8 Ranjang dan Pria Tampan

Hembusan angin lembut menggerakkan tirai putih di balik jendela dan sinar matahari mulai mengisi ruangan itu, perlahan alice membuka matanya karna terpaan sinar matahari pagi yang hangat, pandangannya langsung melihat sebuah dinding yang hampir keseluruhannya adalah sebuah jendela kaca bening besar dengan tirai putih tipis yang di terpa sinar matahari, seluruh ruangan dan dekorasi di dalamnya bernuansa putih bersih dan juga ranjang yang ia tiduri memiliki kasur putih dan selimut putih yang sangat hangat.

Sungguh indah, apakah surga memiliki pagi setenang ini, tunggu…

Alice menghentikan lamunannya, ia mulai merasa ada hembusan napas hangat di leher kirinya dan perut bagian atasnya terasa ditindih sesuatu yang hangat dan ada sesuatu di antara celah kaki kanan dan kirinya. Dengan rasa khawatir dan menelan ludahnya dia berusaha melihat ke bawah lehernya.

OMG! Aku ada dimana?? Kenapa ada lelaki yang begitu tampan di sampingku dan memelukku!

Alice terkejut dalam diamnya. dia tanpa sadar menahan nafasnya, mengamati lelaki di samping yang memeluknya. Lelaki itu memiliki ketampanan yang luar biasa. bahkan, di tidurnya wajah pria itu bagai malaikat tampan yang menggemaskan, tubuhnya sangat proposional dengan otot-otot di tubuhnya yang sangat sexy di balik kaos putihnya, tangannya yang kokoh memeluk erat perut alice dan salah satu kakinya menindih kaki kiri alice. Alice bagai boneka teddy bear yang di peluk erat anak usia 5 tahun yang tertidur lelap.

Perlahan alice mulai mendongakkan kepalanya dan mengambil nafas dalam, dia ingin bergerak menjauhi pria itu tapi tubuhnya begitu lelah dan lemas sepertinya efek dehidrasi mulai terasa semenjak beberapa hari lalu dia tidak makan apa-apa.

Tidak ada pilihan lain alice hanya bisa mengandalkan suaranya saja

"hei…" suara alice begitu lirih namun cukup untuk membangunkan pria tampan di sampingnya

"ermm…" erangan manja pria itu terdengar jelas di telinga kiri alice, seketika badannya mulai merasakan hangatnya darah mengalir dan jantungnya berdetak kencang seraya pria tampan itu mulai mengangkat kepalanya menatap alice di sertai senyumnya yang sangat manis

"hoaaaa(menguap) pagi~~" leon menyapa alice seperti kekasih yang melakukan morning routinnya disaat bangun tidur.

"apa tidurmu nyenyak?" leon kembali bertanya dengan senyum hangat di bibirnya seperti seorang kekasih yang telah menghabiskan malam yang panjang bersama gadis tercintanya.

Alice yang masih terhipnotis ketampanan pria di hadapannya itu perlahan mulai mendapatkan ingatannya kembali.

"ka ka ka…kamu, bartender itu kan?" sedikit gugup menegaskan kalimatnya

Leon hanya tersenyum mengiyakan.

Kenapa aku bisa bersama pria ini dan mata coklat muda yang jernih dan sangat indah itu sepertinya aku pernah melihatnya. Gumam elice

"kenapa kau bisa ada disini?" alice bertanya penuh curiga

Leon sedikit mendengus lelah dengan tatapan manjanya pada alice, siapapun yang melihatnya pasti tidak akan tahan untuk mencubit hidung mancung pria itu karna dia sangat menggemaskan.

"ini rumahku jadi wajar saja aku disini kan? Dan tentang kita tidur di ranjang yang sama hmmm…" leon menghentikan kalimatnya dan bergumam memandang sebuah sofa disudut ruangan bersebrangan dengan tempat tidur putih itu

Wajah alice yang panik mulai memerah menantikan kalimat selanjutnya yang akan di ucapkan leon seraya mengikuti pandangan leon ke arah sofa putih yang elegan itu

Sofa itu terlihat sangat mahal, bukan hanya sofanya tetapi setiap barang di kamar itu terasa elegan dan mewah pastilah bukan barang murahan. Alice mengamati lagi sofa itu dan ada bekas seperti air yang kotor telah tumpah di atasnya.

"setelah menggendongmu semalaman aku lelah sekali dan menaruhmu di sofa tapi kau tiba-tiba muntah di sofa itu" leon menatap sofanya dengan sedikit sedih

"Tadinya aku akan tidur di sofa itu"

Alice merasa bersalah tapi kembali bertanya pada leon

"kau kan bisa tidur di ruangan lain…" perkataan alice sedikit membela

"hahaha aku terlalu lelah untuk ke ruangan lain, lagi pula kitakan hanya tidur bersama, aku juga tidak melakukan apapun padamu, lihat….. kau masih memakai pakaianmu dengan utuh" leon tersenyum nakal melirik kearah dada alice yang memakai gaun hitam yang sangat terbuka.

