webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Video Games
Not enough ratings
31 Chs

XVII. The Dear One

Sebulan setelah trio Herrscher dan satu dewa asing diterima di Akademi St. Freya sebagai siswa.

Pada pagi hari yang normal di rumah Himeko…

"KYAAA!!!" Suara Kiana Kaslana benar-benar meramaikan pagi hari yang cerah ini.

"Berhenti merangkak ke kasurku saat kamu mabuk!!!" Kiana berteriak lagi dari kamarnya, sementara Bronya keluar dari kamarnya membawa sebuah bantal dan boneka Homu kuning di pelukannya dengan ekspresi tidak senang.

"Seperti biasanya bukan…" Elias berjalan menuju ruang makan rumah Himeko dengan seragam Akademi St. Freya khusus laki-laki. Baju kemeja putih dengan atribut lengkap dan celana panjang merah.

"Ahaha…" Mei hanya bisa tertawa kering dengan sinergi Himeko dan Kiana di setiap pagi hari.

"Himeko-sensei, Kiana, Bronya, sarapannya sudah siap~." Mei memanggil tiga perempuan itu, saat ketiganya dengan semangat bergerak ke meja makan.

Mei melirik rupa Himeko yang baru bangun, saat dia segera tersipu melihatnya. "Himeko-sensei! Elias ada disini!!"

"... Himeko-san. Tolong gunakan pakaian yang lebih pantas." Elias berkata tenang pada Himeko yang cuma mengenakan kemeja putih tanpa bra dengan bagian atas yang tidak dikancing.

Himeko melirik Elias, dia melipat tangannya dan tersenyum menggoda, "Hmm~ Apakah kamu tergoda dengan wanita ini~?"

Satu-satunya laki-laki disana menutup matanya dengan tenang sebelum menjawab, "Tentu saja. Penampilan itu benar-benar menggoda imanku."

Himeko tersipu, sebelum berdehem. "Ehem! Ayo makan saja."

Wanita itu mencoba tidak memperdulikan satu-satunya laki-laki disana dan mencoba sarapan dengan tenang.

"Sup miso… sudah cukup lama aku tidak makan ini lagi."

Ketika dia mencoba sarapan ala Jepang buatan Mei itu, dia menjadi teringat pada sang ibu yang membuatkan sup miso dengan penuh kasih sayang.

"Mmmnnn~" Kenikmatan dan kehangatan sup itu benar-benar memenuhi mulut Himeko. Dia mau lagi! "Haaa… ini benar-benar nikmat~"

Tanpa mengatakan apapun, Elias mengangguk setuju pada pendapat Himeko. Mei benar-benar seorang istri yang ideal!

"Ini akan menjadi ujian resmi pertama kalian. Berusahalah yang terbaik." Himeko melambaikan tangannya pada ketiga gadis yang berangkat menuju ke sekolah.

Tunggu, dimana Elias?

Himeko kaget saat dia merasakan kaleng bir di tangannya mulai melayang keluar dari genggamannya. "Hei!"

"Himeko-san. Hah… berhenti minum bir di pagi hari." Elias menghela nafas lelah saat dia meraih kaleng bir di tangan Himeko. Mentang-mentang usianya tidak lama lagi, dia dengan sembarang minum alkohol pagi-pagi.

Sungguh, wanita ini benar-benar butuh seorang pria kompeten untuk merawat hidupnya yang terlalu bebas.

Jam istirahat di kelas. Elias yang saat ini duduk di bangkunya, dengan sang ketua kelas, Fu Hua duduk di bangku sebelah setelah berbicara beberapa patah kata pada Kiana.

Fu Hua, seorang gadis… yang sudah hidup lama… sangat lama sampai-sampai bisa disebut sebagai leluhurnya leluhurmu. Namun tentu saja, Elias menyembunyikan informasi bahwa dia tahu tentang identitas gadis ini.

"Ketua kelas, kamu cukup berpengetahuan luas dengan peribahasa lama." Elias berkata dengan tertarik. Tentu saja, dia tahu apa alasannya gadis ini berpengetahuan luas, tapi sedikit basa-basi tidak akan menyakiti siapapun.

Fu Hua mengangguk, "Hobiku adalah membaca setiap catatan sejarah. Bagaimana denganmu, Elias-san? Ujian sebentar lagi."

"Aku sudah belajar cukup banyak, dan ku yakin aku mampu melaluinya dengan nilai yang baik."

Fu Hua mendorong kacamatanya, saat mulai memantulkan cahaya menyembunyikan mata gadis itu di balik kaca. "Begitu. Tidak hanya ilmu pengetahuan tapi kepercayaan diri juga dibutuhkan untuk melalui setiap ujian."

"Benar, setiap sifat itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang buruk tidak selalu buruk dan yang baik tidak selalu baik. Yang penting tidak berlebihan saja." Elias setuju dengannya.

Fu Hua mendongak ke arah Elias yang lebih tinggi darinya. "Elias-san, apakah… kita pernah bertemu sebelumnya?" Gadis itu bertanya dengan tidak yakin.

