Kinayya berusaha untuk tetap tegar walau begitu perih mendengar ucapan suaminya. Baru saja beberapa jam menjadi seorang istri, Kinayya sudah merasa tersakiti. Namun, itu semua tidak membuat Kinayya gentar untuk menjadi istri yang baik dan shalihah. Ia akan tetap berusaha mengambil hati suaminya dan mempertahankan pernikahan yang suci dan bukan main-main.
Seperti saat ini, wanita cantik itu tampak sedang menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya. Tentu saja ia tahu tugas istri yaitu melayani dan membantu suami menyiapkan segala macam keperluannya. Apa pun yang akan suaminya katakan tentangnya, Kinayya sungguh tak peduli. Wanita cantik itu hanya akan tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
Sementara itu di dalam kamar mandi, Ghaisan yang sedang mengguyur badannya kini masih berpikir keras. Lelaki tampan itu tak henti mengolah otaknya untuk mencari cara agar membuat Kinayya bosan dan tidak betah menjadi istrinya. Tentu saja jika Kinayya bosan dan tidak sanggup lagi, itu artinya dengan mudah pernikahan tanpa cinta itu akan hancur berantakan. Ghaisan mungkin bisa saja melepaskan Kinayya saat ini juga. Namun, tentu saja ia bukan lelaki yang tega dan terlalu cepat mengambil keputusan. Ia akan bermain dengan caranya sendiri untuk membuat Kinayya perlahan-lahan pergi dari hidupnya.
"Aku akan terus membuatmu bosan dan merasa tersiksa hidup di dalam rumah ini, Kinayya. Aku sama sekali tidak membenci dirimu. Hanya saja, aku sungguh tidak mengharapkan kehadiranmu dalam hidupku. Harusnya saat ini Syakila yang ada di dalam kamar ini bersamaku, bukan Kinayya," ucap Ghaisan di dalam hati.
Ghaisan memang tidak menginginkan Kinayya. Namun, bukan berarti ia membenci wanita yang tidak tahu apa-apa itu. Jika bukan karena permintaan sang Papa, Kinayya pasti tidak akan ada di rumah ini dan tidak akan menjadi istrinya. Berhubung sang Papa meminta sosok wanita pengganti untuk menjadi istrinya, dengan terpaksa Kinayya hadir dan menjadi bagian dari hidupnya.
"Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan esok, lusa dan seterusnya padamu, Kinayya. Namun, kupastikan kau tidak akan betah dan akan mengajakku untuk berpisah," ucap Ghaisan seraya mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Ghaisan pun bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan kamar mandi. Ia hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi pinggang hingga pahanya. Tentu saja dada bidang dan perut sixpack nya begitu terlihat dengan jelas.
Kinayya yang sedang duduk di tepi ranjang tiba-tiba menoleh pada Ghaisan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Ghaisan tanpa mengenakan sehelai benang pun. Sontak saja hal itu membuat Kinayya terlonjak kaget dan menjerit histeris.
"Aaaaaaaa!" pekik Kinayya seraya memejamkan kedua matanya.
Kinayya benar-benar tidak menyangka jika kedua matanya akan melihat tubuh polos suaminya. Tentu saja kini jantungnya berdetak kencang dan tak karuan. Ini kali pertamanya Kinayya melihat seorang lelaki tanpa mengenakan pakaian. Jangan tanya bagaimana tegang dan kagetnya Kinayya saat ini. Yang jelas, wanita cantik itu tak berani membuka matanya.
Sementara itu, Ghaisan tampak mengerutkan dahinya dan menatap heran pada Kinayya yang kini sedang menutupi wajahnya dengan bantal. Ghaisan tak mengerti mengapa Kinayya tiba-tiba menjerit histeris saat melihat dirinya. Namun, saat ia sadar dengan tubuh polosnya saat ini, tiba-tiba saja ia tersenyum kecil dan menggeleng gemas.
"Dia terkejut melihat tubuhku. Hm, aku lupa kalau dia seorang wanita yang terjaga," ucap Ghaisan di dalam hati.
"Astaghfirullahaladzim. Kenapa beliau tidak pakai baju, sih!?" desis Kinayya di dalam hati.
Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tentu saja hal itu membuat Ghaisan mengalihkan perhatiannya. Lelaki tampan itu bergegas meraih handuk yang tadi sudah ia letakkan di tempatnya lalu kembali memakainya. Sementara Kinayya tampak masih menutupi wajahnya dengan bantal.
