10 kejadian dimasa lalu

Leon mulai mengobati luka luar alice mulai dari telapak kaki, lutut dan kini dia akan mengoleskan salep di pelipis mata alice. Alice yang sedari tadi terdiam kini mencoba bertanya pada leon

"kenapa?" suara alice lirih

"apanya?" jawaban leon begitu santai sambil mengambil salep dan menaruh creamnya di ujung jari terlunjuknya

"kenapa kau menolongku…"

Kenapa kau bersikap baik padaku?"

"padahal kita hanya bertemu satu kali saja pada malam itu"

Leon tersenyum tipis, dia mulai mengoleskan cream salep itu ke pelipis mata alice, wajahnya begitu dekat, mereka saling berpandangan bahkan alice yang terkejut sempat menahan nafasnya beberapa saat sampai leon berbicara

"apa kau tidak mengingatku?"

Saat itu alice menjadi semakin bingung, apakah ini buka pertemuan pertamanya dengan pria ini? Gumamnya. Dia menatap mata leon yang berada beberapa senti saja dari matanya, pada saat itu ingatannya langsung tertuju pada sosok yang tiga bulan terahir selalu ia lihat.

Mata coklat ini.. apakah..

"apakah kau pria itu! Si pencuri? eh maksudku pria dengan wajah tertutup masker, topi dan jaket hitam yang aku kira pencuri di toserba? Dan yang setiap jam 2 dini hari selalu membeli sebotol kopi… dan…"

"Dan?" leon seakan inginmendengarkan kalimat alice yang terputus

"dan... memberiku coklat waktu itu?" jawab alice lirih dan mukanya mulai tersipu.

Leon tersenyum mendengar jawaban alice.

Senyum itu… dan mata yang terbentuk bagai bulan sabit saat dia tersenyum itu.. sama persis dengan pria itu dalam benak alice.

Dalam situasi yang canggung dan masih bertatapan dalam keheningan tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mereka terbuka keras.

"bos!! apa yang terjadi! apa kau baik-baik saja!" suara seorang lelaki menghancurkan keheningan antara leon dan alice. Dia tampak sangat kaget dan syok melihat bosnya dengan seorang perempuan yang hanya mengenakan handuk kimono dan wajah mereka sangat dekat.

"bos! Apa dia menyakitimu?.. apa dia menjebakmu! Ow bosku yang malang, bagaimana pengalaman pertamamu malah menjadi insiden mengerikan ini" lelaki ini mengira jika leon telah di jebak oleh seorang wanika nakal. Karna seumur hidupnya dia belum pernah melihat leon dekat dengan wanita bahkan ketika sheren menggoda leo dia akan langsung merasa jijik dan menjauhi sheren.

"hei! Ini tidak seperti yang kau pikirkan!" leon memasang wajah kesal dan malu akibat ucapan dean.

"hahaha" Alice yang mendengar ucapan dean langsung tertawa geli, owh betapa lucunya pria itu dia mengira aku sedang menggoda bosnya gumam alice.

"Eh apakah aku salah? Jadi?" dean menjadi linglung tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi

"apa kau membawa apa yang aku katakan di telfon tadi?" leon mengalihkan pembicaraan.

"ow iya aku sampai lupa… ini sepasang pakaian wanita dan bubur yang kau minta"

"Tadi tidak ada yang menjawab saat aku di depan pintu jadi aku langsung masuk saja hehehe maapkan aku bos" dean bersikap kekanakan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dean menuju leon

"baiklah lupakan.." leon mengambil tas belanjaan yang berisi pakain dari tangan dean dan memberikannya pada alice.

"pakailah dan kami akan menunggumu di lantai bawah. di meja makan"

Leon menarik dean yang masih bingung dengan apa yang terjadi meninggalkan alice di kamar. Setelah pintu kamar tertutup alice masih merasakan kebingungan tapi dia menuruti kata-kata leon untuk berganti kimononya dengan pakaian di tas belanjaan itu.

*di luar kamar leon dan dean menuju ke meja makan. Dean terus menerus menjatuhi pertanyaan-pertanyaan kepada bosnya seperti wartawan.

"bos siapa gadis itu? Bukankah dia gadis yang di bar tadi malam?"

"Apa yang dia lakukan disini?"

"apa kalian melakukan itu" mendengar pertanyaan itu leon kesal tapi masih terus berjalan

"bos cepat beritahu aku! " dean merengek seperti anak kecil

"tapi aku lega setidaknya kekhawatiranku dan Kevin tentang kau gays atau tidak tertarik dengan keduanya itu tidak benar hehehe" dengan santainya dean berbicara seperti itu. Leon menghentikan langkahnya. Bukankah ini sudah keterlaluan? Selama ini yang mereka pikirkan tentangku seperti itu! Pikir leon di hati.