Elias diam saat matanya yang menyipit mengeluarkan kilatan emas yang disadari oleh Fu Hua, sebelum menjawab, "Kupikir, aku juga merasa pernah bertemu denganmu dimasa lalu."

"... Jadi benar." Fu Hua memegang dagunya, mencoba mengingat dimana dan kapan dia bertemu dengan laki-laki di sampingnya.

Rambut hitam seperti bulu gagak dan mata emas yang tajam seperti elang tapi memandangnya dengan lembut… "Ughh…" rasa sakit muncul di kepala Fu Hua saat dia mulai bisa mengingat waktu dan tempat pertemuan keduanya. Dia hanya butuh sedikit pemicu… untuk mengetahui gambarnya dengan lebih jelas.

"—Ketua kelas."

Suara Elias membuatnya tersentak saat dia kehilangan fokusnya. Dia bisa merasakan keringat dingin di mengucur di seluruh tubuhnya, membuatnya terlihat seperti baru saja mandi. Si mata empat mulai melirik ke arah Elias yang memandangnya dengan khawatir.

"Kamu tidak kelihatan baik-baik saja… sebaiknya kamu memeriksakan diri ke ruang UKS." Fu Hua mengangguk. Benar… dia terlalu memaksakan dirinya untuk mengingat sesuatu yang sudah lama dia lupakan…

"Apakah kamu butuh bantuan?" Elias bertanya, saat dibalas dengan gelengan kepala dari si Empat Mata.

"Terima kasih, tapi aku masih mampu berjalan sendiri."

Fu Hua bangkit dari bangkunya lalu berjalan pergi dengan hati-hati menuju ruang kesehatan sambil memegangi kepalanya.

"..." Satu-satunya murid laki-laki St. Freya itu hanya diam memandang gadis mata empat berambut abu-abu itu.

Elias mendapatkan informasi yang bagus dari Fu Hua. Sebuah informasi yang menghubungkan antara dia dan masa lalu Fu Hua.

'Jadi begitu… dunia ini…'

Sebuah kebetulan mengerikan yang bisa terjadi. Dari ribuan alam semesta yang ada di dunia, teleportasi acak yang dia lakukan malah membawanya ke dunia ini… lagi.

"... Jadi sudah ribuan tahun lamanya waktu berlalu ya…" Elias bergumam, dia memandang langit dari balik jendela kelas.

'Tanpa kusadari akulah yang menciptakan identitasnya…'

Tanpa terasa, ujian telah berlalu dan selesai. Elias berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan—yaitu peringkat satu.

"Yah… bagus," gumam Elias.

"Wow… Elias-kun, kamu mendapatkan peringkat satu." Mei memandang Elias dengan bersemangat. Dia terkadang masih belajar di bawah Elias, Mei mengakui bahwa Elias sangat berpengetahuan luas tapi dia tidak pernah menyangka Elias akan mampu sebanyak ini…

[... Dewa luar adalah makhluk maha tahu, tentu saja mendapatkan peringkat satu itu tidak akan jadi kejutan…]

"Hm?" Mei menoleh ke arah belakangnya secara spontan. Dia hanya menemukan beberapa siswa lain yang masih fokus dengan papan peringkat. Lalu… siapa yang berbicara dengannya?

Apakah itu dirinya yang lain, seperti yang dikatakan oleh Elias? Ini adalah pertama kalinya dia berbicara lagi semenjak ledakan di Nagazora.

"Nnnn… kalau Elias nomor satu, dimana namaku?!" Kiana bertanya-tanya. Peringkat paling atas berturut-turut adalah Elias, Fu Hua, Bronya, dan Mei. Sementara Kiana…

Mei melirik setiap nama di urutan peringkat. Namun dia tidak menemukan tanda-tanda nama Kiana Kaslana sedikitpun. "Um… Kiana-chan, kupikir aku menemukan namamu…"

"Oh! Benarkah itu? Hehehe! Tentu saja aku akan meninggalkan Elias dan Mei-senpai di tingkatan yang berbeda." Kiana bergerak dengan gembira… sesaat sebelum melihat hasil ujiannya.

[Gagal: Kiana Kaslana]

"Gagal?! Bagaimana aku bisa gagal?!" Kiana syok melihat hasil penilaian ujian yang dia terima.

"Tentu saja kau gagal, nilai ujian tertulismu saja jumlahnya 50. Maksudku, jika semuanya dijumlahkan." Welt datang membawa kertas jawaban milik Kiana yang menunjukkan nilai-nilainya yang menyedihkan.

"Tidak-tidak! Jangan biarkan Mei-senpai dan Elias melihatnya!!" Kiana dengan buru-buru mencoba meraih kertas jawaban miliknya dari tangan Welt.

Elias dan Bronya hanya bisa terdiam melihat gadis yang panik itu, saat Mei merasa kasihan, tapi tidak mengatakan apa-apa. Itu adalah salahnya sendiri tidak belajar dengan benar…

Elias melirik Fu Hua yang sedang membaca sebuah buku. Dia menghampiri gadis yang berusia 17 tahun tapi berulang selama 50.000 kali itu.

