webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Video Games
Not enough ratings
31 Chs

XV. Aftermath

"Aku harus membalas budinya setelah kita keluar dari tempat ini," ucap Elias, sebelum dirinya berjalan menghampiri gadis itu.

Sudah saatnya bertemu dengan guru kesayangan kita semua.

"Raiden Mei!!!" Elias berteriak dengan kencang. Membuat perhatian sang Herrscher dan Valkyrie itu tertuju padanya.

"Itu sudah cukup. Dia bukan lawan."

"Tunggu!!! Warga sipil, ini berbahaya, jangan mendekatinya!!!" Valkyrie berambut merah itu berseru pada Elias, dia lalu memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengevakuasi Elias.

Mei memandangnya dengan tenang, sebelum mendengus dingin dan berkata, "Sebaiknya kamu memiliki penjelasan yang bagus untuk ratu ini, dewa luar."

Elias tersenyum padanya, "Tenang saja Mei, aku akan bersumpah kamu akan mendapatkannya."

"Bagus! Aku menerimanya!" Mei kehilangan kesadarannya, lalu terjatuh dari ketinggian bersama dengan Kiana yang tersadar di tengah-tengah penerjunan.

"Mei-senpai!" Kiana memeluk Mei dengan erat, dia menutup matanya bersiap untuk merasakan gaya potensial yang akan terasa super sakit.

Valkyrie merah yang berada di dok pesawat itu terbelalak, saat Herrscher petir di hadapannya, segera menghilang dan berubah menjadi manusia sekali lagi.

"Bronya."

Hanya dengan satu kata dari Elias, seorang gadis mungil bersama sebuah robot muncul menangkap Kiana dan Mei di tangannya.

"Project Bunny 19C, berhasil menyelesaikan misi." Bronya berkata dengan tenang, sebelum bergerak ke sisi Elias dengan kedua gadis yang tidak sadarkan diri di masing-masing tangan Project Bunny 19C.

[Kapten Himeko, energi Honkai telah turun drastis! Tanda-tanda Herrscher telah menghilang sepenuhnya!] Suara dari alat komunikasi milik Valkyrie itu terdengar tergesa-gesa, dia sendiri juga terkejut dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"... Sepertinya tuan muda tampan ini tidak sesederhana kelihatannya." Murata Himeko bergumam, dia agak terguncang melihat bagaimana mudahnya pemuda itu mengurus sang Herrscher—dia bisa memerintah Herrscher, jika dia memutuskan untuk melawan dunia, itu tidak akan sulit baginya.

… Dan apa yang Herrscher itu maksud dengan dewa luar? Himeko berpikir dalam diam, tidak ingin mengungkapkan apapun yang berpotensi menghancurkan kewarasannya sendiri.

Himeko dengan segera memerintahkan kru-nya melalui alat komunikasi, "Prioritaskan evakuasi kepada keempat anak muda itu untuk sekarang! Aku perlu sesuatu dari mereka, dan kepala sekolah juga harus tahu tentang ini."

[Dimengerti, Kapten Himeko!]

Kiana memandang robot yang menggendongnya, lalu melirik ke arah lain dan menemukan Elias mendekatinya. "Beristirahatlah Kiana… biarkan aku yang mengurus segalanya."

Entah kenapa suara Elias terdengar sangat lembut dan menenangkan, seperti suara Papanya. Kiana mengangguk, tersenyum kepada laki-laki itu dan kembali memasuki alam mimpi.

"Elias, apa yang kita lakukan sekarang?" Bronya bertanya kepada pemuda itu, semuanya tergantung padanya.

Elias memandang kapal induk raksasa yang terbang, sebelum berkata, "Untuk sekarang, kita akan mengikuti perkembangan kedepannya."

"Tidak perlu khawatir, kita pasti baik-baik saja dengan orang-orang baik itu."

Tentu saja, itu bukanlah kepercayaan kosong. Dia sudah memeriksa semua latar belakang dari setiap kru Hyperion dengan Mata Mistik-nya tanpa diketahui oleh siapapun.

Kiana terbangun. Suasana gelap dan kacau kota Nagazora telah berubah menjadi terang dan sunyi dari sebuah ruangan dengan langit-langit putih.

