48 murder (2)

"alice!" teriak leon. Dilihatnya gadis itu terduduk dilantai matanya terbelalak menatap seseorang dihadapannya, wajah putih alice penuh bercak darah. Namun leon yakin itu bukan darah dari tubuh alice

"alice! Kamu tidak apa-apa?!" leon dengan panik mengamati tubuh alice, memastikan tidak ada yang terluka setelah gadis di hadapannya mengangguk seolah mengatakan dia tidak apa-apa, leon kemudian bejalan kearah jendela di ruangan itu, dia memandang keluar gedung mencari posisi lelaki yang ia lihat dari cctv. Leon mengeluarkan pistol yang ia bawa di dalam jasnya dan memfokuskan pandangannya pada lelaki yang bersiap kabur di balik gedung itu.

Dor.. leon melesatkan tembakannya, dan mengenai kaki lelaki di gedung sebrang

"sial, aku meleset…" kata leon tidak puas. Selain karna jenis pistol yang dia gunakan bukan jenis pistol untuk tembakan jarak jauh saat ini leon juga sedang memikirkan keadaan alice jadi dia hanya bisa melukai kaki pria penembak itu.

"dean, cari penembak itu.. dia tidak akan pergi jauh aku sudah melukai salah satu kakinnya" kata leon di balik panggilan telfon yang sedari tadi terhubung

"baik bos, serahkan padaku" jawab dean. Dia segera melajukan mobilnya menuju gedung di sebrang gedung jo grup

"paman! Bangun! Kamu belum menceritakan semuanya padaku! Paman bangun! Siapa seseorang dibalik semua ini!" alice berteriak histeris pada paman jo yang sudah berlumuran darah, tepatnya di kepala pria tua itu, darah yang keluar dari bekas peluru di kepala paman jo sudah membanjiri lantai begitu pulang dengan kedua tangan alice yang memegang erat wajah pria tua itu. Dia menangis seakan tidak terima

"paman bangun!!!" teriak alice memaksa tubuh pria di hadapannya itu untuk berbicara.

"alice! tenanglah!... dia…"

" Dia sudah mati" kata leon sembari merangkul gadis itu.

"no! no! dia gak boleh mati leon gak boleh!" alice berteriak meronta berusaha lepas dari pelukan leon dan memukul dada paman jo dengan marah dan kesal

"paman katakan padaku siapa yang mencelakai keluargaku, kau harus bangun!" alice mencengram erat kerah baju paman jo. tidak ada jawaban dari pria tua itu, tubuhnya terbujur lemas tak bernyawa di lantai itu. Alice yang sadar jika itu tidak ada gunanya hanya bisa menangis menyesal, suaranya kini mulai melemah.. tangan dan sebagian besar bajunya sudah berlumuran darah pria itu.

"alice kamu harus tenang sayang.." leon kembali memeluk alice, kini alice lebih tenang dan menangis di dekapan leon

"bagaimana ini leon, apa yang harus aku lakukan sekarang? Paman jo sudah tidak ada lagi" alice menyadari satu-satunya pemegang kunci dari kejanggalan keluarga alice hanyalah paman jo yang tau dan sekarang pria itu sudah mati maka semua ini terasa sia-sia baginya

"tenanglah… kamu masih memilikiku, aku akan mencari tau segalanya untukmu" leon mencoba menenangkan gadis di dekapannya itu.

Beberapa saat kemudian

"ada apa ini!" david dan beberapa orang kantor membuka pintu ruangan dan melihat direktur mereka sudah terbaring berlumuran darah

"ada seseorang yang menembak direktur saat rapat tadi, cepat panggil pihak berwajib" kata leon pada david

"ba..baiklah" dengan tubuh yang masih gemtaran david mengusir semua karyawan yang tidak di perlukan dan menelfon pihak kepolisian.

"ayo, kamu harus menenangkan dirimu dulu" leon menggendong alice dengan sikapnya yang tenang, dirasakannya tubuh alice yang gemetaran dan masih sedikit linglung.

