2 Viona Angeline

Written by : Siska Friestiani

Hello, My Little Girl! : 2021

Publish Web Novel : 01 Juli 2021

Instagram : Siskahaling

*siskahaling*

Juni 24th, 2021. University of Portland, Portland, Amerika Serikat.

"Bagaimana? Kau sudah menentukan akan magang dimana?" tanya Laura sambil menyuapkan Tuna Sandwich ke dalam mulutnya.

Viona Angeline, gadis berambut panjang dengan ujung yang sedikit bergelombang itu menggeleng lesu. Mengaduk-aduk Grilled Chicken-nya asal. Wajahnya menunduk putus asa.

"Bukan kah Prof. Edward sudah memberi mu rekomendasi?" tanya Laura memastikan.

"Yang benar saja! Anderson Group. Bagaimana mungkin aku keterima di perusahaan adi daya itu" ujar Viona, Laura menghela napas. Sahabat nya ini benar-benar tidak sadar kemampuan. Bahkan di lihat dari nilai saja sudah dapat di pastikan Viona akan keterima jika mendaftar disana.

"Bodoh! Hanya kau orang bodoh yang meragukan kemampuan sendiri. Kau bahkan belum mencobanya Vio" ucap Laura kesal.

"Kau lihat nilai akademik mu nyaris sempurna. Bahkan Prof. Edward sudah memberi mu rekomendasi untuk ke Anderson Group. Lalu apa lagi yang kau takut kan huh?"

Viona mengerucut kesal "Bukan meragukan kemampuan, aku hanya sadar diri untuk magang di perusahaan itu" ucap Viona membela diri.

Ayolah, siapa yang tidak tau perusahaan Anderson Group. Perusahaan yang masuk peringkat tiga besar dari perusahaan terbesar di Amerika. Bahkan tidak ada warga Amerika yang tidak mengenal keluarga Anderson.

"Bagaimana kalau aku melamar di perusahaan yang sama dengan mu?" tanya Viona, wajahnya tersenyum merekah. Yah satu perusahaan dengan Laura sepertinya lebih baik. Lagi pula akan mempermudah bukan?

"Aku tidak keberatan meminta Jason untuk menerima mu magang di sana juga. Tapi apa kau lupa salah satu syarat magang kali ini? Mahasiswa yang memiliki konsentrasi yang sama harus magang di perusahaan yang berbeda" jelas Laura, Viona menghela napas. Benar, tahun ini kebijakan kampus mengenai magang memang ada perubahan. Dan itu membuat ia sedikit kesulitan mencari tempat Magang.

Andai saja ia memiliki kekasih seperti Laura, ia pasti akan dengan mudah mendapatkan tempat magang.

"Anderson Group, aku yakin kau di terima di sana. Lagi pula aku dengar banyak mahasiswa yang mencoba melamar disana tapi gagal. Ini kesempatan mu untuk membuktikan kemampuan mu. Aku yakin Prof. Edward akan senang jika kau melamar di sana"

Viona menyesap minumannya. Sembari memikirkan apa yang Laura katakan. Apa benar ia akan di terima jika ia melamar magang di sana? Ahh, entah lah ia tidak yakin.

*siskahaling*

"Kau yakin tidak ingin aku dan Jason antar? Ini sudah hampir malam Vio" Laura kembali menawarkan tumpangan. Bagaimana pun ia cemas dengan sahabatnya ini. Portland bukanlah kota yang aman, banyak preman atau perampok berkeliaran di jam seperti ini.

Viona tersenyum menenangkan "Tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri. Kau bilang hari ini ada acara bersama Jason bukan. Pergilah, kalian akan terlambat"

Kini gantian Jason yang menggeleng, membuka suara "Tidak masalah Viona, kami bisa mengantarmu terlebih dahulu. Aku tidak ingin sepanjang acara gadisku merengek karena mengkhawatirkan sahabatnya" Jason terkekeh setelah mengatakannya, di hadiahi cubitan di pinggang oleh Laura. Viona pun ikut tertawa.

"Tidak, tidak. Jika kalian terlambat aku akan merasa sangat bersalah. Kalian duluan saja, aku akan menggunakan taksi"

"Kau yakin?" tanya Laura, Viona mengangguk "Tenang saja Laura, aku akan baik-baik saja" Viona kembali menenangkan Laura.

"Baiklah, hubungi aku jika ada apa-apa. Dan kirim pesan pada ku jika kau sudah sampai rumah"

"Akan aku lakukan"

"Kalau begitu aku dan Jason pergi dulu, kau hati-hati" pamit Laura lalu memeluk Viona sebagai tanda perpisahan.

