webnovel

How Can I Forget You?

Bella Ellista, seorang wanita cantik dan cacat, berusia 26 tahun. Di waktu remajanya, Bella merupakan salah satu atlet figure skating Klub Jerman yang cemerlang. Beberapa kompetisi pun berhasil dia raih. Kehancuran hidup gadis itu baru saja di mulai, begitu kesuciannya direnggut paksa dan ditukar dengan dollar yang masuk ke dalam kantung Phillip. Bagi Bella yang masih berusia 16 tahun dan mengalami musibah yang meruntuhkan dunianya. Kematian adalah pilihan yang Bella putuskan. Meski kematian yang Bella inginkan, kedatangan seorang remaja, menggagalkan usaha bunuh diri yang coba dia lakukan. Kenneth Wayne, merupakan seorang developer real estate terkenal di kota Zurich, Switzerland. Pertemuan tak sengaja pria itu dengan seorang wanita cacat bernama Bella, menghidupkan jantungnya yang kosong bergairah kembali. Antara penyesalan dan cinta, manakah yang akan menang pada akhir keduanya nanti? Jika semua kebenaran yang lama tertutupi mulai terkuak. Menyebabkan luka & derita.

Angela_Ann · Urban
Not enough ratings
24 Chs

Jenny Hwang

Pagi harinya di mansion Calgary.

Beberapa botol kaca bening aneka warna-warni berjejer rapi di samping jendela. Diterpa sinar mentari, botol-botol tersebut tampak mengeluarkan cahaya terang yang berkeliaran liar tak tentu arah di dalam kamar bercat pink coral keseluruhan, menimbulkan efek visualisasi yang sangat indah serta menyenangkan mata.

Pemandangan inilah yang dilihat Jenny saat dia memasuki kamar Bella. Setiap kali dia kesini, Jenny akan berlama-lama di dalam kamar Bella beberapa menit ataupun jam, hanya untuk melihat pemandangan langka ini.

Tidak sampai matahari merangkak naik, barulah Jenny menarik pandangannya.

Jenny pergi ke sisi samping jendela yang gordennya masih tertutup, dia menarik gorden berwarna abu-abu itu cukup keras sampai gadis yang masih di ranjangnya merengut tidak suka atas suara keras tersebut yang mengganggunya, lalu gadis itu pun terus tertidur lagi.

Jenny membuka kedua jendela sampai terbuka lebar, agar supaya udara segar masuk ke dalam ruangan, tidak lupa mata sipitnya melirik pada botol-botol kaca cantik yang berjejer bersusun di tengah-tengah jendela.

Jika dihitung dari lamanya persahabatan antara dirinya dan Bella, botol-botol kaca itu sudah bertengger di sana 5 tahun lamanya.

Dia kadang bertanya-tanya apakah ada maksud khusus dari botol-botol kaca itu ditempatkan di sana dengan begitu lama.

Namun, meski betapa dirinya begitu penasaran ingin tahu dengan masa lalu sahabatnya tersebut, Jenny menyadari, ada batas diantara persahabatan mereka yang tidak boleh dia lewati.

Jenny melangkah mendekat ke sisi Bella, menarik selimut tebal yang menutupi Bella dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Dan Bella yang tertidur dengan posisi meringkuk mengubah posisi tidurnya menjadi telungkup di atas tempat tidur empuk ukuran Queen size. Membuat Jenny geram saja melihat sahabatnya yang tak mau bangun.

Jenny duduk di samping Bella, mengangkat tangannya yang kurus pucat lalu kemudian menampar dahi Bella sangat keras.

Plakkk!

Dan suara pekik tertahan terdengar kemudian dari mulut Bella. "Aduhhh... Sakit!"

Tamparan keras dari tangan Jenny sepenuhnya membangun kan Bella dan gadis itu pun yang baru saja bangun tidur, melirik sebal pada Jenny yang saat ini tersenyum manis di hadapannya.

"Bisa tidak kalau membangunkan orang itu sopan sedikit!" Bentak Bella memarahi Jenny yang lagi-lagi tidak digubris oleh gadis blasteran Asia - Belanda tersebut.

Jenny hanya memutar matanya jengah, "Kalau aku tidak seperti itu, kau kan tidak akan bangun."

Bella mengacak-acak rambut panjang pirangnya kesal, pagi-pagi, orang ini sudah merusak moodnya.

"Aku tadi berpapasan dengan Sean di bawah."

