basa basi.

"Rahasia. Kasih tau dulu alasannya." Mas Anton mulai penasaran.

"Kepo. Ya udah lah kalau nggak mau kasih tau, toh udah bel masuk juga." Kataku kesal sambil berbalik hendak kembali ke kelas.

"Vino." Kata mas Anton singkat.

"Makasih mas." Ternyata mas Anton memanggil orangnya, bukan ngasih tahu aku. Membuatku gugup sekali karena dia tepat berdiri di sampingku.

Tapi yang penting aku sudah tahu namanya.

Vino