"Nilaimu melebihi dugaan semua orang, Elias-san." Fu Hua melirik Elias saat dia melihatnya berjalan mendekat.

Elias mengangguk sebelum duduk di bangkunya sendiri, sementara Fu Hua menghela nafas, "Seharusnya Kiana-san lebih peduli dengan studinya… ku yakin nilainya akan sangat bagus jika itu terjadi."

"Mau bagaimana lagi… kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Itulah hukum alam, Hua. Dia cuma bisa menunggu ujian remedial minggu depan."

Nafas Fu Hua tercekat mendengar Elias mengucapkan kata-kata itu… "Itulah hukum alam… Hua…" Fu Hua bergumam, saat samar-samar ingatan tentang seseorang yang duduk di sisinya muncul bersama-sama memandang matahari yang akan terbenam ks sisi lain dunia.

—Sosok terkasih di benaknya. Seorang laki-laki yang dirindukan… namun, tidak mungkin Elias merupakan laki-laki itu, Fu Hua tidak yakin sudah berapa lama tapi dia yakin itu bukanlah waktu yang bisa dilalui oleh manusia biasa.

Benar… Hua mengingat satu hal yang ditinggalkan olehnya. Selama dia menggunakan nama "Fu", dia akan selalu mengenang sosok laki-laki itu…

"Dunia memang suka mencari sensasi…" Fu Hua berkata kepada dirinya sendiri, membuat Elias yang mendengarnya terdiam saat itu juga.

"Fu." Adalah nama pemberian dari sosok yang dirindukan dirinya, sebagai seorang wanita dan sebagai Immortal Empyrea.

Di dalam kamar asramanya. Fu Hua menutup pintu dalam kesunyian. Ekspresinya terlihat netral bahkan dengan berbagai emosi yang bergejolak di dalam kepalanya.

"Ada apa denganmu Immortal?" Wujud inkorporeal dari sosok perempuan kerdil yang terbang menggunakan gulungan kertas muncul di penglihatan Fu Hua.

Ekspresi gadis itu melembut melihat sosok kecil dari makhluk yang mirip manusia kerdil itu. "Aku baik-baik saja, Buku Kecil… tapi hari ini aku melihatnya benar-benar mirip dengan 'dirinya'."

Sosok kerdil yang dipanggil Buku Kecil itu tersenyum menggoda pada sang mantan Dewa Pelindung Shenzhou. "Oho~ apakah itu berarti murid laki-laki itu benar-benar dia…?"

"Tentu saja tidak mungkin itu terjadi, dia sudah pergi lama sekali dari dunia ini. Hanya saja…" mata Fu Hua memandang jauh seolah menembus masa dari balik balik kacamatanya, "Aku berharap bertemu dengannya lagi…"

Buku Kecil itu mengangguk, "Orang itu… Huanglong… memang sosok yang luar biasa dan mengagumkan mengingat apa yang dia lakukan untuk mengisi dayaku. Hmm… apa sebutan yang diberikan oleh para penciptaku tentang sosok yang melampaui kekuatan orang-orang luar biasa —seperti kamu bahkan saat memakai [Bulu]— seperti itu? Oh ya… 'Karakter Broken'."

Book of Fuxi memandang ke arah mantan Dewa Pelindung Shenzhou sebelum mengatakan hal yang membuat nafas Fu Hua tercekat, "Dengan kekuatannya yang luar biasa seperti itu, ada kemungkinan jika dia masih hidup seperti dirimu loh—dan jika itu terjadi, pastinya dia akan menyembunyikan identitas aslinya di zaman sekarang."

Malam hari di rumah Himeko.

Elias keluar dari kamar mandi dengan handuk disampirkan di atas rambutnya yang masih sedikit basah. Matanya melirik sekeliling rumah itu dan menemukan Mei yang sedang mencuci piring dan Himeko yang menonton televisi sambil minum bir.

"Ngomong-ngomong, dimana Bronya dan Kiana?" Elias berjalan mendekati Mei, membantu gadis itu dengan mengelap peralatan makan yang basah.

"Terima kasih… Bronya-chan sedang mengajari Kiana-chan untuk ujian remidinya." Mei menjawab saat dia melihat pemuda itu berdiri di sampingnya.

"Hmm… jadi begitu." Elias bergumam saat dia membayangkan sosok wanita muda yang mirip dengan Kiana.

Kallen Kaslana… dia ingin bertemu dengannya. Tapi sayangnya dia tidak punya kesempatan untuk memasuki dunia data.

Seharusnya dia bisa membuat beberapa sihir untuk menciptakan wujud data bagi dirinya sendiri, jadi dia bisa memasuki dunia informasi tanpa perlu alat apapun.

Ide bagus. Saat dia menemukan koordinat dunia Sword Art Online, dia akan mempraktekkannya secara langsung di dalam gamenya. Akan lebih baik lagi jika langsung ke Underworld.