webnovel

Hikikimori Knight

Real_Venzuu · Games
Not enough ratings
29 Chs

13. Amarah

"Ok, Galih, kamu bisa!" Kataku menyemangati diri sendiri.

Kukumpulkan tekad kuat, kemudian perlahan mengenggam kunci pintu. Di luar, dokter Gustian dan Qines menyemangati.

"Ayo Lih! Kamu pasti bisa! Gak susah kok, tinggal di putar aja kuncinya!"

"Nak Galih, semangat!"

Sial, aku merasa seperti binatang sirkus saja. Bahkan untuk membuka pintupun mentalku tidak kuat.

Tapi, aku mau berubah, tidak, aku harus berubah. Aku tidak mau selamanya terkurung di sini, membusuk di tempatku bertumbuh ini. Aku berhasil membuka tirai jendela sebelumnya, membuka pintu bukanlah hal yang mustahil sekarang kan?

Kan?

Entah mengapa, keberanian yang perlahan kukumpulkan kembali luntur. Tanganku bergetar dan berkeringat dingin, nafasku menjadi tak karuan, pandanganku pun mengabur pudar…

"Aku, aku gak bisa…" Kataku ketakutan.

"Apa sih yang kau bilang Lih? Kamu pasti bisa! Percaya sama kita!"

"Betul nak Galih! Nak Galih pasti bisa, jangan menyerah, kita sudah sejauh ini!"

Kutangkupkan kembali tanganku, mencoba mengais sisa keberanian yang kumiliki. Kuteguk ludahku pelan, kemudian tanganku kembali bergerak maju…

["Dasar cupu! Apa kamu bilang? Kamu gak mau?"]

Sial, ingatan buruk itu tiba-tiba menguar keluar. Kenapa di saat seperti ini?

["Hoi, pegangin dia!"]

Tidak tidak tidak! Hal itu sudah lama terjadi,tidak ada pengaruhnya untuk aku di saat ini! Beranilah, beranikan dirimu Galih!

PLAK!

Kutampar pipiku keras-keras, mencoba kembali mencari fokus. Kutarik nafas dalam, kemudian kuhembus perlahan. Ku ulangi lagi beberapa kali, sampai hatiku sedikit tenang.

"Lih, ayo Lih!"

Jemariku kini kembali menyentuh kunci yang dingin itu. Bulir-bulir keringat menetes pelan di dahiku, seraya tanganku mulai bergerak memutar perlahan…

["Lih, maaf. Kita udahan aja…"]

Berhenti… waktu terasa berhenti saat aku teringat kenangan itu… Tubuhku seketika membeku, seiring dengan menggelapnya pikiranku… Aku ngga mau, aku ngga mau mengalami hal itu lagi… Aku… Aku gak mau, aku takut… Aku takut keluar…

"Aku takut keluar…" Gumamku pelan.

Suasana mendadak hening sejenak, "Nak Galih, bukannya nak Galih selalu membuka pintu ini saat makanan di antarkan? Atau saat harus ke kamar mandi? Anggap saja saat ini seperti itu. Nak Galih tidak benar-benar pergi dari kamar ini, hanya membuka pintunya saja. Nak Galih tetap di sana, dan kami yang akan masuk."

"Maaf dok…"

"Baiklah, kami tidak akan memaksa. Ini bukan soal anda keluar secara fisik, tapi secara mental. Matangkan hati dan keputusan anda. Pastikan anda siap terlebih dahulu."

Siap, hah sialan, aku tidak akan pernah siap!

Paksakan dirimu, paksakan dirimu Galih! Tidak akan ada yang berubah kalau kau tidak mengambil keputusan sekarang!

Perlahan, kukendurkan gengaman tanganku. Tanganku bergerak perlahan menuju kenop pintu. Kuhimpun semua keberanian yang bisa kukumpulkan, tanganku kembali memutar kuncinya pelan…

"Memalukan, hal sepele seperti ini saja bahkan tidak bisa kau lakukan…"

Ayah? Kenapa ada suara ayah di sini?

"Ayah, sudah yah, biarkan pak dokter bekerja…" Kata ibuku menenangkan.

Dari tadi mereka di sini?!

Semua sisa keberanianku perlahan luntur, akupun bergerak menjauh dari pintu.

"Udah, gak usah di buka pintunya. Diem aja di sini, gak usah aneh-aneh. Emang apa yang mau kamu lakukan di luar?"

Suara sialan itu lagi!

Ah, aku tidak punya waktu untuk ini…

["Lihat si pecundang itu, hahahahahaha!"]

