'Aku sudah berusaha mengusirmu dari dalam hatiku, Syifa. Tapi, aku belum bisa. Pesonamu belum tergantikan oleh wanita manapun dalam pandangan mataku, juga bagi hatiku. Maafkan aku, masih menyimpan rasa yang harusnya tak boleh ada di dalam hatiku.'
Fahri memejamkan mata, teringat bagaimana Syifa yang wajahnya bersimbah air mata. Teringat bagaimana wajah Brian yang biru lebam karena ia pukul.
Fahri membuka mata. Diusap matanya yang terasa basah. Memukul Brian adalah merupakan tindakan terbodoh sepanjang hidupnya.
Mencintai Syifa adalah hal terindah, meski berujung luka, yang tak kunjung sembuh di dalam hatinya.
'Semoga kalian bahagia, Brian, Syifa.'
Sekali lagi Fahri mengusap mata, sebelum memutar kunci kontak mobilnya. Baru saja mesin mobilnya menyala, saat ponselnya kembali berbunyi, terpaksa mesin mobil ia matikan lagi.
"Umi ...." Fahri mengernyitkan keningnya. Umi-nya jarang menelpon, kecuali penting sekali.
"Assalamualaikum, Umi. Ada apa?"
"Walaikum salam. Kamu tabrakan?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com