Mengerti jika leon akan marah besar dean mulai meringis ketakutan

"hehehe bos aku hanya bercanda… " dean mempercepat langkah kakinya takut leon akan memukulnya.

Leon mulai tersenyum licik ke dean dan mengejarnya

"hei mau kemana kau! Kemari aku akan memukulmu!"

"sudah hentikan bos hehehe Baiklah aku mengaku salah maafkan aku" dengan tawa manisnya memohon kepada leon

"ngomong-ngomong siapa gadis itu bos?" dean kembali bertanya sambil menyiapkan sarapan dan bubur yang tadi di belinya. leon yang sudah duduk di meja makan dan focus pada tabnya mulai menatap dean.

"nanti juga kau akan tau" setelah mengatakan itu leon kembali berfokus pada gadget ditangannya lagi.

*di lantai 2 rumah leon

Alice sudah selesai mengenakan pakaiannya, sebuah dress kasual dengan rok selutut dan berlengan pendek sangat cocok dengan badannya. Da terlihat anggun. Dia meninggalkan kamar itu dan mulai menyusul kedua pria itu ke lantai bawah.

Wah… ini rumahnya? Ini seperti lobi hotel bintang 5, elegan, rapi dan di balut nuansa putih . Bahkan rumahku yang sebelumnya tidak semegah ini.guman alice.

Alice mulai menuruni tangga, dia melihat dua pria tampan sedang duduk di meja makan, leon begitu tampan dengan sisi maskulinnya. Dan dean walau tidak setampan leon tapi gadis-gadis tentu tidak akan menolak jika dean mengajak mereka keluar, auranya seperti playboy dengan kata-kata manisnya pria itu dapat membuat wanita salah tingkah dan juga dia punya sisi ceria bagai seorang adik kecil.

"ehem…" alice menyela pembicaraan dean yang sedari tadi mencari informasi ke leon.

Leon yang dari tadi berfokus pada tabletnya sekarang mulai mengarahkan pandangannya ke alice begitu juga dengan dean,mereka berdua sempat terkejut melihat alice yang anggun dengan baju yang ia kenakan.

"wah kakak ipar kau cantik sekali!" dean menggoda alice dengan sikap cerianya. Sedangkan leon berusaha menutupi kekagumannya dan bersikap tenang.

"duduklah" kata leon

Alice yang merasa cangggung mulai duduk di samping leon dan diikuti dengan dean di sisi leon lainnya.

"ayok kita makan dulu baru setelah itu kau ceritakan sebenarnya apa yang terjadi"

"em" alice menganggung dan mulai memakan bubur di hadapannya.

Dean yang tidak mengerti apa-apa mulai diserang dengan keingintahuannya tapi dia harus menunggu sampaimakanan di meja ini habis. Itu sangat menyiksanya.

Beberapa menit kemudian mereka selesai makan, segera dean membereskan mangkok membawanya ke dapur. Alice semula ingin membantu dean tapi dia di hentikan dengan perkataan leon

"biar dean saja, kakimukan masih sakit"

Dean sedikit cemberut dan cemburu pada alice

"iya kakak ipar, biar aku saja…" hem.. dia memalingkan wajahnya dengan sikap iri yang begitu manis tidak pernah dia melihat bosnya bersikap hangat kepada siapapun selama ini bahkan kepada dirinya dan kevin dia hanya menunjukkan sisi maskulinnya. Alice merasa tidak enak tapi dia tidak bisa membantah perkataan pria tampan di hadapannya itu. Wajahnya begitu teduh saat mengucapkan kata-kata itu membuat alice duduk kembali.

"baiklah…. Tapi kenapa dia menyebutmu bos? Bukankah usia kita tidak jauh berbeda.. dan aku rasa kita semua masih di range umur 20an"

"hehehhe itu karna aku sangat menghormatinya kak, kalau bukan karna dia ntah apa jadinya hidupku ini, kelak kau juga akan tau hehehe" dean menyela

"ehem… dia sendiri yang ingin memanggilku begitu aku tidak pernah memintanya"

"Apakah itu aneh?" Tanya leon

"eh tidak… aku hanya penasaran saja tadi" alice membalas pertanyaan leon dengan sedikit perasaan tidak enak, dia pasti punya alasan sendiri memanggil leon dengan sebutan bos.

