webnovel

THINK ABOUT IT

"Loria Winslow?" tanyanya. Raut wajahnya menunjukan bahwa ia datang kemari bukan untuk mengurus perceraian, tapi sesuatu yang lebih penting daripada itu.

"Ya," sahut Loria disertai senyum ramahnya. Loria berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan pria tersebut untuk duduk. "Jadi mengapa kau ingin bercerai dengan istrimu?" Loria bertanya tanpa basa-basi. Loria selalu tak pernah memikirkan hal lain jika ada seseorang yang secara langsung datang ke ruang kerja pribadinya.

"Ah, bukan. Sepertinya kau salah paham, ini bukan tentang perceraian,"

"Lantas?" Loria menautkan kedua alisnya. Ia menatap pria tersebut lekat-lekat.

Bahkan Loria merupakan seorang yang taat akan hukum. Loria yakin benar bahwa ia tak sedang melakukan kesalahan fatal. Namun, seorang petugas kepolisian mendatanginya seperti ini, tanpa janji temu sebelumnya membuat Loria tak habis pikir.

"Loria Winslow, tunangan dari Shane Howard?"

Loria hanya menganggukan kepalanya.

"Kami mendapatkan laporan bahwa Shane Howard menghilang pagi ini, dan kau adalah satu-satunya saksi,"

Perlu waktu beberapa menit bagi Loria untuk mencerna semua perkataan pria tersebut. Menghilang? Kekonyolan apa yang sedang ia katakan? Yang benar saja! Bahkan pagi tadi ia dan Shane baru saja bercinta!

"Menghilang?" Loria mengulangi pernyataan petugas kepolisian tersebut dengan nada bingung.

"Kau semalam bersamanya, kan?"

"Tentu. Bahkan, sampai pagi tadi pun aku masih bersamanya," cetus Loria. "Lalu apa yang kau maksud dengan menghilang?" Loria bertanya kebingungan. Kini tangannya sibuk menghubungi Shane melalui telepon seluler miliknya.

"Kami perlu bantuanmu untuk menemukan Shane,"

"Tentu, apapun." Sahut Loria. "Namun, aku perlu tahu kau menemuiku hanya karena Shane menghilang ataukah ada sesuatu yang lain yang kau sembunyikan?" tanya Loria sangsi.

Meski ia tahu benar bahwa Shane adalah pria baik-baik dan tak mungkin melakukan kejahatan. Tapi, ini sangat penting baginya. Mengingat banyak sekali orang-orang jahat berkedok baik, yang bisa menyembunyikan kejahatan mereka dihadapan orang-orang yang mereka cintai.

"Tak ada." Sahut pria tersebut singkat. "Jadi, bisakah kita mulai sekarang?" tanyanya kemudian.

Petugas kepolisian tersebut mulai menanyai Loria tentang semua hal yang berhubungan dengan Shane. Dari mulai jam berapa terakhir ia bertemu dengan Shane, bagaimana kepribadian Shane, dan bagaimana intensitas komunikasi antara Loria dan Shane.

Loria bukanlah wanita bodoh. Ia bisa menangkap apa maksud dan tujuan polisi tersebut. Jangan lupa, ia adalah seorang pengacara handal. Loria dapat membaca gerak gerik seseorang dari caranya berbicara.

"Hubungi aku jika kau masih membutuhkan bantuan," ucap Loria setelah ia selesai menjawab seluruh pertanyaan dari petugas tersebut. "Dan, aku pun akan mencoba untuk mencari Shane. Mungkin ia ada di suatu tempat untuk menyelesaikan pekerjaannya," lanjut Loria.

Petugas kepolisian tersebut mengangguk dan menjabat tangan Loria sebelum ia pergi meninggalkan ruang kerja pribadi Loria.

Loria kembali duduk di kursi kerja nyaman miliknya. Ia terus menerus menghubungi Shane sebisanya. Nihil, ponsel milik Shane tak bisa dihubungi sama sekali.

Banyak pertanyaan berkecamuk dalam pikirnnya kini. Ini sungguh tiba-tiba. Bahkan belum 2x24 jam Shane menghilang. Tapi, mengapa petugas kepolisian sudah sangat sibuk mencari Shane? Lagipula Shane adalah pria dewasa yang tak mungkin menghilang begitu saja.

"Apa yang sedang kau lakukan, Shane?" lirih Loria seraya menatap foto prewedding dirinya dan Shane yang berdiri kokoh di atas meja kerjanya. Shane terlihat nampak sangat bahagia memeluk Loria dengan senyum hangatnya. Begitu pula Loria yang terlihat sangat cantik dengan balutan busana pengantin berwarna putih.

