"Kuncinya, Pah. Terima kasih." Evan menyerahkan kunci mobil kepada sang ayah, lalu berjalan menuju dapur untuk menemani Puspa Ajeng menyiapkan makan siang.
"Kamu duduk saja, Stevan. Biar Mama yang siapkan."
"Tidak apa-apa, Mah. Aku sudah biasa."
Puspa Ajeng tersenyum mendengar jawaban sang anak, lalu memutuskan untuk membiarkannya ikut membantu.
Saat keduanya sibuk menyiapkan makanan, terdengar suara pintu yang terbuka. Ternyata Angga telah tiba di rumah. Dan begitu melihat Jhonatan sedang duduk di ruang tengah, pemuda itu langsung saja menyalami dengan takzim.
"Lancar?" tanya Jhonatan.
"Over all ... lancar, Om. Oh ya, saya ke kamar sebentar. Ganti baju, soalnya gerah."
Angga pamit berjalan menuju kamarnya. Namun, pandangannya tertuju pada area dapur di mana Evan sedang berada di sana. Pemuda itu lantas mengerlingkan mata, saat dirinya bersitatap dengan Evan sebagai bentuk isyarat lelah dan kesal.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com