"tapi siapa namamu?"

"Apa? Setelah semalaman kalian sudah tidur bersama kau bahkan tidak tau namapria tampan nan menggoda ini kak?!" dean terkejut seakan alice begitu bodohnya mau tidur dengan pria yang bahkan tidak ia tau namanya.

"kau bisa memanggilku leon" lelaki tampan itu memberi senyuman manis dan hangatnya seraya berkata itu kepada alice. Kemudian pandangannya berubah gelap saat menatap dean

"dan untukmu … tidak ada yang terjadi apa-apa di malam itu, lebih baik kau buang semua pikiran kotormu itu jauh-jauh" wajah leon menatap kesal pada dean. Ekspresi dean langsung berubah, dia tidak percaya dengan bosnya itu. Alice hanya tersipu mendengar mereka bertengkar seperti anak-anak.

"oke kembali pada topik pembicaraan, apa yang sebenarnya terjadi padamu ?"

"iya kakak ipar… kenapa kau tadi malam bertelanjang kaki dan terlihat seperti.. hm.. ya.." dean merendahkan suaranya seakan tidak melanjutkan omongannya dan segera duduk kembali ke kursinya.

Alice menatap leon dan dean yang mulai pensaran. Dia menghela nafas dalam dan mulai pembicaraan

"oke aku akan menceritakannya dan dean aku bukan kakak iparmu jadi berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Panggil saja aku allice"

"hm.. baiklah, tapi aku akan memanggilmu 'kakak' saja, atau bosku yang tampan ini akan memarahiku nanti hehe"

"hm.. baiklah terserah padamu saja" alice tersenyum

Alice mulai menceritakan kejadian satu tahun yang lalu dimana ayahnya dengan perusahaan yang didirikannya bangkrut dan paman jo sahabat sekaligus rekan kerja ayahnya menghianati ayahnya dan menjerumuskan mereka pada retenir serta menceritakan mengenai ayah dan bunda yang meninggal dunia"

Dan ketika ia ingin melanjutkan ceritanya suara alice terhenti karna isakan tangis dean

"hick hick… kak malang sekali nasibmu… kemarilah aku akan memelukmu" dean segera beranjak dari tempat duduknya namun di hentikan oleh tatapan leon yang seakan marah pada dean.

"he he he.. aku hanya bercanda soal pelukan itu bos…" dean kembali duduk di kursinya dan menyeka air matanya.

Tapi suara tangisan masih terdengar. Alice bingung dari mana datangnya suara itu. Apakah rumah ini berhantu. Melihat muka alice yang mulai aneh dean segera tau penyebabnya.

"hehehe kak maafkan aku sebenarnya Kevin juga mendengarkan kita dari tadi" dean menunjukkan layar hpnya yang terhubung dengan satu nomor panggilan. Leon tidak terkejut karna memang sikap kedua temannya itu dari dulu begitu. Karna Kevin yang maniak dengan yang namanya teknologi jadi dia jarang meninggalkan ruangannya dan berkutat dengan komputernya. Jadi hanya lewat handphone biasanya mereka berkomunikasi.

"hai… aku turut bersedih" suara Kevin dari balik telefon.

"dia memang agak aneh dan pendiam kak, jadi abaikan saja hehhe" senyum dean menenangkan sedikit kekhawatiran alice.

Hubungan mereka sangat aneh alice bergumam dalam hatinya.

"bisa kau lanjutkan ceritamu?" leon tiba-tiba menggenggam tangan alice, membuat nya kembali kekenyataan hidupnya lagi. Di dalam hati alice berat rasanya untuk mengingat bahkan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dia mencoba kuat dan tersenyum.

"baiklah" senyum yang terpaksa keluar dari bibir manisnya

"setelah bunda tiada, aku tidak tau harus bagaimana lagi dan mereka datang… membawaku ke club malam dan akan menjualku pada pria disana karna aku tidak bisa membayar hutang ayah"

"aku kabur di bantu seorang preman, hah….. ntah bagaimana nasibnya sekarang karna membiarkanku kabur" sejenak alice terdiam

"dan kau mencoba untuk bunuh diri?" seraya leon menatap alice begitupun dengan dean. Mereka semua terdiam.

Alice melihat wajah tampan leon dan wajah sembab dean. kemudian menurunkan pandangannya kebawah. Tangannya menggenggam rok di atas pahanya dengan kuat. Tanpa dia sadari airmata mengalir di pipinya, perasaan ini sangat menyakitkan.

avataravatar
Next chapter