"gue capek."
Siang itu terasa lebih panas dari biasanya. Nesya meletakkan handphonenya di meja, menatap teman prianya yang sibuk membalas pesan di layar teleponnya. setelah 10 detik Nesya tak bergeming. masih menunggu sosok di depannya selesai dengan chat-chat di whatsappnya.
"stop ngeliatin gue.. gue lagi bahas kerjaan sama departemen lain." tanpa menengok, Arya namanya, masih menatap handphonenya dengan fokus.
Nesya mendesah. "ok." kata Nesya akhirnya
"lo capek kenapa? ada apa lagi??" Arya mendongak, dilihatnya Nesya melamun sambil memainkan garpu di meja. tangannya otomatis berhenti bergerak saat Arya melontarkan pertanyaan itu.
"gue kayaknya mau resign."
handphone Arya bergetar. Ada beberapa pesan masuk tapi Arya memilih untuk mengabaikannya.
"resign? kenapa?" arya kaget sekaligus penasaran.
nesya mengangkat bahu. "nggak tau pasti kenapa. Gue capek aja ama kerjaan gue akhir-akhir ini.."
Arya tak menjawab. hanya menatap nesya lembut. sejujurnya Arya tahu mengapa Nesya tiba-tiba mengatakan itu. alasan Nesya bekerja di Jogja adalah Billy. laki-laki itu adalah pacar Nesya selama 3tahun. Nesya memutuskan membuang impiannya bekerja di Perancis karena Billy mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh. Dan dengan bodohnya Nesya melepaskan tawaran pekerjaan di depan matanya dan memutuskan tinggal di Jogja, bekerja di Jogja, demi Billy. Yang 4 bulan lalu kepergok selingkuh dengan teman kantornya.
"bukan karna Billy.. bukan.." Nesya sepertinya tahu apa yang Arya pikirkan. "ok ok dia juga salah satu alasan cuma.. gue beneran jenuh sama kerjaan gue sekarang. jadi customer service cuy, tiap hari gue dengerin keluhan orang lain dan nyelesein masalah orang lain tapi gue nggak pernah punya waktu buat nyelesein apa yang gue keluhin selama ini.." nesya melanjutkan. sebagai lulusan sastra Inggris, Nesya merasa menjadi customer service di bank bukanlah passionnya. nesya mengambil pekerjaan itu karena gajinya cukup besar dibanding menjadi guru atau tempat lain. dengan UMR Jogja yang menurutnya kecil, gaji sebagai customer service cukup besar dan pekerjaan sambilan Nesya sebagai penerjemah juga cukup lancar, ia memiliki waktu untuk menerjemahkan beberapa halaman ketika sampai dirumah. itu cukup menambah pundi-pundi uang di tabungan Nesya.
"Nes.. temen gue punya penginapan di Bantul, dan dia butuh orang buat ngurus itu. lu nggak mau ambil? ada yang bersih-bersih dan nyuci. tugas lu cuma mantau yang keluar masuk dan promosiin aja. lu bisa nerjemahin lebih banyak dan hemat biaya kos karna lu bisa tinggal disana juga. lu minat ga?" Arya menatap Nesya yang terlihat tak begitu berminat.
"emang yang punya kemana?" tanya Nesya akhirnya.
Arya tersenyum, "doi s3 di Bandung sekarang dan jadi dosen di kampus swasta. Gue ketemu dia setaun lalu pas acara amal. Dari situ kita akrab dan minggu lalu dia sempet share di status whatsappnya butuh orang buat ngurusin rumahnya.." jelas Arya. ditatapnya Nesya yang menggigit ujung bibirnya. bagus! itu tandanya Nesya memikirkannya. Nesya adalah orang yang akan menjawab tidak jika tidak menyukainya. dan tidak mengatakan iya adalah permulaan bagus karna Nesya memikirkannya.
#######
3hari kemudian, Nesya mengatakan setuju untuk apa yang Arya tawarkan. Nesya mengajukan resign dari tempatnya bekerja dan pindah ke tempat yang baru seminggu kemudian.