Alice mengikuti tatapan leon pada tubuhnya dan mukanya memerah, segera ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya menyilang.

"hhe hei! Apa yang kau lihat" alice merasa canggung

Melihat alice yang salah tingkah leon sedikit tertawa gemas.

Tawa leon terhenti melihat alice yang sepertinya mulai merasakan sakit di kepala dan perutnya

"alice.. kamu baik-baik saja?" leon memegang kening alice dan memeriksa denyut nadi di tangan alice,

Kenapa begitu lemah apa dia tidak makan apa-apa beberapa hari ini? Gumam leon

"dari mana kau tau namaku?" suara lirih alice yang menahan rasa sakit di perut dan di kepalanya

"itu nanti saja, apa kamu tidak makan beberapa hari ini?" ucapan leon menyiratkan kecemasan

Alice menjawab dengan anggukannya. Leon segera turun dari ranjang dan bergegas keluar kamar.

Alice yang tidak paham apa yang akan di lakukan leon hanya bisa memandang punggung leon yang kokoh dan menghilang dari. dia mengalikan pandangannya menatap tirai putih disamping ranjang tidurnya sambil melamun

Tuhan, sebenarnya dunia apa yang kau siapkan untukku? Baru tadi malam aku melompat dari jembatan itu dan pagi ini aku sudah terbangun di ranjang dengan seorang pria tampan yang memelukku, dan juga…

Di lamunan alice, dia baru menyadari kejadian tadi malam saat dia mabuk.

Bukankah dia tadi berbicara dia menggendongku di sepanjang jalan? Bukannya tadi malam aku bersama ayah? Oh alice kau sungguh bodoh!! Gara-gara mabuk kau mengira dia adalah ayahmu! Dan…

Alice seperti tersengat aliran listtrik di tubuhnya, wajahnya memerah detak jantungnya tak menentu. Dia menyadari bahwa saat dia mengira leon adalah ayahnya dia memeluk leon dengan manja dan juga meraba badan leon.

Oh tuhan!! Mau di taruh dimana mukaku ini!

Dengan sebungkus cairan infus dan tiang penyangga khas untuk menggantungkan infus leon berjalan mendekati alice di ranjang. Melihat alice melamun leon mulai menggodanya

"hai cantik... memikirkan apa? Lagi memikirkan kejadian semalam ya hehe?"

"bagaimana rasanya memeluk pria tampan? Hahaha"

Alice terkejut kenapa pria ini tau apa yang dia pikirkan.

"hahaha aku hanya bercanda" leon mecubit manis pipi alice

"aw.." alice memegang pipinya dan heran apa yang di bawa pria ini.

Cairan infus? Untuk apa? Bukankah dia seorang bartender kenapa dia punya alat seperti ini?

"ini apa?"

"ini? Cairan infus" jawaban santai leon diikuti dengan menaruh cairan itu di ujung tiang infus.Dia mengambil pergelangan tangan alice dan siap menyuntikkan jarum infus pada alice

"eh eh! Apa yang kau lakukan padaku" dengan lemah alice menarik tangannya dari genggaman leon.

"oh ayolah… lihat apa yang kau buat pada dirimu ini, tidak makan berhari-hari membuatnya dehidrasi dan kelaparan, ini cara yang cepat agar tubuhmu membaik dengan cepat, kemarikan tanganmu" alice hanya menuruti pria tampan di sebelahnya itu. Siapa saja pasti akan menuruti perkataan leon karna wajah tampan dan maskulinnya itu bisa menghipnotis siapa saja yang memandangnya.

"kenapa kau membantuku tadi malam dan sekarang kau sangat baik padaku?" alice bertanya ragu sambil menyipitkan matanya ketika leon mulai menyuntikkan jarum infus ke tangannya.

Leon meletakkan tangannya ke kepala alice dan sedikit mengajak-ngacak lembut rambut alice.

"nanti saja tanyanya ya.. sekarang kamu istirahat dulu, aku akan mandi dan buatkan kamu sarapan"

Muka alice memerah, kadang dia diperlakukan seperti kekasih, kadang juga pasien dan sekarang seperti seorang anak kecil oleh leon. Namun jauh di dalam hati alice dia mulai merasakan kehangatan lagi setelah sekian lama.

"hei"

Leon menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah alice

"yap?"

Sambil menunduk alice berkata

"maaf soal sofanya"

Wajah leon tersipu senyum tipis mengembang dari bibirnya yang sexy. Betapa manisnya gadis ini gumam leon.

"tidak apa-apa, sofa itu bukan apa-apa dibandingkan dirimu" leon mengatakan itu tanpa melihat alice dan membuka pintu kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamar tidur.

avataravatar
Next chapter