22 Kecemburuan (2)

Di dalam mobil sport itu leon dan alice penuh dengan keheningan. Alice hanya memandang ke luar jendela sedangkan leon fokus dengan jalanan yang sepi.

"apa tom tidak disini malam ini?" alice bertanya saat mereka melewati jembatan itu.

"sepertinya dia tidak disini malam ini" leon memandang sekilas pada alice. Dia menyadari sedari tadi alice terlihat murung.

"hm.. oke mungkin besok malam aku akan memberikannya" alice melihat tas belanjaan di tempat duduk belaklang mobil.

"tanganmu, apa kau terluka?" alice melihat tangan leon di atas setir mobil, terlihat ada noda darah disela-sela jari kokoh pria itu

"ah ini… bukan apa-apa.." leon mengambil tisu dan menyeka darah di tangannya. Itu pasti darah pak bams yang tak sengaja terkena di tangannya.

Apa yang terjadi? Ah sudahlah aku tidak akan memaksa leon menceritakannya lagipula itu bukan hakku.

Beberapa menit mereka sampai dirumah. Alice mengganti bajunya dengan piyama tidur begitu pula dengan leon.

"kemarilah.." leon memanggil alice yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu kamar mandi.

Alice menghampiri leon yang sudah berbaring di tempat tidur.

"apa aku harus tidur disini seterusnya?" dua hari lalu mereka selalu tidur bersama tapi alice berfikir itu hanya kebetulan saja ketika leon lelah menggendong alice dan malam lalu leon tidur disini bersamanya karna suasana hatinya sedang sedih dengan ketiga persyaratan alice. Apakah kali ini mereka harus tidur satu ranjang lagi? Pikir alice

"tentu saja, bukannya kau sudah berjanji sebelumnya?" leon tersenyum nakal pada alice

"hm.. oke selama kau tidak melakukan hal yang aneh-aneh, lagipula ini hanya tidur.." alice menghampiri leon dengan santainya. Dia merebahkan badannya di samping leon. Sedari tadi leon melihat alice yang hanya termenung tidak seperti biasanya, semenjak di mobil hingga sekarang alice lebih banyak melamun dan hanya tersenyum penuh paksaan saat leon menanyai sesuatu.

"apa ada yang kamu pikirkan sedari tadi? Kenapa kamu murung sekali malam ini?"

"hm.. benarkah? Aku tidak memikirkan apapun" alice mengalihkan pandangannya dari leon dia takut terhipnotis dengan ketampanan pria itu.

"ayolah aku tau kamu memikirkan sesuatu.." leon memeluk lembut alice

"ayo katakan padaku" leon memandang mata alice dalam membuat gadis itu seakan bisa mengeluarkan segala yang gadis itu pikirkan.

Aroma segar pria ini dan dengan bahu lebarnya yang memeluk alice membuat perasaan alice hangat dan nyaman, hatinya perlahan melunak

"hm… oke, tapi ini hanya karna aku penasaran saja ya bukan karna aku cemburu atau apalah ..." alice bersikap secuek mungkin untuk menyembunyikan rasa cemburunya.

"ehem" leon mengangguk nyaman dengan gadis dipelukannya.

"pertama aku merasa tidak nyaman kamu pergi begitu saja malam ini, kedua aku tidak bisa menemui tom malam ini, ketiga…" alice menarik nafas panjang

"ketiga?" leon menantikan kalimat alice dengan senyum tipisnya itu membuat alice sedikit merona.

"Yang ketiga hm.. aku melihat sheren tadi di bar, kata Kevin wanita itu menyukaimu" alice menghela nafas

"hahaha apa kau cemburu?"

"tentu saja tidak! Kan tadi aku sudah bilang aku hanya penasaran" jawab alice seakan member pembelaan.

"hahaha baiklah" alice aku tau kamu sebenarnya cemburu, kau sangat menggemaskan. Leon mencubit lebut pipi alice.

"oke boleh saya menjawab pertanyaan dari tuan putri ini?" nada leon seperti seorang pangeran yang ingin mengajak seorang putri untuk berdansa.

"tentu saja" dibalas dengan ajakan alice.

"yang pertama hm.. maafkan aku tadi pergi tanpa pamit, aku tidak akan melakukannya lagi" senyum leon merekah dari bibir sexynya membuat alice yang melihatnya tidak mampu untuk tidak memaafkan pria tampan itu.