"Tetap diam di sini, tidak akan ada yang berubah kalau kau mencoba keluar!"

Semangat dan percaya diriku pun seketika pudar. Padahal belum beberapa menit yang lalu aku merasa yakin sanggup membuka pintu itu. Kini hanya dengan sedikit komentar pedas saja, semua keyakinanku menghilang.

"Maaf dok, Nes, aku belum bisa kayaknya…"

~ ~ ~

"Makin jago aja lu Yam, perlengkapan lu juga udah upgrade gua lihat." Kata KuuGa.

"Makasih bre, gue dapat sponsor kebetulan." Jawabku.

"Wih enak banget lu di sponsorin, bisa spill ga namanya?"

"Wkwkwkwwk, rahasia perusahaan. Gimana, lanjut lagi gak?"

"Udah lumayan dapat expnya hari ini, mau nerusin juga udah pada cape kayaknya. Gimana kalau udahan dulu?"

"Boleh, udah pegal nih…" Sambung anggota grup lainnya.

Setelah saling mengucapkan salam perpisahan, satu-persatu anggota grup pun keluar dari game. Jujur, aku tidak memiliki agenda selain leveling malam nanti bersama grup lamaku. Barang-barang kebutuhan leveling juga udah di bantuin sama bos DeviL, jadi kayaknya gak perlu farming.

Bosan dan tidak ada hal yang harus dilakukan, akupun bergerak pelan ke kasur, merebahkan diri malas, kemudian menutup mataku perlahan, aku tidak berniat tidur sih, cuman pengen istirahat sebentar…

["Lih, masih ingat aku kan? Teman sekelasmu waktu SD dulu…"]

["Wih, kamu masih pintar juga rupanya, boleh dong kita lihat PR mu?"]

["Denger-denger kamu makin sombong sekarang?"]

["Kamu yang ngelaporin ke pak Saleh kalau kita merokok? Wah  lihat bajingan ini, makin berani kayaknya dia!"]

["Jangan harap hidup lu bisa tenang mulai sekarang!"]

["Hoi, pegangin dia!"]

"Hosh hosh hosh…" Aku terbangun terkejut, dipenuhi keringat dingin. Sial, sial mimpi apa barusan? Ingatan ku waktu SMA?

Kenapa tiba-tiba kenangan buruk itu kembali? Padahal aku sudah mulai bisa melupakannya. Apa kejadian hari ini pemicunya?

"Eh iya, ada kejadian itu ya? Salah satu kejadian yang bikin hidup lu jadi kayak sampah!"

Diam diam diam!

"Kasihan, harus mengalami hal kek gitu, padahal kamu masih remaja… Masa-masa mencari jati diri, eh hidup malah seperti sampah!"

"Makanya, diam aja di sini, dunia luar tidak seindah yang di katakan orang-orang. Apalagi buat orang kayak kamu. Kenyataan gak bakal kenal ampun sama siapapun."

Diammm!

"Masih ingat reaksi orang-orang yang pernah manggil kamu teman? Haduh berasa kayak angin hidupmu kan? Di anggap gak ada! Selain Qines, gak ada yang mau bergaul denganmu di masa itu…"

Sudah kubilang diam!

Dengan amarah, ku ambil salah satu mainan plastik murah di sekitar, kemudian ku lempar marah ke dinding. Sial, tidak ada suara nyaring atau efek pecahan. Ku lirik sekitar…

"Semua yang bisa pecah mahal, hahahahahaha…"

Aku merasa marah dan tidak berdaya, tentu, tidak ada yang bisa kujadikan pelampiasan saat ini… Tunggu dulu, bukannya ada sesuatu yang bisa ku hancurkan, sebanyak-banyaknya?

~ ~ ~

"Siapa si gila itu?"

"Oh, Knight yang narik semua monster sendirian itu? Itu Yami dari guild Protector, akhir-akhir ini emang agak konslet kayaknya dia."

"Denger-denger dia online 24 jam sekarang, yang bener?"

"Lebay itu, mana ada manusia sanggup main selama itu…"

"Iya sih, emang kedengarannya bohongan."

"Gue tanya-tanya yang lain sih palingan sekitar 20 jam sehari dia main."

". . ."

"Tapi AFK (Away from Keyboard) doang kan?"

"Kaga, aktif mulu dia. Kalau gak leveling, ya gini kerjaannya. Ngumpulin monster banyak-banyak, terus di matiin. Emang lumayan lama gegara serangan Knight geli, tapi karena langsung banyak ya  lumayan juga dia dapatnya."

"Butuh duit banget doi?"

"Entah."