webnovel

Terselesaikan

"Hwa-ya… apakah hubungan mereka masih tidak baik?" tanya Seongeun pada Hwa yang masih sibuk dengan rangkaian bunganya.

"Entahlah eonni, seharusnya mereka bertemu di makam Yongbok akhir pekan lalu," jawab Hwa.

"Kalau begitu, ayo rencanakan sesuatu," ucap Seongeun yang dihadiahi tatapan heran oleh Hwa.

"Apa yang akan eonni rencanakan?" tanyanya penasaran.

"Bagaimana kalau kita lakukan double date?" Seongeun bersemangat.

"Baiklah, aku harap mereka segera berbaikan." Hwa mengiyakan.

Tak lama mereka menunggu, akhirnya salah satu dari pria itu datang. Chris datang lebih dulu, sebelum akhirnya Minho datang. Saat ini mereka tengah berada dalam kecanggungan yang luar biasa. Kondisi ini terjadi karena Seongeun yang tiba-tiba mengusulkan untuk double date.

Minho menatap Hwa, bertanya lewat tatapan apakah gadis itu tak keberatan. Sejujurnya Hwa sangat tidak keberatan dengan hal tersebut. Justru Hwa khawatir bahwa Minho lah yang tak akan nyaman karena harus bertemu dengan Chris.

Akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke restoran milik Minho dan menghabiskan waktu makan malam di sana. Chris dan Minho duduk saling berhadapan, dan yang pasti mereka terlibat ketegangan dan kecanggungan yang luar biasa.

Percayalah, ide double date ini direncanakan oleh Seongeun dan Hwa sebab Mereka sudah muak melihat hubungan Chris dan Minho yang tak kunjung membaik,tapi bukannya berhasil malah menjadi seperti ini. Kenyataanya bukannya saling bercengkrama mereka berdua malah saling diam dan kikuk.

Setelah selesai mereka selesai makan pun keadaan mereka masih sama. Tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Akhirnya Hwa dan Seongeun memutuskan untuk mengambil rencana kedua. Ya, mereka akhirnya berhasil membujuk keduanya untuk pergi ke pantai.

Setelah tiba di pantai, Hwa dan Seongeun segera berlari dan bermain bersama. Menyisakan dua orang yang masih saja kikuk dari tadi. Mereka berdua berdiri berjauhan sambil melihat dua gadis yang tengah asik dengan dunia mereka.

Mungkin sudah lelah dengan keheningan yang menyelimuti mereka, keduanya mulai membuka pembicaraan secara bersamaan, dan kembali merasa canggung.

"Hyung, bagaimana kabarmu?" Akhirnya Minho membuka pembicaraan.

"Aku baik, bagaimana denganmu?" Chris balik menanyakan keadaan Minho.

"Baik juga," jawab Minho sebelum akhirnya keheningan kembali menyapa mereka.

"Maaf," ucap mereka secara bersamaan, sebelum akhirnya mereka terkekeh.

"Aku sungguh egois Minho-ya… tolong maafkan aku. Bisakah kita memulai kembali pertemanan kita?" Chris menurunkan egonya dan mulai masuk ke inti pembicaraan.

"Tentu hyung, aku rindu saat dimana kita bermain bersama. Maafkan aku juga, karena menghilang tanpa kabar," ujar Minho.

"Kalau bukan karena mereka, mungkin kita tak akan saling bicara." Chris dan Minho menatap ke arah dua gadis yang tengah asik berlarian.

"Dulu Eunhwa juga menyelamatkanku, sekarang dia kembali membuat kita berbaikan. Aku berhutang padanya." Minho menatap gadisnya dari kejauhan.

"Seongeun juga begitu, dia juga menyelamatkanku disaat aku hampir menyerah karena kehilangan persahabatan kita," kata Chris.

"Mereka berdua adalah malaikat." Ucapan Chris langsung disetujui oleh Minho.

Akhirnya mereka menghampiri kedua gadis itu sambil membawakan jaket. Angin pantai berhembus sangat kencang, bagaimana jika mereka berdua sakit.

Melihat Minho dan Chris yang datang bersamaan, kedua gadis itu menghentikan permainan mereka.

"Sudah berbaikan?" kata mereka serempak. Hal itu membuat Chris dan Minho gemas melihat keduanya.

"Terima Kasih," ucap Chris dan Minho bersamaan.

Mendengar hal itu, kedua gadis itu berpelukan dengan riang. Akhirnya mereka berhasil membuat kedua pria dingin ini mencair.

Seongeun langsung memeluk Chris, lalu mengelus kepalanya. "Kau hebat, sudah mau menurunkan egomu. Sekarang kau bisa melanjutkannya sendiri kan? Persahabatan kalian harus kembali," ucap Seongeun. Sedangkan Minho dan Hwa masih bermain kejar-kejaran. Hari ini mereka lewati dengan penuh kebahagiaan.