"Kalian juga hati-hati" Laura mengangguk, lalu masuk ke mobil yang sudah jason bukakan pintunya.

Viona menatap mobil Jason yang sudah semakin jauh dan menghilang dari pandangannya.

Viona menatap langit yang sudah semakin gelap dengan udara yang terasa semakin dingin. Hah, entah kenapa musim gugur kali ini udara di portland terasa lebih dingin di banding tahun-tahun sebelumnya. Viona merapatkan coat-nya sebelum akhirnya melangkah meninggalkan restoran tempat ia dan Laura menghabiskan waktu sepulang kuliah tadi.

Viona berhenti di tepi jalan menunggu taksi lewat. Jalanan masih ramai karena memang masih jam 18 : 45. Bahkan masih ada beberapa karyawan kantor yang baru pulang bekerja. Viona tersenyum, tiba-tiba saja cita-cita sederhana yang selama ini ia impikan kembali terlintas di benaknya. Menjadi karyawan di sebuah perusahaan, pulang bersama teman sekantornya, merasakan lembur yang selalu di keluhkan oleh banyak karyawan, entahlah Viona hanya ingin hidup yang sesederhana itu. Dan yang pasti cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan Margareth.

Namun tiba-tiba Viona merasa ada yang mengawasi. Ia menatap sekeliling melihat tanda-tanda seseorang yang mencurigakan, namun tidak ada sama sekali.

Ia menghembuskan napas, mungkin hanya perasaannya saja, tapi memang beberapa minggu ini ia merasa selalu di awasi kemana pun ia pergi.

"Oh?" Viona tersenyum ketika akhirnya sebuah taksi terlihat menuju ke arahnya, Viona pun melambaikan tangan memberhentikan taksi.

Di sisi lain, seorang pria dari tadi mengawasi dalam diam. Menatap gadis yang kini sudah pergi menggunakan taksi.

Dia Alexander Anderson. Pria yang selalu menjadi incaran para wanita.

Alex menghela napas, lagi-lagi ia mengikuti gadis itu seperti seorang penguntit. Ingin rasanya ia menghampiri dan memeluk gadis yang begitu ia rindukan itu. Tapi ia terlalu takut, bagaimana jika ia di tolak?

Sial! Tidak pernah ada sebelumnya seseorang yang bisa membuatnya merasa takut di tolak. Bahkan hampir semua wanita menawarkan diri padanya. Tapi gadis kecil sialan itu membuatnya seperti ini. Sejak pertemuan mereka 8 tahun silam, Alex tidak pernah berani lagi bertemu dengan gadis kecil bermata biru cerah itu.

Damn it! Membayangkan mata biru cerahnya saja Alex jadi semakin merindukannya.

"Tuan, untuk minggu ini semua yang di butuhkan Nona Viona sudah disiapkan" ucap Louis yang berada di kursi kemudi. Alex mengangguk saja.

"Bagaimana dengan Bougenfil Resto?" tanya Alex.

"Sudah sampai pada tahap persetujuan, paling lambat besok Bougenfil Resto sudah menjadi milik, Tuan" jelas Louis.

"Bagus, aku tidak ingin gadis kecil itu bekerja di bawah pimpinan orang lain. Pastikan informasi ini tidak terdengar ke karyawan Resto"

"Baik Tuan"

"Dan perintahkan Joan untuk mengikuti taksi itu" Louis mengangguk mengerti.

"Anda tidak ingin mencoba menemui Nona Viona, Sir?" tanya Louis, rasanya melihat apa yang selama ini Alex lakukan, ia rasa Tuan-nya ini mencintai gadis kecil itu.

"Tidak sekarang Lou, terlalu mencolok jika aku mendekatinya secara langsung. Aku tidak ingin ia tahu apa yang sudah aku lakukan selama ini" jawab Alex.

Dan Louis kembali menghela napas pelan. Tidak menyangka seorang gadis kecil polos seperti Viona bisa menjinakkan seekor singa yang selama ini di takuti oleh semua orang.

*siskahaling*

Hallooo...

Ketemu lagi kan sama aku-nya. Hahaha...

Semoga suka sama cerita baru ku kali ini ya. Terima kasih sudah membaca.

Jangan lupa baca cerita ku yang lain juga ya. Terima kasih banyak udah mampir untuk baca guys.

avataravatar
Next chapter