webnovel

Kedatangan Tamu Tak Terduga

Rafida terbangun dari tidurnya. Kepalanya yang pusing dan tenggorokannya yang kering menuntun Rafida untuk keluar menuju dapur.

"Ahh leganya," ucap Rafida saat meminum satu botol air mineral dalam sekali tegukan.

Setelah itu, ia pun kembali berjalan dan merasa tidak asing dengan kamar yang ia masuki.

"Apa aku salah kamar?" gumam Rafida lagi saat melihat keanehan dari dalam kamar tersebut.

Rafida melangkah ke arah lemari dan hendak melepaskan pakaian yang sudah membuatnya tidak nyaman itu. tanpa menyadari pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka dan Mr.Wil melangkah masuk tanpa suara.

Rafida santai saja menurunkan reseleting dresnya saat tiba-tiba saja setetes air menetes ke pundaknya. Rafida sontak melompat mundur saking kagetnya.

Bhak!

Rafida menabrak tubuh polos Mr.Wil dan langsung membalikkan tubuhnya. Rafida semakin terkejut saat melihat Mr.Wil hanya mengenakan selembar handuk yang ia lilitkan pada pinggangnya saja.

"Lihat apa? Saya tampan?" ucap Mr.Wil dengan menatap Rafida tajam.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Rafida balik dengan wajah yang memerah.

"Justru aku yang seharusnya tanya, kenapa kau ada di sini? Ini kan kamarku atau ... Kau mau tidur bersamaku?" goda Mr.Wil mendekatkan wajahnya seakan ingin mencium Rafida.

"Bukan begitu. Sepertinya aku masih mabuk jadi tidak sengaja berjalan dan masuk ke sini," elak Rafida mengalihkan wajahnya.

"Kau ... mau tidur bersamaku di kamar yang sama?" tanya Mr.Wil lagi dengan nada menggoda.

"Hmm ... Bukan masalah aku mau atau tidak, tapi apakah itu baik atau tidak," cap Rafida dengan berpikir sejenak.

"Kenapa tidak baik?"

"Bagaimanapun kau sangat tampan, aku takut tidak akan bisa mengontrol diriku," ucap Rafida mendadak malu dan langsung berbalik menempelkan diri ke lemari.

"Rupanya dia masih mabuk," batin Mr.Wil. Ia pun dengan nakalnya mendekat dan berbisik lirih.

"Kalau kau tidak bisa mengontrol dirimu sendiri, lalu apa yang akan kau lakukan?"

Rafida berbalik dan bingung harus jawab apa saat tiba-tiba saja terdengar suara seseorang memanggil-manggil nama Mr.Wil.

"Oppa! Oppa Wil!" teriak seorang wanita.

Rafida pun refleks berusaha mendorong Mr.Wil menjauh darinya.

"Pergilah! Ada yang memanggilmu," ucap Rafida gugup.

Tapi saat tangannya masih nempel ke dada Mr.Wil, Min Young mendadak membuka pintu dan jelas kesal melihat pemandangan itu.

(B.Korea)

"Oppa, apa yang sedang kau lakukan?" ucap Min Young terkejut.

Mr.Wil yang melihat kedatangan Min Young menatapnya dengan datar.

"Pergilah ke ruang tamu dulu," perintah Mr.Wil santai.

"Min Young!" panggil Min Seok dan langsung menyeret Min Young keluar.

"Lepas! Aku gak mau!" tolak Min Young masih ingin berada di sana. Tapi Min Seok terus saja menarik tangan Min Young dan keluar dari kamar.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Mr.Wil menatap Rafida dingin saat Rafida tidak juga melepaskan tangannya dari dada Mr.Wil.

"Apa?" tanya Rafida terkejut dan melihat ke arah tatapan Mr.Wil.

"Wah ... kulitmu sangat halus," ucap Rafida tapi tak sengaja ia mengelus terlalu kebawah dan ujung-ujungnya malah membuat handuk itu merosot.

"Argh!" teriak Rafida kontan heboh dan buru-buru menutupi matanya rapat-rapat.

***

Setelah Mr.Wil ganti baju, mereka turun bersama-sama.

"Oppa!" teriak Min Young langsung berlari dan merangkul lengan Mr.Wil dengan mendorong Rafida.

(B.Korea)

"Oppa, kenapa kau tidak menjemputku dan tidak menjawab teleponku juga?" protes Min Young manja.

"Aku sibuk," jawab Mr.Wil dingin.

"Kau sibuk berurusan dengannya? Kenapa kau tidak mengenalkannya?" ucap Min Young dengan melirik sinis pada Rafida yang sudah duduk dan meminum kopi yang sudah tersaji di atas meja.

"Tak perlu. Saya bukan siapa-siapa jadi tak perlu dikenalin," sela Rafida.

"Ah ... jadi kau bukan siapa-siapanya Mr.Wil. Bagus lah," ucap Min Young dan masih bersikap manja.

Tapi tiba-tiba Mr.Wil mengejutkan semua orang dengan menggenggam tangan Rafida.

"Rafida memang bukan siapa-siapa. Karena dia adalah istriku," ucap Mr.Wil dengan tegas.

"Kau bilang apa?" tanya Min Seok yang juga ada di sana dengan terkejut.

