webnovel

Bertemu Teman Lama

Senin, 1 Mei 2000

Di kota A saat itu digemparkan oleh kasus pembunuh 1 keluarga besar yang terdiri dari 7 anggota keluarga. Diduga pelukannya adalah

mafia. Para warga sangat takut karena dalam kurung waktu 2 tahun pembunuh tersebut telah membunuh 23 orang dengan kodisi yang mengenaskan. Pemerintah telah bekerja sama dengan kepala kepolisian namun belum berhasil menangkap pelakunya.

Senin malam pukul 00.30 menit mayit seorang wanita berumur 20 tahun kembali ditemukan di tro-toar dengan kondisi mengenaskan. Diduga wanita itu adalah karyawa pabrik yang dibunuh ketika melewati rute dalam perjalanan pulang. 3 hari kemudian seluruh keluarga wanita itu dibunuh.

****

Rintik hujan begitu lebat dan mungkin tidak akan berhenti hingga esok pagi. Netta menyentuh kedua lengan dan menggosoknya beberapa kali untuk mengusir suhu dingin yang melanda. Tiba-tiba suara barotan serta sentuhan di bahunya mengagetkannya.

"Siapa?!" Netta berbalik dan sedikit terkejut.

"Hai, lama tak jumpa!" sapa seseorang yang tidak asing di matanya. Seorang pria bertubuh tegap tidak kalah jauhnya dengan pria yang ia kenal. Pria yang entah mengapa kedatangannya seperti obat. Netta merasa kehangatan dan ketenangan hanya dengan melihat wajahnya.

Netta segera menyeka air mata yang berlinang di sudut matanya. Jangan sampai pria ini tahu dia sedang menangis.

Netta ingin sekali memeluknya. Menceritakan keluh kesahnya. Namun ia malu.

"Herro…" Netta berpura-pura tidak percaya. Sebenernya sudah lama Netta mengetahui keberadaan Hero. Siapa yang tidak mengenalnya. Bahkan seantero Indonesia tahu siapa dia. Heroan Fikar Frankdes adalah Ceo dari PT. Villium yang merupakan perusahaan intruksi bangunan dan penerus perusahaan keluarga Frankdes PT. ITK kompeni yang merupakan perusahaan teknologi dan kemunikasi terbesar se-Asia.

"Netta… tak ku sangka aku ketemu kamu." Hero mengedipkan alis menatap wanita di depannya cukup intens. Ia juga tidak menyangka akan bertemu dengan wanita yang memenuhi isi kepalanya selama 5 tahun terakhir ini saat ia keluar dari perusahaan Villium grop, miliknya. Sudah lama Hero mencari Netta, namun kesibukannya membuatnya selalu terhalangi.

Hero mendekat dan menyentuh kedua pipi Netta yang sedikit memerah. Aura kerinduan terpancar jelas di matanya.

"Kau Netta, kan?"

Netta mengganguk. Air mata yang ia tahan tak terbendung lagi. Netta menangis di pelukan Hero. Baru sebentar Netta sudah melepaskan pelukannya. Tindakannya membuat Hero heran. Namun dia tak terlalu mempermasalahkannya.

"Kita sepertinya berjodoh, ya. Sudah bertahun-tahun aku mencarimu, Net. Tak ku sangka kau berada di sekitarku, bahkan di perusahaanku sendiri." Seakan tak bisa menahan kerinduannya kepada wanita bertubuh mungil di depannya, Hero mendekat kembali memluknya. Bahkan pelukannya erat dari sebelumnya. Seakan tak ingin kehilangan sosok wanitanya untuk kedua kalinya.

"Berapa tahun?" Netta seakan risih dengan pelukan Hero, dia berusaha tuk lepas.

Hero mengerut. Wajahnya semakin ditekuk karena Netta tak membalas pelukannya.

"Hei, kau sedang mengerjai ku ya?" seru Hero agak kesal.

Netta berjalan membelakangi Hero yang mengekorinya. "Perasaanmu aja. Lagian aku udah nikah. Kamu gak malu memeluk istri orang?" ujar Netta berbalik menatap Hero yang diam.

Netta kemudian berjalan menuju mobil dan hendak membukanya. Namun Hero malah menahanya dan menariknya ke mobil pria itu.

"Kamu apa-apaan sih, Her!" kesal Netta.

"5 tahun," jawab Hero tanpa mengalihkan pandangannya dari Netta dan tak mempedulikan tatapan menusuk yang Netta tujukan padanya.

"Gak sopan ya kamu narik-narik istri orang kayak gini? Dimana adabmu!" Netta menatap Hero yang berusaha menyingkirkan kekesalan atas ucapannya.

"Banyak sekali yang ingin kutanyakan padamu?"

"Gak bisa, Her. Aku harus pergi. Ada klien yang harus ku temui. Jika kau mau bicara lain kali saja. Dan tolong jangan seperti tadi." Jelas Netta namun Hero malah tak mempedulikannya.

Netta menjauh ketika Hero mendekatihya. Ternyata Hero hanya ingin memasang pengaman untuknya karena terlalu banyak mengoceh. Tanpa persetujuan Netta Hero melajukan mobil meninggal PT. vilium Grup.

"Kau akan membawa ku kemana?" tanya Netta dengan nafas menggebu-gebu menahan kesal.

"Oh jadi kamu mau aku membawamu pergi? Aku suka menculik loh!" Sudut bibir Hero melengkung membentuk senyum jahat.

"Liat aja kamu!" Netta langsung menatap Hero dengan sangat tajam. Dari yang Netta kenal, Hero tak pernh bermain-main dengan ucapannya. Maskipun kelihatan seperti ngelantur.