"rumah warna putih gerbang hitam.." Nesya yang duduk di samping supir pick up menjelaskan setelah membaca alamat yang bos barunya berikan. ketika melihat satu rumah besar di sebelah kanan, Nesya meminta supir berhenti. rumah itu cukup besar, ketika kurir memindahkan barang-barangnya ke lantai dua Nesya mengobrol dengan pembantu disana. ada 18 kamar dengan 4 lantai. 2 kamar di lantai pertama, 4kamar di lantai dua. dan 4 kamar berisi dorm atau 4 kasur di setiap kamarnya di lantai tiga. 8kamar lain ada di sisi belakang rumah dekat kolam ikan, lebih kecil dari kamar yg lain dan tidak memiliki kamar mandi dalam, 8 kamar berbentuk U seperti mengelilingi kolam belakang. tapi itu adalah tempat yang bagus karna taman dan kolamnya indah.. kesan di hari pertama Nesya di rumah ini adalah Nesya menyukainya. rumahnya cantik dengan konsep back to naturenya.. mereka memiliki jendela-jendela besar sehingga angin akan terasa sejuk jika tidak ingin menyalakan ac. banyak tumbuhan dan bunga cantik di pot-pot yang disediakan di pojok ruangan. ada ayunan dan kursi kayu di lantai dua dan tiga. Juga ada gazebo di atap dan pemandangannya benar-benar cantik.
secara keseluruhan ini adalah rumah yang menyenangkan. jauh dari kota dan Nesya merasa senang mengambil pekerjaan ini.
Mbok Inah dan suaminya yang mengurus rumah. mencuci sprei, menyapu mengepel setiap pagi dan sore. rumah mereka tak jauh dari penginapan jadi mereka akan pulang ketika pekerjaan sudah selesai. tidak ada yang memasak, Mbok Inah bilang tamu jarang makan di penginapan karna mereka akan sibuk jalan-jalan dan pulang di malam hari. ada 8 orang yang menginap hari ini tapi Nesya tak melihat satupun.
nesya dan mbok inah mendengar pintu diketuk. sebenarnya itu pintu kaca dan dia tidak perlu mengetuknya. tapi Nesya terlihat asik mengobrol dan tidak menyadari kehadirannya.
"umm.. saya Dipta.."
"mas Dita temennya mas Arman dari Bandung ya?" potong Mbok Inah.
dipta mengangguk, "iya bu..
"wah nggantenge pol.. mari mas biar mbok tunjukkin kamarnya. berhubung sisa 1 kamar di lantai 2 sama dormitory.. mas Dita mau kamar yg mana?" tanya Mbok inah langsung.
"yang sendiri aja bu.." Dipta mengambil handphonenya di saku celana.
"bentar ya mas tunggu 5menit biar mbok cek kamarnya dulu. tadi pagi sudah dibersihkan, biar mbok liat dulu.. mas dita tunggu disini ya sebentar.."
"dipta bu.." potong Dipta mengoreksi namanya.
"iya mas dita.. oh iya ini kenalin namanya mbak Nesya, yang ngurusin penginapan ini. sebentar ya mas.." mbok Inah buru-buru bangun dari sofa dan naik ke lantai dua.
nesya tersenyum manis, "hai.. saya Nesya, selamat datang di..."
Dipta mengangkat tangannya. ada telepon masuk. Dipta berjalan keluar dan duduk di teras dan berbicara disana cukup lama sampai mbok Inah datang.
setelah selesai dengan panggilan teleponnya Dipta masuk kembali, "boleh langsung kekamar mbok? saya ada ketemu temen sejam lagi jadi buru-buru.." tanpa melirik Nesya Dipta meminta mbok Inah mengantarnya. nesya diam di ruang tamu, apa hanya perasaan Nesya atau Dipta memang sengaja mengabaikannya?
#######
Nesya mengaduk kopinya perlahan. ini sudah tengah malam dan Nesya memiliki deadline untuk pekerjaannya besok siang. ketika Nesya sibuk dengan laptopnya, pintu depan terdengar terbuka. nesya mendongak, Dipta berjalan masuk membawa tas laptop di tangan kirinya. dia tidak membawa apapun kecuali ransel kecil saat datang tadi sore. nesya menggendikan bahu, melanjutkan pekerjaannya.