"Kau menikah? Kenapa tidak bilang-bilang aku?" tanya Min Seok lagi.

"Aku menikah beberapa hari yang lalu, aku lupa memberitahu kalian berdua," jawab Mr.Wil beralasan.

"Lupa? Bagaimana bisa kau lupa? Oh, sekarang aku mengerti kenapa kakak Min Seok menyuruhku untuk menyerah. Ish kenapa tiba-tiba begini?" ucap Min Young dan mulai menangis.

"Rafida, apa kamu bisa memotong buah-buahan untukku?" ucap Mr.Wil cepat-cepat menjauhkan Rafida dari amukan Min Young.

"Aku tau ada yang aneh. Pernikahan memang bagus, tapi kenapa wanitanya harus dia? Kau tahu sendiri alasannya mendekatimu! Dia ingin memiliki semua kekayaanmu bukan?" ucap Min Seok menaruh curiga pada Rafida.

"Kurasa kau salah memahaminya. Bagaimanapun dia sebelumnya, tapi sekarang dia milikku. Dan aku melihatmu di pesta pagi ini. Kenapa kau tidak menyapaku?" tanya Mr.Wil mengalihkan pembicaraan.

Min Seok cuma bisa diam mendengar jawaban Mr.Wil.

Min Young berlari ke arah toilet dan mulai berteriak.

Sementara Mr.Wil tidak perduli bahkan langsung menyusul Rafida ke dapur dan dengan manisnya membantunya memotong buah.

"Apa yang sedang kau lakukan? Bukankah kau dekat dengannya? Seharusnya kau menyusulnya ke toilet," ucap Rafida heran.

"Diam saja, jangan ikut campur!" ucap Mr.Wil dingin.

(B.Korea)

"Aku lelah, antarkan aku pulang sekarang juga," pinta Min Young dengan terburu.

"Kau serius?" tanya Min Seok heran.

"Cepatlah! Aku benar-benar lelah!" rengek Min Young dengan berjalan lebih dahulu.

"Tapi, kita harus pamitan terlebih dulu," ucap Min Seok dan menyusul Min Young yang sudah keluar dari rumah.

(B.Indonesia)

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" bisik Rafida cemas.

"Apa kau mengenal Min Young?" tanya Mr.Wil bingung.

"Aku pernah melihatnya beberapa kali saat aku masih menjadi sekeretarismu. Kau sering bertemu dengannya setahun yang lalu bukan. Tapi semenjak dia pergi untuk kursus akting kalian putus kontak. Kenapa kau tidak menikahinya saja?" jelas Rafida yang tak kaget dengan kedatangan Min Young.

"Aku ... tidak bisa menikahinya," ucap Mr.Wil dengan wajah sedih.

"Kenapa?" tanya Rafida penasaran.

"Sudah cepat bawa ini ke depan. Mereka mungkin sudah pulang," elak Mr.Wil dengan kesal dan berlalu dari sana.

"Astaga, kenapa dia sangat dingin seperti itu? Apa karena umurnya yang sudah sangat tua?" tanya Rafida dan ikut kesal menerima perlakuan Mr.Wil yang seperti itu.

Mr.Wil berjalan ke ruang tamu. Dan benar saja, Min Young dan Min Seok sudah pergi tanpa pamit.

"Ini buahnya eh- mereka sudah pulang?" ucap Rafida dengan membawa potongan buah yang baru selesai ia potong.

Mr.Wil hanya diam dan mengambil jasnya pergi keluar apartemennya dengan terburu.

"Mau ke mana?" teriak Rafida. Ia kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.

***

Min Seok pun sampai di depan rumahnya setelah mengantar Min Young ke rumahnya. Ia pun turun dan langsung masuk ke rumah.

(B.Korea)

"Aku pulang," ucap Min Seok dengan lemas.

PLAK!

Tuan Kim sudah menunggu saat Min Seok baru pulang dan langsung menamparnya keras-keras yang jelas saja membuat Min Seok kesal.

"Pak Tua, wajahku ini mahal. Kalau sampai rusak, bagaimana bisa aku menjualnya?" tanya Min Seok dengan menatap tajam.

"Aku suruh kau menjemput Min Young dan bukannya mengantarkannya ke apartemen Wildan!" teriak Tuan Kim marah.

"Ayah mengawasiku?" tanya Min Seok terkejut.

"Aku bisa memaafkan yang kau lakukan pada Nona Astrid (kencan butanya), tapi Min Young berbeda. Bisnis keluarga Min Young adalah PAN Entertainment, kau harus mendapatkannya! Kalau kau menikah dengan Min Young, maka kerja sama kedua bisnis keluarga kita akan bisa bersaing melawan Group Wil."

"Aku tidak mau, aku tahu kalau aku selalu diawasi makanya aku menolak keinginan ayah. Tujuan ambisius Ayah, harus Ayah lakukan seorang diri. Atau Ayah bisa mengadopsi anak lain."

"Kau!" Tuan Kim kontan emosi dan hampir saja melayangkan tamparan lagi.

"Jangan terlalu bersemangat, aku akan pergi sekarang," ucap Min Seok langsung berjalan menjauh.

Tapi begitu dia tersembunyi dari pandangan Tuan Kim, dia buru-buru menghirup inhalernya dan berusaha keras untuk menenangkan dirinya.