"kunci ruangan ini sampai polisi datang dan aku butuh ruangan yang tenang sekarang" perintah leon dengan tenang membuat david tidak percaya

Bagaimana dia bisa setenang ini melihat seseorang mati terbunuh dihadapannya dan juga dia menggendong alice dengan santainya bahkan dapat mengambil semua keputusan tepat disaat seperti ini.

"hei.. apa kamu dengar" Tanya leon yang melihat david hanya memandangnya tanpa reaksi

"eh. A..ada, mari ku tunjukkan ruangan itu" david berjalan dengan sedikit gemetaran dan sesekali menoleh pada alice

"apa alice baik-baik saja?" david memperhatika alice yang masih diam gemetar dan tidak berbicara sedikitpun di gendongan leon.

"ya, dia hanya sedikit syok" jawab leon

"oh begitu, mari masuk.. aku akan mengambilkan minum untuk kalian"

"ok" leon menurunkan alice tepat dikursi

"tenanglah alice, ada aku disini" suara leon lembut sambil membersihkan bercak darah di wajah gadisnya itu. Alice mulai tersadar dan meneteskan airmatanya

"leon.. bagaimana mereka bisa membunuh seseorang seperti itu… dan bagaimana bila tadi aku yang tertembak?" Tanya alice dengan lirih disela tangisnya.

"tidak, tidak akan ada yang berani menyakitimu selagi aku masih hidup" leon memeluk alice

"tenanglah, kita akan pulang setelah polisi datang"

Alice hanya mengangguk.

"leon.. alice.. ini… minumlah, dan polisi sudah datang, aku akan menemui mereka dulu"

"kalian tetaplah disini" kata david

-----

Beberapa belas menit kemudian

Seseorang mengetuk pintu ruangan dan masuk.

"permisi, apa kalian saksi dari kasus penembakan ini?" Tanya kepala detektif kepolisian yang tadi telah memeriksa mayat paman jo.

"benar" jawab leon singkat, dia masih mendekap alice.

"bisakah saya mengajukan beberapa pertanyaan pada nona alice?" Tanyanya lagi

"saya rasa untuk saat ini tidak bisa, dia dalam kondisi syok, bolehkah saya membawanya pulang?" jelas leon

"tapi siapa anda?"

"saya sekertarisnya" leon memberikan kartu namanya pada sang detektif

"hm, baiklah.. kamu bisa membawanya pergi tapi besok saya akan menemui nona alice untuk menanyakan kejadian ini"

"tentu, alamat saya dan dia ada di kartu itu, anda bisa menemui kami disana pada malam hari" jelas leon. Karna yang ia berikan adalah alamat nite bar maka tidak ada pilihan lain selain malam hari untuk mereka bertemu.

"baik kalau begitu, anda bisa pergi membawa nona alice"

Leon dengan segera menggendong alice dan keluar dari ruangan

"tunggu.." suara detektif itu seakan curiga

"ada apa?"

"apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya sang detektif pada leon, dia mulai merasa tidak asing melihat leon selain umur mereka sepertinya sama dan juga instingnya mengatakan leon adalah seseorang yang pernah ia kenal

"…"

"saya permisi jika tidak ada yang penting lagi yang anda tanyakan" jawab leon meninggal detektif itu.

Aaahh… tapi aku sepertinya pernah melihatnya, tapi dimana ya? Pikir sang detektif.

-----

"alice kita sudah sampai" kata leon sambil membukakan pintu mobil untuk alice

"ya, aku bisa jalan sendiri" jawab alice lirih dengan tatapan kosongnya

"oh oke… kamu harus segera membersihkan dirimu" leon melihat semua darah di pakaian dan juga tubuh alice.

"em"alice mengangguk dan meninggalkan leon

Leon melihat gadis itu berjalan lesu dengan tatapan kosong menuju kamar mereka, namun leon masih di ruang keluarga. Dia melepaskan jasnya yang terkena darah saat menggendong alice. Kemudian mulai melakukan panggilan telfon

"dean bagaimana? apa kamu mendapatkannya?" Tanya leon

"bos dia berhasil kabur, tapi aku sudah meminta Kevin melacaknya" jawabnya

"aku tidak ingin kehilangan dia, apapun yang terjadi bawakan dia untukku malam ini

"tentu bos" jawab dean yakin.

avataravatar
Next chapter