webnovel

Hourglass // Dreamer

"Kamu berbeda dari orang lain." Setidaknya begitulah ku anggap diriku, anggapan itu mengantarkanku pada kehidupan yang tentu "bukan kehidupan biasa" bagi banyak orang.

mudipra92 · Sci-fi
Not enough ratings
17 Chs

Epilog: Menerima Kehilangan

19 Juli 2025

Aku bisa kembali ke dunia nyata setelah mengalami perjalanan melelahkan. Waktu menunjukkan pukul 05:30 pagi. Kamarku masih berantakan. Aku memang susah membereskan kamar. Apalagi semenjak ditinggal oleh Mana. Dahulu, Mana sewaktu masih hidup selalu mengomel ketika baju dan celana dalamku berserakan. Kayak anak kecil kata dia. Tapi ya begitulah, dia tetap sabar menyiapkan sarapan buatku.

Satu yang dia senang, ketika aku bilang masakan dia enak. Dia tersipu malu dan semangat memasak untuk malam harinya. Kalau tidak seperti itu, dia akan mengambek seperti anak kecil dengan muka super cemberut.

Aku tidak mungkin bergantung dengan Mana terus. Aku harus mandiri. Maka aku harus mencoba membereskan kamarku sendiri. Aku pun bergegas ambil sapu, menyapu ruangan kamarku. Lalu merapikan pakaian kotor ke dalam ember yang aku sediakan. Lalu menyemprot parfum ke seisi kamar. Aku punya waktu banyak untuk bersiap. Aku bereskan kamar mandi, kusikat kamar mandinya dengan bersih. Aku masih ingat ketika Yuuka-neechan mengajariku beres beres rumah sewaktu kuliah. Ah telat sekali aku belajar waktu itu. Coba dari kecil aku diajari, mungkin aku bisa lebih mandiri dari sekarang.

Aku siapkan baju untuk bekerja hari ini. Kerja di Lab hanya setengah hari karena hari ini hari sabtu. Tapi aku tak boleh terlambat, aku kepala Lab sekarang. Aku menggantikan Mana jadi harus memberi contoh yang baik. Aku pun kemudian mandi. Kugosok gigi dengan rapi. Mamaku selalu mengingatkanku untuk menggosok gigi sampai kedalam dalamnya karena aku kurang teliti untuk kebersihan diri. Yuuka-neechan suka mengomel bila badanku bau sedikit saja. Yah memang keluargaku seperti itu.

Tak lama, aku selesai mandi dan memakai baju dan celana kantoran. Kupakai jas labku. Aku kemudian bergegas ke bawah untuk makan pagi. Waktu menunjukkan jam 06:30 sedang aku harus sampai di Lab 07:30. Waktu masih banyak.

Aku turun ke ruang makan di lantai bawah. Kakak-kakakku sudah menungguku bersama mama dan papa.

Kami pun makan bersama dengan makanan sederhana: Nasi Goreng dan Ikan Saos Teriyaki. Sambil makan kami mengobrol santai...

"Akihito... Kamu hati hati megang sendok. Jangan kayak megang sekop. Tidak sopan itu." tegur papaku.

"Aki... Makan mie jangan lupa dikunyah nanti lambungmu rusak!" seru mamaku.

"Aki makannya jangan banyak-banyak nanti kekenyangan kamu ga bisa mikir!" seru Yuuka-neechan.

"Tawarin orang lain kalau makan terus makan yang didepan dulu jangan langkah!" seru Mayuri-neechan.

"Aki-kun, sabar ya." ujar Akiko-neechan sambil nepuk pundakku.

"Aku salah lagi ya." ujarku sedih.

Aku memang lemah di hal-hal sepele. Aku sulit mengubah rasa malasku sehingga sampai menikah semua diurus oleh Mana. Sekarang aku harus melakukan semuanya sendiri. Mengubah semuanya dari nol. Aku menyesal tidak mengubahnya dari dulu. Aku seharusnya lebih dewasa dari sekarang. Kepergian Mana membuatku seperti anak kecil lagi.

Tak lama kemudian, kami selesai sarapan pagi. Lalu, aku bergegas keluar dari ruang makan. Menuju ke luar gerbang. Tiba-tiba, Yuuka-neechan memanggilku.

"Aki!"

Kuhampiri Yuuka-neechan. Dia memberikan sesuatu padaku.

"Ini buat bekal ya. Jangan kasih tahu mama, papa, maupun yang lain. Disana aku selipkan uang juga untuk kamu belanja disana. Takutnya kamu terlalu stres di kerjaan." ujar Yuuka-neechan sambil memberikan Bekal Nasi Bungkus dan 1000 yen didalam kantong plastik hitam. Kakakku yang satu ini memang pemarah tapi kalau soal kepedulian, dia memang nomor satu. Dia Apoteker yang baik dan berprestasi dimasa mudanya. Walau dia memang sering berantem denganku tapi dia adalah kakak yang baik. Tsundere itu karakteristik dia.

Syukurlah aku dapat uang dan bekal. Biasanya Mana yang selalu memberikan bekal dan uang. Aku jadi sedih. Tapi mau gimana lagi. Mana sudah tiada dan aku harus belajar menerima kenyataan.

Saatnya berangkat memulai hidup baru...

TO BE CONTINUED