"Aku sudah memakai handuk lagi. Jangan takut!" ucap Ghaisan dengan suara yang pelan namun jelas.
Kinayya terdiam dan mencoba untuk tetap tenang. Namun, ia belum berani membuka matanya karena takut Ghaisan sedang berbohong padanya. Jujur saja ia belum siap melihat apa pun milik suaminya yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Buka pintunya. Lihat siapa yang mengetuk pintu," perintah Ghaisan pada Kinayya yang masih diam di tempat.
Kinayya tampak menarik napasnya dalam lalu membuangnya perlahan. Ia pun melepaskan bantal dan membuka matanya dengan perlahan. Namun, kedua matanya kini sengaja tidak menatap pada sosok Ghaisan yang sedang berdiri di dekat lemari pakaian.
"Baik, Mas," jawab Kinayya seraya menurunkan kakinya.
Tok tok tok!
"Ghaisan! Kinayya! Apa yang terjadi? Ada apa dengan kalian?" teriak Mama Hana dari luar.
Kinayya tampak tersentak kaget mendengar teriakkan sang mertua. Tentu saja ia merasa jika sang mertua mendengar jeritannya tadi saat melihat tubuh polos suaminya. Mungkin saja mertuanya merasa kaget dan panik dengan jeritan itu.
"Mama," gumam Ghaisan.
Kinayya menoleh pada suaminya. "Mama bertanya apa yang terjadi. Apakah saya harus jujur?" Kinayya menatap polos.
Ghaisan terdiam dan seperti sedang berpikir keras. Ia tidak segera memerintahkan istrinya untuk kembali melangkahkan kaki. Tentu saja ia sendiri sedang mencari cara untuk menjawab pertanyaan Mamanya yang mungkin kaget dan panik.
"Itu karena kamu menjerit. Dasar payah!" desis Ghaisan seraya menatap sinis.
"Saya tidak sengaja. Lagi pula, Mas Ghaisan yang membuat saya terkejut," ucap Kinayya mengeluarkan pembelaan.
"Ck! Lebay. Diam di ranjang dan biarkan aku yang menemui Mama," ujar Ghaisan seraya melangkahkan kakinya.
Kinayya membuang napasnya kasar. Begitu random dan absurd menjadi seorang istri bagi lelaki yang sama sekali tidak ia cintai. Andai saja Akmal yang menjadi suaminya, pasti tidak akan ada perdebatan kecil seperti ini.
Ceklek!
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Ghaisan membuka pintu. </font><font style="vertical-align: inherit;">Lelaki tampan itu dengan cepat keluar dari kamar dan kembali menutup pintunya. </font><font style="vertical-align: inherit;">Sementara sang Mama mengungkapkan heran pada mereka.</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">"Mama tahu ini malam apa?" </font><font style="vertical-align: inherit;">tanya Ghaisan.</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Mama Hana mengangguk. </font><font style="vertical-align: inherit;">"Tahu. Ini malam senin."</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">"Bukan itu. Tapi, ini malam pengantin bagi Ghaisan dan Kinayya. Jadi, mengapa Mama begitu mengganggu!?" </font><font style="vertical-align: inherit;">Ghaisan seolah tidak senang karena sang Mama telah mengganggu dirinya dengan Kinayya. </font><font style="vertical-align: inherit;">Padahal, tidak ada yang mereka lakukan selain berdebat dan saling diam-diam.</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Mama Hana mengungkapkan wajah seriusnya. </font><font style="vertical-align: inherit;">ini ia tersenyum kecut dan mengangguk tanda mengerti. </font><font style="vertical-align: inherit;">"Sebenarnya Mama sedikit kaget mendengar jeritan Kinayya. Mama takut kamu melukai Kinayya."</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">"Mama terlalu berburuk sangka pada Ghaisan," sanggah Ghaisan, "tentu saja Ghaisan tidak sejahat itu, Mam. Dia bukan wanita yang pantas dilukai. Lagi pula, ini malam pengantin dan wajar bagi Kinayya menjerit seperti itu," lanjutnya sambil tersenyum kecil. </font><font style="vertical-align: inherit;">Ia bersikap seolah sedang kewajiban suami istri di malam pengantin.</font></font>
<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">BERSAMBUNG...</font></font>