"Selesai basa-basimu dan tentukan kejelasan kemana kita akan pergi." Netta melipat tangan di dada dengan sedikit arogan.

"Baiklah, baby…" seru Hero membelai wajah Netta yang seketika terkejut oleh tindakannya. Netta mencapakkan tangan Hero dengan kasar dan menatap pria itu dengan emosi.

"Her jangan kurang ajar kamu!" ucap Netta yang dibalas dengan kekehan Hero. Pria itu tersenyum puas lalu melajukan mobil meninggal PT. Vilium. Netta diam membisu. Entah kemana Hero akan membawanya. Netta berharap tidak ada sesuatu yang aneh-aneh.

Netta terpaksa menyetujuinya. Ia tahu betul sikap dan termpramen Hero yang sangat keras kepala. Dia hanya bisa mengikuti apa yang Hero inginkan jika mau semua ini cepat selesai.

***

Netta tidak tahu apa yang Hero inginkan. Namun saat ini Netta berada di kediaman besar dan mewah layaknya istana. Hero membawanya ke kediaman keluarganya, kediaman utama keluarga Frankdes.

Untuk apa Hero membawanya kesini. Netta sedikit bertaanya-tanya. Entah mengapa dia menjadi gugup.

Hero membuka pintu mobil untuk keluar, lalu dia kembali masuk lagi

"Ikut denganku."

"Gak!" balas Netta dengan melipat tangan di dada. Netta cukup kesal atas sikap Hero yang membawnya ke kediaman Frankdes tanpa meminta persetujuannya.

Hero maraih lengan Netta dan memaksanya keluar. Dia benar-benar bertindak sesuka hatinya melangkah begitu panjang tak peduli Netta yang kesulitan menyeimbangkan.

Beberapa pelayan menyapa mereka berdua.

"Selamat siang, Tuan muda Hero!"

"Hmm… " Hero hanya berdehem yang bagi Netta begitu menjengkelkan.

"Aku bisa sendiri!" Netta mendepak tangan Hero untuk melepaskannya. Netta mengeluh dan mengosok-gosok lengannya yang sedikit memerah.

"Gak ada lembut-lembut sama wanita. Pantas aja gak ada yang mau sama kamu," ucap Netta membuat Hero terkekeh.

"Kamu gak akan bisa tidur jika tahu berapa banyak wanita yang tergila-gila mengejarku."

"Percaya diri sekali kamu." Netta membuang wajah jengah atas kepedean Hero.

Hero tiba-tiba mendekat nyaris mencium Netta jika saja Netta tidak segera menjauh. "Semua wanita tergila-gila padaku. Hanya dirimu saja Netta," bisik Hero dengan sensual membuat Netta merinding. Netta mengambil beberapa langkah menjauh dari Hero. Dia sedikit merinding.

Netta mengekori Hero. Netta semakin gugup ketika masuk ke ruang utama dimana ada banyak orang yang sedang mengobrol disana. Ada mama Hero juga.

Sambil melonggarkan dasi Hero berjalan masuk ke dalam tampa mengatakan apapun. Benar-benar tidak punya sopan santun. Sedikitnya salam kek.

"Her, mau kemana, nak? Jangan sekali-sekali menghindari mama! Mama masih menunggu janjimu untuk segera menikah!" Teriak mama Hero.

"Kamar, mah!"

"Kamar? Siapa yang kamu bawa?" Netta cengar-cengir saat diperhatikan semua orang.

"Cewek, mah," sahut Hero tanpa beban. Netta spontan memukul lengan Hero saking kesalnya.

"Kamu ngomong apa?! Hati-hati kalau ngomong." Kesal Netta lantaran Hero tak berniat memperbaiki ucapannya. Kan mamanya bisa salah paham.

"Siapa wanita itu? Coba kenalin ke mama!"

Hero meraih lengan Netta. "Mama manggil!" serunya. Entah mengapa perasaan Netta tidak enak. Dengan terpaksa Netta menurutinya.

"Siang Tente!" Netta mencium tangan Mawar ibunda Hero dengan sopan.

"Eh, kamu bukannya teman kuliah Hero dulu ya?"

"Hehe, masih ingat ya, Tan," sahut Netta dengan sedikit canggung. Netta memang sempat menjadi adik seperguruan Hero. Namun dulu sebelum Hero pindah dan melanjutkan studinya di Los Angeles sebuah universitas ternama di dunia.

"Sini sini duduk dulu." Mawar menarik tangan Netta dan memperlakukannya dengan sangat lembut membuat Netta makin canggung.

"Kamu makin cantik ya, sayang. Siapa namamu tante lupa?" tanya mawar kepada Netta. Wanita itu tidak melepaskan tangan Netta. Dia terus menggenggamnya.

"Netta, Tante."

"Oh iya. Sekarang Tente ingat. Netta udah nikah belum?" tanya Mawar membuat Netta spontan menatap Hero.

"Uuud–"

"Ya kali dia udah nikah, mah. Hero kan belum nikah. Masa Hero bawa istri orang bertemu mama." Netta langsung melotot kepada Hero. Dia hampir kehilangan akal mendengar ucapan Hero.

Mawar sangat senang hingga mencubit gemas wajah Netta yang terus menggeleng.

"Tan, bukan seperti itu. Sebenarnya–"

"Udah ya, mah. Mau Hero bawa ke kamar," potong Hero meraih lengan Netta dan memaksa Netta untuk berdiri. Dia kemudian membawa Netta untuk segera pergi darisana.

"Hero anak orang jangan diapa-apain ya, nak!"

"Iya, mah!" sahut Hero menarik Netta