Bella yang akan pergi ke kamar mandi, membeku. Tadi malam saat dirinya tertidur di dalam pelukan seseorang, dia mengira kalau semua itu hanya mimpi saja. Dia tidak menyangka kalau itu sungguhan nyata, dan Sean-lah yang menemaninya.

Bella memalingkan wajah, melirik ke atas ranjang yang kusut, dan wajahnya langsung memerah.

Astaga, astaga! Bella apa yang sudah kau lakukan?!

"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Jenny yang melihat tingkah kikuk Bella dan wajahnya yang sudah semerah tomat.

Dengan bibir menyeringai, Jenny mulai menggoda Bella yang tampak sangat malu, "Apa yang terjadi di antara kalian berdua tadi malam?"

Bella memalingkan wajah, menghindar dari tatapan selidik Jenny. Dengan gugup dan panik Bella mulai menjelaskan kesalahpahaman yang melintas di mata sembrono sahabatnya itu saat Jenny menatap padanya, "A-aku... Tadi malam."

"Ya..." Jenny menunggu dengan wajah bersemangat.

"Sean... Dan aku."

"Ya.. Bell. Sean dan kau..."

Kemudian hening.

"..." Bella mengerjap, tidak jadi menceritakan tentang ciuman Sean tadi malam.

"Ada apa dengan tadi malam? Oh... Bella, kau membuatku sangat penasaran."

Bella menggigit bibirnya, kepalanya menggeleng bingung, dia dilema duduk di pinggir ranjang, bertanya-tanya apakah harus menceritakan - Sean yang menciumnya di bibir - pada Jenny atau tidak.

****

Jenny duduk di ruang makan bersama dengan Jungma, yang baru saja ditariknya untuk menemani dia mengobrol, sambil menunggu Bella selesai mandi dan turun ke lantai bawah.

Aroma harum tercium ke sekitar ruangan, beberapa jenis makanan seperti; Stamppot dengan sosis yang sudah di potong-potong, sup ercis daging ayam, roti gandum isian cokelat messes dan keju edam, pancake blueberry, sepoci teh beraroma mint, berjejer bersusun di atas meja makan. Yang disiapkan oleh Jungma, khusus untuk Bella dan Jenny untuk keduanya sarapan pagi ini.

Kedua wanita ini merupakan seorang foodie, yang sudah banyak mencoba setiap makanan hampir di seluruh kawasan Eropa. Dan bahkan Bella, sudah pernah mencoba makanan khas Indonesia yang pernah temannya rekomendasikan saat dia berlibur ke Bali beberapa tahun yang lalu. Yang membuat Bella kepincut sampai saat ini. Kadang-kadang dia akan menyuruh Bibi Jung untuk membuat masakan Indonesia, yang meski rasanya agak berbeda tapi Bella sangat menikmatinya.

Karena waktu masih pagi, sebagian penghuni rumah sedang tertidur. Lagi pula Sam beserta istri dan anaknya sampai di Mansion pukul empat pagi.

Seperti yang sudah Sean perintah kan, Jungma yang pagi itu memang bangun pagi-pagi sekali, langsung pergi ke tempat pos penjaga dan menghapus rekaman CCTV yang berada di kamar Bella.

Yang sebelumnya Sean sudah meminta Jungma untuk memberikan salinan CCTV itu padanya terlebih dulu.

Bella keluar dari kamarnya dengan rambut pirang kecokelatannya setengah kering dan jatuh tergerai di punggungnya. Ketukan kruk di atas lantai marmer menghentikan orang-orang di bawah yang baru saja menggosipkan Bella dan Sean.

"Kenapa saat aku turun, kalian berdua diam. Apa yang kalian bicarakan?" tanya Bella sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan kedua wanita yang berbeda usia itu.

Jenny mengedipkan matanya ke arah Jungma, memberi isyarat kalau isi obrolan mereka baru saja, jangan sampai Bella mengetahuinya. Dan di jawab anggukan oleh Jungma dengan senyum khas ke-ibuannya.

Jenny mengangkat bahu, tidak menjawab pertanyaan Bella. Begitu pula Bella, tidak menanyakannya lebih jauh. Pikirnya, karena kedua wanita di depannya itu sedang ber-fangirl ria dengan artis-artis Korea, jadi Bella tidak ikut-ikutan.

Jika itu sudah menyangkut boyband-boyband yang saat ini di gandrungi oleh sahabatnya itu, nanti pun Jenny akan bercerita padanya, meski dirinya tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksud Jenny.