Keesokan harinya, Hwa kembali ke rutinitasnya. Dia membuka toko bunganya, dan merangkai beberapa pesanan. Di tengah kesibukannya merangkai bunga, suara bel pintu berdering bersamaan dengan seorang gadis yang masuk.

"Lee Eunhwa…" sapa gadis itu.

"Ya! Kwak Asha… bukankah perusahaan ayahmu sangat sibuk akhir-akhir ini?" ucap Hwa yang sedikit terkejut melihat sahabatnya itu.

"Sangaaaat sibuk." Asha menjatuhkan dirinya ke sebuah sofa.

"Lalu kau masih sempat menemuiku," kata Hwa

"Apa aku tidak boleh menemuimu? Baiklah aku akan pergi." Asha hendak beranjak dari sofa. Namun, Hwa menahannya.

"Ya! Bukan itu maksudku…" ucap Hwa.

"Aku akan bertemu dengan CEO perusahaan Kochi Group di daerah sini. Itu sebabnya aku kemari. Aku juga ingin kau membuatkan sebuah bouquet bunga untuk tanda selamat atas kerja sama perusahaan kami." Asha menjelaskan.

"Baiklah, akan ku rangkaikan dengan indah. Kau tunggu dan beristirahatlah dulu disana. Apa perlu ku seduhkan teh camomile?" ucap Hwa penuh semangat.

"Hwa… ikutlah denganku pergi menemui CEO itu." Asha meminta Hwa menemaninya.

"Kenapa? Bukankah kau sudah sering menghadapi situasi seperti ini?" tanya Hwa sambil tetap fokus merangkai sebuah bouquet bunga untuk Asha.

"Ini kasus yang berbeda. Aku terlalu gugup untuk bertemu dengannya," kata Asha.

"Baiklah, aku juga sudah menyelesaikan semua pesanan. Tapi, dengan satu syarat… kau harus mentraktirku makan, oke," ucap Hwa yang dibalas dengan anggukan setuju oleh Asha.

Sebenarnya Asha bertanya-tanya, mengapa Hwa tak merespon apapun ketika mendengar Kochi Group. Dan kenapa Hwa malah setuju untuk ikut bersamanya tanpa bertanya siapa CEO itu? Apa Hwa benar-benar lupa tentang perusahaan ini?

"Bouquet bunganya sudah siap…" ujarnya sambil menunjukkan serangkaian camomile yang melambangkan energi dan kesatuan.

Setelah selesai dengan rangkaian bunga untuk Asha, Hwa membereskan sisa tangkai bunga yang berserakan setelah ia mengerjakan beberapa pesanan. Dia juga melepas apron yang dia gunakan dan sedikit merapikan rambutnya.

Mereka akhirnya pergi ke sebuah hotel bintang lima ternama di daerah itu. Hwa hanya bisa ber wah sambil melihat ke sekeliling. Dia belum pernah datang ke tempat semewah ini sebelumnya.

Tempat ini sedikit ramai, karena dihadiri oleh petinggi dari dua perusahaan. Banyak orang berlalu lalang dengan pakaian formal. Acara yang akan dilangsungkan adalah acara untuk merayakan kerjasama kedua perusahaan.

Hwa terus bersama Asha sampai gadis itu dipanggil oleh ayahnya untuk menyiapkan sebuah pidato. Setelah itu, Hwa berbincang sedikit dengan ibu Asha, sampai akhirnya dia sendiri di pojok ruangan karena banyaknya tamu penting disana.

Entah kenapa juga Hwa menyetujui permintaan Asha untuk ikut dengannya ke acara seperti ini. Akhirnya dia sendiri juga kan dan hanya bisa melihat Asha dari kejauhan karena gadis itu tengah sibuk.

Akhirnya Hwa memilih untuk mengambil segelas minuman yang telah disediakan. Dan menunggu Asha selesai di barisan paling belakang karena merasa dirinya tak ada hubungannya dengan pesta ini. Hanya karena Asha memintanyalah akhrinya dia berada di sini.

"Lama tak bertemu, nuna." Telinga Hwa menangkap sebuah suara yang tak asing dari arah belakang. Hwa berbalik dan mendapati seorang pria berjas dengan tatanan rambut yang rapi berdiri di hadapannya. Gadis itu membulatkan matanya dan terkejut melihat siapa pria itu.

Dia kemudian teringat perkataan Asha, Kochi Group. Lalu dia merutuki dirinya sendiri karena tak begitu mendengarkan apa yang diucapkan Asha. Sedangkan Asha melihat dari kejauhan pertemuan dua orang itu. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi, dia sungguh melakukan hal ini demi kebaikan Hwa.