webnovel

part 3

aku tidak pernah mengeluh tentang peranku sebagai istri, mencuci baju,mencuci piring , memandikan anak anak perempuanku, memasak sayuran dan ikan diatas kompor bukanlah hal yang melelahkan bagiku. Karena jauh sebelum aku menikah, semua tugas-tugas itu sudah kulakukan saat aku masih bersekolah

kepindahan rumah yang tak pernah aku inginkan saat aku duduk di bangku smp . Kau pikir hidup di desa itu menyenangkan apa? ditambah dengan mulut-mulut liar dari keluarga ibumu yang selalu mencelamu, apa kau pikir aku tumbuh bahagia dengan lingkungan seperti itu

mereka mencelaku karena meski aku sudah punya payudara tapi aku masih senang bermain boneka kertas bersama kedua adik perempuanku

mereka mengataiku anak malas, anak botrok,.anak durhaka dan meramalku masa depanku suram

mereka juga bisik bisik dibelakangku, mengatakan aku turun dari mobil berwarna cokelat milik om-om senang, bagaimana mungkin aku menjual harga diriku kepada pria tua sedangkan saat aku pergi ke warung dan melihat seorang cowok muda yang kusukai, aku malah berbalik arah, karena tak tahan dengan rasa maluku yang berdegup-degup di rongga dadaku

sialan. Mereka semua, yang mengatai dan mencelaku di masa masa itu adalah orang-orang brengsek sialan

padahal ibuku tak pernah berbuat jahat pada mereka ibuku adalah orang polos yang penuh ketakutan , seperti halnya ayahku yang tak pernah merespon apa-apa. Masalah sebesar apapun yang bertubi tubi menimpa keluarga kami , ayah tak pernah menunjukan ekspresi apapun.

pernah sekali aku berniat ingin membalas perkataan mereka, bahkan jika memungkinkan akan kuambil batu besar dan kulemparkan pada wajah mereka namun ibuku menahanku, ibuku yang polos terlalu takut jika ia mati semua saudara-saudaranya tak ada yang mau mengurus jenazah dan mendoakan ibuku

meski kesal, akhirnya kuturuti perkataan ibuku . cih, konyol sekali alasan itu bukan ....

ternyata keputusan untuk pindah ke desa semakin membuat ekonomi keluargaku morat marit, hutang ibuku terus menggunung , entah untuk apa uang uang itu... aku sendiri bukan tipe anak yang suka jajan, aku sadar diri, tapi meski aku sudah menahan diri untuk tak minta jajan,.,, ibu selalu berhutang pada renteiner2 itu, bukan hanya satu tapi belasan rentenir . kau tahu seperti apa rasanya saat orang-orang dikampung berkata hal-hal yang jelek tentang ibuku sendiri, kalau sudah seperti itu aku hanya bisa berlari dan menangis di belakang pintu kamar .