"bikinin saya kopi."
nesya terperanjat kaget. lalu melihat Dipta sudah ada di depannya.
"ada yang bisa saya bantu??" Nesya menghentikan ketikannya dan tersenyum ramah. walaupun jantungnya berdebar karna kaget Nesya bisa mengendalikannya. pekerjaannya sebagai customer service mengharuskannya stabil secara emosional di depan pelanggan. Nesya bahkan masih bisa tersenyum sehari setelah Billy ketauan selingkuh.
"oke." Nesya bangkit dan mengambil gelas di rak. membuat kopi dengan caranya. di kantor beberapa teman kantornya sering meminta Nesya membuat kopi karna Nesya pintar menakar jumlah kopi dan gula. sejak kecil Nesya belajar membuat kopi dari ibunya. menurut ayahnya, ibunya pandai membuat kopi yang enak. sayangnya Billy tidak bisa minum kopi jadi biasanya Nesya akan mengajak Arya keluar ke coffee shop bukannya Billy pacarnya. mantan pacar. mantan.
"ini mas.." Nesya meletakkan gelas kopi di meja. dipta sedang sibuk memainkan ponselnya. entah kenapa, wajah Dipta terasa familiar bagi Nesya. apakah dia artis terkenal? pikir Nesya. hmmm... Dipta memang terlihat sangat tampan, Nesya yakin Dipta pasti memiliki keturunan dari negara lain karna mata sipitnya seperti orang jepang. tapi matanya berwarna hijau dan itu cantik sekali. dan bibir Dipta untuk ukuran pria sungguh manis.. itu kecil dan ada tahi lalat kecil di ujung bibirnya, hampir tak terlihat. dia pasti terlihat manis kalau tersenyum. Nesya benar-benar tergoda untuk menci....
wait wait wait.. nesya mencoba mengendalikan pikirannya. apa yang dia barusan pikirkan? kenapa cabul sekali? ini baru 4bulan setelah putus dari Billy. apakah kau sedesperate itu Nesya? Nesya menarik nafas kemudian kembali duduk di kursinya. membuang jauh-jauh pikirannya.
"oke thanks. " sepertinya Dipta selesai dengan handphonenya. dia mengambil gelas kopi dan berjalan ke tangga. "oh iya tolong kalau buat sarapan untuk nasi goreng, punya saya tanpa telur ya.. saya alergi telur." tambahnya sebelum naik tangga.
"sama-sama. mungkin mas Arman belum bilang ini, tapi penginapan ini self service. kami ga membuatkan sarapan atau kopi. tapi akan saya ingat kalau mas Dipta alergi telur. selamat malam." Nesya segera menjawab. tanpa menoleh dan tetap sibuk dengan laptopnya.
dipta menyesap kopinya dan terdiam.
"kopinya enak.." gumam Dipta. ia kembali meminumnya dan tersenyum. gadis itu pintar membuat kopi. sekretarisnya di kantor bahkan tidak bisa membuat kopi seenak ini. haruskah ia memintanya membuat segelas lagi malam ini? tapi Dipta teringat ucapan terakhir Nesya tadi. ada sedikit kekecewaan ketika tahu bahwa penginapan ini self service. itu berarti dia tidak bisa meminta Nesya membuatkannya kopi lagi.
sejujurnya Arman sudah memberitahu Dipta sejak awal. bahwa penginapannya sedikit unik. Arman ingin orang-orang merasa bahwa itu rumahnya sendiri dan itu konsep yang bagus. Dipta dan Arman bertemu di Kuala lumpur. saat itu Arman mengajukan program beasiswa untuk beberapa mahasiswanya. proposal yang ditawarkan Arman sangat menarik dan Dipta menyetujuinya. ketika di Jakarta bertemu ibunya, Dipta mengajak Arman bertemu beberapa kali. 2hari lalu, ibunya mencoba menjodohkan Dipta untuk kesekian kalinya. Dipta jengah, bukannya dia tidak mau menikah. hanya saja, hidupnya selama ini sudah dihabiskan untuk bisnis keluarga. ketika orangtuanya memaksanya kuliah dengan jurusan yang tepat untuk memimpin perusahaan ayahnya, Dipta tak menolak. atau saat SMA dia harus homeschooling karena ayahnya memintanya belajar sedikit-sedikit tentang perusahaan dari sekertarisnya, Dipta menurut. Dipta tak mengeluh ketika umurnya 15tahun dan tidak bisa nongkrong atau main futsal seperti teman-temannya. sekarang umurnya 30tahun dan ibunya memintanya menikah dengan orang asing??