Dia bisa merasakan perban membungkus tubuhnya dan luka yang hampir tidak terasa sakit.

Dia mengangkat tangannya, memandang jari kelingkingnya. Kiana bermimpi mengenai sebuah janji, janji yang dia buat bersama dengan ayahnya saat dirinya masih sangat kecil.

"Jadi kamu sudah bangun." Suara seseorang terdengar dari depan.

Kiana duduk di kasurnya, di hadapannya, seorang gadis mungil —yang lebih mungil dari Bronya— sedang ber-cosplay menjadi biarawati dan duduk di atas salib emas raksasa. "Sepertinya pemulihan tubuhnya agak lebih cepat."

"Hei ini dimana? Bocah, aku berbicara denganmu!" Kiana dengan cepat bertanya kepada bocah itu.

"—Ukh!" Urat kemarahan muncul di dahi wanita bertubuh mungil itu, "Kamu benar-benar butuh belajar kesopanan, gadis muda."

Hal ini membuat Kiana menyesal karena telah mengejek seorang wanita yang menggendong salib raksasa di sisinya dan berlari dengan santai.

"Pria muda, apakah kau mengerti apa yang kau lakukan?" Wanita berkepala merah, Himeko Murata bertanya dengan tegas ke arah laki-laki di hadapannya. "Apakah kamu tahu apa yang disebut Herrscher?"

Elias mengangguk dengan tenang padanya, membuat Himeko kagum dengan ketahanan mentalnya setelah melihat berbagai kekacauan di kota. Dia kembali berbicara kepada pemuda itu, kali ini dengan nada menyentak, "Mereka adalah makhluk yang mencoba menghancurkan kemanusiaan, jika kamu tidak lagi bisa memerintah Herrscher seperti itu lagi, kamu juga yang akan dibunuh olehnya!"

Ketenangan dalam diri Elias tidak menghilang, dia menarik nafasnya sebelum membalas perkataan wanita muda itu. "Aku tidak peduli apakah temanku adalah manusia ataupun monster, dia hanyalah gadis remaja biasa yang dimusuhi oleh dunia. Aku harus menjaganya! Aku bersumpah padanya jika kami akan melihat hal-hal indah di dunia ini bersama-sama. Jika aku tidak bisa melakukannya, aku hanyalah orang yang menyedihkan."

Haiss… anak muda jaman sekarang benar-benar menyusahkan! Himeko menghela nafas lelah. "Aku mengerti." Wanita itu mengangguk, "Temanmu Kiana sudah pulih dari lukanya. Sedangkan dua sisanya baik-baik saja."

"Syukur kalau begitu."

Himeko menggelengkan kepalanya. "Kepala sekolah kami ingin bertemu denganmu sekarang."

Elias mengangguk, walaupun dia ingin tahu mengapa Himeko tidak lagi membahas masalah Mei, dia akan menanyakannya langsung kepada atasannya nanti. "Tolong tunjukkan jalannya."

Akademi Saint Freya. Sebuah sekolah khusus yang digunakan untuk melatih para calon-calon Valkyrie. Semua muridnya adalah wanita, secara alami, pendirinya juga adalah seorang wanita.

Theresa Apocalypse, seorang wanita dewasa yang memiliki tubuh seperti gadis kecil berusia 12 tahun. Walaupun tidak kelihatan seperti itu, dia adalah orang yang kompeten. Begitulah aura yang ditunjukkan oleh diri Theresa—yang hanya kelihatan bagian kepalanya saja di meja kepala sekolah.

"Senang bertemu denganmu, Elias Hyde. Silahkan duduk."

Elias memenuhi permintaannya dan duduk di kursi. Theresa kemudian berbicara, "Tahukah kamu kalau mayoritas orang yang dapat menahan energi Honkai adalah Perempuan. Namun, ada beberapa kasus khusus seperti dirimu, seorang laki-laki yang dapat menahan radiasi Honkai tanpa terpengaruh olehnya."

"Akademi kami mengajarkan kepada para gadis-gadis yang berkemampuan khusus ini untuk menjadi prajurit yang melindungi manusia dari ancaman Honkai. Para gadis itu disebut sebagai Valkyrie."