"yang kedua, hmmm… kita bisa menemui tom lain waktu, jika dalam beberapa hari dia tidak muncul aku bisa mencarikan alamatnya, dan kita bisa bengunjunginya" jawab leon santai sambil memeblai rambut gadis dipelukannya itu

"benarkah?" alice begitu bahagia karna dia memikirkan tom seorang anak kecil yang sudah tidak memilliki ibu lagi. Dia pernah merasakan hal itu, tapi tom terlalu kecil untuk menerima cobaan seberat ini pikir alice.

"tentu saja"

"yang ketiga…" leon menghela nafas panjang

"iya yang ketiga? Oya apa dia juga pernah tidur denganmu?" Tanya alice penasaran

"apa? Ahahaha.. apa kau bercanda?" leon tertawa lepas, mata coklat indahnya seakan menyipit dan membentuk bulan sabit dengan bibir sexynya yang tersenyum membuat alice salah tingkah

"kenapa?"

"kau tau bahkan ketika dia menyentuh tanganku saja aku tidak nyaman, apalagi tidur dengannya.."

"ah.. kamu pasti bercanda, tidak mungkin seorang lelaki normal menolak gadis secantik sheren" jawab alice tegas. Dia tau dari sekilas saja sheren begitu menggoda.

"hahaha aku tidak tertarik sama sekali padanya, aku hanya menghormatinya sebagai pelanggan sama seperti yang lainnya" jawab leon namun tatapan alice masih mencurigakan terhadapnya

"kalau begitu apa yang membuatku harus suka padanya?" Tanya leon lagi

"hm.. dia wanita yang cantik, sexy dan juga memiliki hm...." jawab alice dengan polosnya

"dan memiliki apa?" leon melirik alice dengan tatapan nakalnya

"ya.. kau tau itu hm…" alice berbicara gugup sambil mempraktekkan sesuatu di depan dadanya,

"apa?" leon pura-pura tidak tau

"hais.. dia memiliki dada yang besar dan indah" jawab alice polos. Bukannya semua itu yang dilihat lelaki dari seorang wanita, kesexyan dan juga tampang yang cantik pikir alice

"apa? Hahaha… aku lebih menyukai milikmu" jawab leon sambil melirik bagian dada alice.

"aish! Sudahlah lupakan" alice memukul kepala leon dan tidur memunggungi leon. Dia kesal karna tidak mendapat jawaban pasti melainkan hanya gombalan leon. Meski alice sedikit senang dengan apa yang di katakan leon tapi itu sudah keterlaluan menurut alice.

Lebih suka dengan punyaku? huh.. dia hanya menggodaku dari tadi, bagaimana bisa dada sheren yang bagai bakpao putih nan mengembang yang ketika berjalan seperti cheese cake yang bergoyang itu di bandingkan dengan dadaku yang hampir rata dengan tanah ini hick hick.. dia jahat sekali gumam alice meratap dalam hatinya.

Ya walau alice juga mempunyai buah dada yang sangat proporsional dengan tubuhnya namun ketika di sejajarkan dengan sheren itu membuatnya seperti menghilang pikir alice.

"hei… aku sudah menjawab pertanyaanmu apa kamu masih marah?" leon memeluk lembut alice dari belakang. Alice tidak menjawab dan hanya memandang tirai putih di hadapannya yang terhembus lirih angin malam.

"oke baiklah tadi kau bertanya mengapa aku tidak menyukai sheren dan aku menjawab aku lebih menyukaimu tapi kamu tidak percaya? Benar kan?"

"em" alice mengangguk

"bukankah semua orang memiliki seleranya masing-masing? Dan mungkin kebanyakan pria menyukai wanita yang seperti sheren tapi pasti ada walau hanya 1% dari penduduk bumi yang tidak menyukai wanita seperti itu kan, nah akulah salah satu dari 1% itu" jawab leon lugas

Hm.. benar juga pikir alice.

"terlalu banyak yang tidak aku sukai dari nya"

Leon melanjutkan kata-katanya lagi.

" dan, jika seseorang sudah menetapkan hatinya pada seseorang dia tidak akan berfikir tentang kesempurnaan yang dimiliki orang lain" leon membisikkan kata-kata lembut itu di telinga alice

Alice membalikkan badannya menghadap leon dan menatap wajah tampan pria itu

"aku sudah menetapkan hatiku untukmu, tidak peduli seindah apapun gadis diluar sana, sesexy apapun mereka, bahkan ketika dirimu sudah menua dan jelek aku akan tetap melihatmu satu-satunya kesempurnaan hatiku"

"apa kau tadi terbentur sesuatu?" alice memeriksa kepala leon memastikan ada luka atau demam yang terjadi pada leon.