Dipta sudah cukup bahagia bertemu gadis-gadis cantik ketika ia bekerja atau bertemu klien baru. Dipta tidak ingin pusing memikirkan pernikahan.
saat pikirannya kalut tiba-tiba Arman mengabari bahwa dia ada di Jakarta, Dipta mengusulkan bertemu. mengatakan pada Arman bahwa dia ingin rehat dari kehidupannya sekarang. perusahaan dalam keadaan baik. ayahnya masih sering ke kantor untuk memantau. jadi Dipta ingin liburan sebentar. dua tiga hari di Bali atau lombok, ke luar negeri menghabiskan terlalu banyak waktu di perjalanan.
kemudian Arman mengusulkan untuk datang ke Jogja dan menginap di penginapannya secara gratis. sebagai rasa terima kasih karna Dipta menyetujui proposalnya waktu itu.
jadi disinilah Dipta sekarang, menyesap kopinya yang hampir habis sambil membaca email yang masuk. semuanya hampir tentang pekerjaan, Dipta sudah menyelesaikan beberapa dokumen sebelum pulang ke Jakarta. jadi setidaknya Dipta memiliki waktu tak lebih dari seminggu untuk segera kembali ke Kuala Lumpur.
"ini enak sekali.." Dipta menyesap kopinya lagi, itu adalah tegukan terakhirnya. biasanya di kantor Dipta memilih sekretarisnya membeli kopi di starbucks karena rasanya lebih enak daripada kopi buatan sekretarisnya. tapi kopi buatan Nesya malam ini benar-benar enak, Dipta tersenyum dan meletakkan gelasnya. Gadis itu benar-benar pandai membuat kopi.
#####
nesya menguap dan turun ke dapur.
"astaga!" Nesya melonjak kaget melihat seseorang di dapur. Nesya memang belum terbiasa tinggal disini, tapi melihat pria hanya memakai boxer dan kaus selain Billy di pagi hari sedikit membuatnya kaget.
"selamat pagi." Dipta tersenyum. nesya mengerjapkan mata. pria ini tersenyum, pikirnya.. kemudian Nesya mengernyitkan alisnya. bukankah pria ini mengabaikannya kemarin? apa yang terjadi?
"pagi.." Nesya mengangguk dan mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.
"kau tidak minum kopi di pagi hari?" pria itu bertanya. nesya mendengus, jadi inilah alasannya. pria ini pasti jatuh cinta dengan kopinya...
"tidak. aku tidak minum kopi dengan perut kosong." ucap Nesya. nesya baru saja akan berjalan pergi ketika pria itu menggumam.
"kopi ini rasanya aneh." lebih seperti bisikan. tapi Nesya bisa mendengarnya. tiba-tiba Nesya memiliki ide di kepalanya.
"kau bisa membuatkan aku sarapan dan aku akan membuatkanmu kopi. win-win solution."
dipta mengernyit, sedetik kemudian tersenyum. ya tuhan, pria ini tampan sekali. mata hijaunya saat tersenyum benar-benar tidak bisa dijelaskan.. itu manis sekali.
"baiklah." ucapnya. berjalan ke kulkas dan menatap isinya.
"duduklah. aku akan membuat sarapan yang enak."
itu nasi goreng tanpa telur. dengan potongan jagung wortel dan kubis. jika pria ini menambahkan mie atau bihun, Nesya akan menyebutnya magelangan. bukan nasi goreng.
itu terlihat enak, jadi Nesya mengambil sesendok dan memakannya. tidak buruk, untuk ukuran pria, nasi gorengnya lumayan.