"Sekarang, seperti yang kukatakan sebelumnya, laki-laki adalah kasus khusus, tetapi bukan berarti mereka belum pernah ada. Para laki-laki yang menjadi prajurit anti-Honkai disebut dengan Knight. Tujuanku sekarang adalah, apakah kamu ingin bergabung dengan kami untuk memberantas Honkai? Ketiga temanmu sudah menyetujuinya, jadi bagaimana denganmu?"

Elias diam berpikir. Rencananya sejauh ini benar-benar mulus. Namun, ini baru saja awalnya. Dan masuk ke dalam sekolah ini merupakan sebuah pintu menuju kesengsaraan dan cobaan besar…

Tapi Elias punya kualifikasi untuk menjadi dewa. Berikan saja Finality langsung di depan wajahnya dan dia akan menciptakan "Jangkar" dunia sekarang juga!

"Aku akan bergabung dengan organisasi kalian," jawab Elias dengan tegas.

Theresa tersenyum, "Baiklah, selamat datang ke Akademi St. Freya, cabang timur jauh dari Schicksal yang berada di Nagazora, Elias Hyde-kun."

""Elias!"" Kiana dan Mei berseru senang saat melihat teman laki-lakinya. Mereka dengan cepat berlari ke arahnya dan sementara Kiana berhenti, Mei memeluknya dengan erat, tidak memberikan sedikitpun ruang untuk bergerak.

"... Aku senang kamu baik-baik saja." Mei sangat bahagia hingga dia tidak bisa menahan air matanya.

Elias tersenyum kepada gadis itu, "Tentu saja, kamu tahu siapa aku, 'kan."

"Iya…"

"..."

"..."

"Ekhem!" Suara batuk Kiana yang dibuat-buat menyadarkan Mei tentang posisinya yang sangat dekat dengan Elias… umm… bukankah wajahnya agak terlalu dekat?

Gadis itu tersipu, sebelum secara refleks melepaskan pelukannya. "U-uh… maaf…"

"Tidak apa-apa." Elias menjawab dengan santai.

"Kamu! Apakah kamu setuju untuk bergabung?" Kiana bertanya dengan antusias, melupakan Insiden kecil yang sebelumnya.

"Ya." Elias mengangguk, Theresa kemudian berbicara disisinya. "Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah St. Freya, ada seorang siswa laki-laki yang menuntut ilmu disini."

Elias melirik wanita mungil itu. "Jadi, dimana aku tinggal nanti? Bukankah akan buruk untuk tinggal di rumah yang hanya berisi wanita?" Dia bertanya.

"Benar," Theresa setuju, "Di sebelah rumah ini, ada sebuah gudang kecil yang bisa kamu gunakan—kita akan membersihkannya dan mengubahnya menjadi kamarmu, untuk toilet dan mesin cucinya sementara waktu akan menyatu disini sebelum kami membangun asrama yang lebih pantas untuk siswa pria."

"Umm… kenapa kalian tidak menyediakan asrama untuk murid laki-laki sejak awal?" Mei bertanya dengan kebingungan.

"Bukannya kami tidak menyediakannya. Tapi konstruksinya diperlambat untuk menyediakan tempat tinggal sementara korban bencana Honkai mengingat siswanya baru satu saja saat ini." Theresa menjawab gadis itu, menunjuk Elias.

"Baiklah, tidak usah bertele-tele lagi. Elias, ikutlah membantu membersihkan tempat ini lalu kita juga bisa membersihkan tempat tinggal sementara mu." Himeko berkata saat dia menyerahkan sarung tangan, sapu, dan masker.

"Baiklah! Saatnya kerja lembur bagai kuda!" Kiana berseru dengan bersemangat.

Elias menggelengkan kepalanya pada sifat kekanak-kanakan ikan putih itu. Tapi terkadang, orang yang punya sifat seperti itu lebih dibutuhkan untuk menjaga suasana ketimbang orang yang punya sifat kalkulatif dan suram.

Ini bab terakhir di volume 1 kawan-kawan.

Skarthacreators' thoughts