Meski ia sangat takut akan pernikahan dan selalu mengundur hari pernikahannya dengan Shane. Tapi, kali ini ia merasa sangat bersalah pada Shane. Mungkinkah kini giliran Shane yang melarikan diri darinya? Menghilang tanpa pesan sedikit pun karena tak ingin lagi menikahinya?

Loria mengambil tas tangan dan kunci mobilnya. Ia harus mencari Shane ke tempat-tempat yang biasa Shane kunjungi.

BRAK!!

"Astaga, maaf aku terburu-buru. Maafkan aku," ucap Loria sembari ikut membereskan berkas-berkas kertas yang berhamburan di lantai.

"Tak apa, aku yang tak melihatmu. Aku berjalan terlalu cepat," sahut pria jangkung berwajah Asia blasteran Eropa tersebut. Tampan dan juga sexy.

"Maaf," ucap Loria sekali lagi lalu berlalu.

Pria tersebut hanya menatap punggung Loria yang kini mulai menghilang di balik lift. Ia tak sempat mencegah Loria pergi karena ia pun terlalu terkejut.

Kini Loria sudah mengemudikan mobilnya, bersiap menjelajahi setiap tempat yang ia yakin akan Shane datangi.

"Apa? Sekretaris pengganti?" tanya Loria terkejut. Ia menepikan mobilnya saat ia menjawab panggilan masuk dari sekretaris pribadinya tersebut. "Kau tak pernah bilang padaku bahwa kau akan cuti karena kau akan menikah," lanjut Loria kemudian.

"Hanya untuk setahun kedepan, aku sudah menemukannya. Maksudku, penggantiku," sahut suara wanita dari ujung sambungan.

"Bawa dia padaku, aku akan melihat dan menilainya sendiri." Sahut Loria.

Sedikit kesal tentu saja. Tapi, ia pun tak bisa memaksa atau pun menahan seseorang untuk terus berada disisinya.

"Dia sudah berada disini, seorang pria dan aku sudah lama mengenalnya."

"Astaga ... bagaimana bisa kau tak mengkonfirmasi hal ini padaku sebelumnya?! Seorang pria? Sekretaris baruku seorang pria?!" Loria sedikit menaikan nada suaranya. Ia menginjak pedal gasnya lalu memutar balik arah mobilnya. Kembali ke kantor Osborne Hall tentu saja.

KACAU! Hanya itu yang kini sedang Loria rasakan. Pagi hari penuh gairah miliknya menghilang begitu saja karena dirusak oleh berbagai hal mengejutkan dari orang-orang yang berada disekitarnya.

Mengurus perceraian pasangan kaya raya yang sebetulnya saling berselingkuh, namun bersikeras bahwa mereka ingin bercerai hanya karena tak memiliki seorang anak. Menghilangnya Shane secara tiba-tiba. Dan, kini kabar pengunduran diri dari sekretaris pribadinya.

Kepanikan Loria akan hilangnya Shane yang merupakan tunagannya saja masih belum ia urus. Dan sekarang ia harus menghadapi hal lainnya? Oh, dunia seperti sedang bermain-main saat ini.

"Dimana?" tanya Loria cepat saat ia sudah kembali ke Osborne.

"Sudah menunggu di ruangan kerja pribadimu,"

Loria melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya. Lagi-lagi ia merasa terkejut untuk kesekian kalinya. Pria tampan dan sexy yang baru saja bertabrakan dengannya sekitar 45 menit yang lalu ternyata adalah calon sekretaris barunya.

"Kau?" ucap Loria.

Pria tersebut menganggukan kepalanya. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Loria.

"Eldrick Holmes,"

"Ah, baiklah. Loria Winslow," tandas Loria. "So ..." Loria menatap Eldrick tepat pada kedua netranya. "Kau adalah sekretaris baru yang akan menggantikan sekretaris pribadiku?" tanya Loria kemudian.

Eldrick menganggukan kepalanya. "Profesiku adalah seorang dokter psikiater. Namun, karena aku membuka praktek kedokteran pada malam hari, kurasa aku bisa bekerja sebagai sekretaris dari pagi sampai sore hari," tukas Eldrick.

Loria mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Seorang dokter yang juga ingin bekerja sebagai sekretaris, bukanlah itu hal yang luar biasa.

"Kuharap kau bisa mengikuti cara kerjaku, dan ada satu hal yang perlu kau tahu bahwa aku ..."

BRUK!

Tiba-tiba saja Loria jatuh pingsan, tak sadarkan diri.