"not bad right?"
nesya mengangguk. "ini enak." lalu melanjutkan sarapannya. entah mengapa Nesya sedikit enggan berbicara dengan pria ini. dia memang tampan, tapi jelas sekali mereka berada di level yang berbeda. nesya cenderung realistis dengan pria di sekitarnya. pria tampan bukanlah tipenya, Nesya suka pria yang bekerja keras. pria yang mengandalkan fisiknya bukanlah pria idaman baginya.
setelah menghabiskan nasi goreng buatan Dipta, Nesya membuatkan kopi untuknya.
"kenapa menatapku terus?" akhirnya Nesya angkat bicara. pria itu terus memandangnya dari tadi. nesya takut salah tingkah.
"hanya melihat caramu membuat kopi." katanya.
nesya menyerahkan gelas kopi kepada Dipta lalu duduk di tempatnya tadi. tiba-tiba handphonenya bergetar. nesya mengambil handphone di saku baju tidurnya, lalu berjalan menjauh ke teras rumah.
########
"kenapa nelpon?" tanya Nesya ketus.
"ada beberapa barang di rumah yang ketinggalan. aku mau ambil nanti abis balik kerja.." terdengar suara Billy di sebrang.
nesya menarik nafas. "kamu bisa balik nempatin rumah itu. aku udah pindah."
billy terdengar kaget. "kamu pindah kemana? kok ga bilang?"
wait what??? nesya memijat pelipisnya dengan jari telunjuknya. telepon Billy pagi ini merusak harinya. nesya benci sekali jika ada hal buruk terjadi di pagi hari, itu akan merusak moodnya seharian.
dan untuk apa dia perlu mengabari Billy? mereka tidak lagi berpacaran. rumah itu dikontrak dengan uang mereka berdua, masih tersisa 3bulan lagi sebelum kontraknya habis. ketika Billy ketauan selingkuh, Billy memberi Nesya waktu dengan pindah ke rumah orangtuanya.
"kamu tau kalo aku masih sayang banget sama kamu kan.."
ucapan Billy membuyarkan lamunan Nesya.
"aku ada kerjaan. udah dulu ya.." Nesya merasakan ada air mata di pelupuk matanya. ia tak boleh menangis. itu akan membuatnya terlihat lemah. nesya menutup telepon dari Billy dengan cepat sebelum Billy sempat mengatakan hal lain. Nesya menarik nafas dan menyeka air matanya. dia masuk ke dalam rumah dan melihat Dipta sedang mengobrol dengan pria asing yang tinggal di kamar belakang. setengah berlari Nesya naik tangga untuk mencapai kamarnya. paginya benar-benar buruk, buruk sekali..
setelah penghuni kamar lain pergi. Dipta menatap kopi di mejanya. kopinya sudah hampir habis ketika dia asik mengobrol dengan Edmund, pria itu datang dari Australia dan jalan-jalan di Jogja selama seminggu. dia mengatakan akan pergi ke candi prambanan hari ini, setelah mengisi botol minumnya penuh Edmund pamit pergi.
Dipta menatap gelas kopi milik Nesya yang belum sempat diminumnya. gadis itu terburu-buru naik ke kamarnya. haruskah ia mengantarkan kopi ke kamar gadis itu?
Dipta merasa itu ide yang buruk. sejujurnya Dipta merasa aneh, ketika Nesya berbicara di teras tadi, Dipta melihat gadis itu menangis. itu aneh.. Dipta biasanya tidak peduli dengan gadis-gadis di sekitarnya. tapi Nesya terlihat berbeda. gadis itu manis, ketika pertama kali datang kesini Dipta melihatnya ngobrol dan tertawa dengan mbok Inah dan dia terlihat cantik sekali. Dipta sempat tertegun beberapa saat. sebelum akhirnya memutuskan mengetuk pintu kaca dan menyapa.
tapi pagi ini, Dipta melihatnya menangis. apa yang membuatnya menangis sepagi ini?? siapa yang menelponnya??