"apa? Hahaha" leon tertawa. Suasana romatis dan hangat kedua orang ini menjadi buyar oleh kepolosan alice dan tawa pria tampan ini.

Alice memalingkan wajahnya dari leon. Dia tidak sanggung melihat wajah tampan itu dan kata-kata pria itu membuat hati dan jantungnya berdebar cepat sekali. Alice hanya memeluk leon lembut dan membenamkan wajahnya di dada kokoh leon. Terlintas dipikiran alice satu pertanyaan yang dari dulu ingin dia tanyakan

"why? You could have chosen anyone, why me?" /(kenapa? Kamu dapat memilih siapapun, kenapa aku?) Tanya alice pelan.

"karna,.."

"ssstt… simpan jawabanmu saat aku meragukanmu dikemudian hari" alice menyela perkataan leon. Dia hanya butuh jawaban itu ketika dia meragukan leon. Walau sekarang dia masih meragukan pria itu namun perkataan leon mampu membuat alice tenang dan percaya pada pria itu.

"baiklah.. ngomong-ngomong apa kau tidak mencintaiku?" Tanya leon

"em.." alice mulai menggoda leon dengan nada bicaranya

"em? Maksdunya"

"apa jika aku jelek kau tidak menyukaiku?"

"em.." alice memanjangkan nada suaranya seolah berfikir keras

"hei! Itu tidak adil, kau juga harus menyukaiku meskipun aku jelek dan tidak setampan diriku yang sekarang" leon merengek meminta jawaban alice. Alice hanya tertawa mendengar leon merengek

"hahaha… kita baru bertemu beberapa hari, sedangkan kau sudah memerhatikanku sejak tiga bulan lalu, dan tiba-tiba kau menyelamatkanku dengan wajah dan tubuh tampanmu, jadi pertama kali aku hanya menyukai karna fisikmu jujur saja hahaha" alice mulai menggoda leon seakan kata-kata manis leon sebelumnya tidak berbalas.

"kau jahat.." ekspresi leon sedih seperti anak SD yang dicurangi temannya saat bermain.

"hahaha apa kamu marah?" alice ,melirik wajah tampan leon di balik pelukan hangat bahu leon, dilihatnya wajah leon yang seakan sedih.

"maka dari itu buktikan padaku… suatu hari nanti buatlah aku mencintaimu meski dirimu tidak tampan lagi" senyum alice mengembang dia mengeratkan pelukannya pada leon.

"tentu saja… dan juga aku akan terus tampan jika itu bisa membuatmu menyukaiku" leon membalas erat pelukan alice.

Leon memang awalnya aku menyukaimu karna wajah dan tubuhmu yang menawan, namun beberapa hari ini kaulah yang selalu ada untukku dan sikapmu yang berbeda dari lelaki kebanyakan, sepertinya aku akan menyukaimu meskipun kau terlahir dengan buruk rupa ataupun tidak kaya, kamulah satu-satunya yang menginginkanku sekarang… sampai syarat ketigaku terlaksana aku akan mencoba mencintaimu.

Perasaan alice sangat bahagia mengetahui perasaan leon namun di dalam hati kecilnya masih tersisa rasa bersalah dan juga dendam untuk kematian keluarganya, dia tidak akan melupakan sedetikpun hari-hari berat yang dilalui keluarganya selama ini. Tujuan utamaku adalah membalas semua perlakuan mereka itulah kenapa aku hidup leon. Tapi dalam perjalananku ini aku akan mencoba mencintaimu sebanyak kau mencintaiku, aku juga akan memiliki rasa cemburu sebesar rasa cemburumu padaku, aku berjanji.

Lama percakapan antara keduanya berahir, leon dan alice sudah memejamkan matanya tapi leon masih sedikit tersadar.

"apa perlu kita menikah?" canda leon dengan suara lirih khas seperti orang setenggah mengantuk

namun alice tidak menjawab dan hanya mencubit pinggang pria tampan itu.

"aw… hahahha"

"good night" suara lirih leon terdengar di sekitar telinga alice

"good night" jawab alice lirih dari dalam pelukan pria tampan ini.

(maaf atas keterlambatan update karena ada masalah tidak terduga☹🤧)

avataravatar
Next chapter