Mendapat pertanyaan yang seperti itu, Evan dan Angga pun jadi saling pandang dalam diam.
"Masih, Om. Kami masih saling berkomunikasi, hanya saja memang tidak terlalu intens. Karena Berlin bilang, jika dia sedang memiliki banyak hal yang harus diselesaikan." Evan menjawab.
"Oh ya, bagus. Kalian memang harus sering berkomunikasi," tanggap Ismawan sambil tersenyum. Lalu tatapan lelaki itupun segera beralih pada Angga, seperti ingin mendengar juga jawaban dari sang pemuda.
"Saya, Om? Udah nggak pernah sama sekali. Terakhir, kapan ya? Lupa. Yang jelas, akan lebih baik kalau kayak gitu. Cukup komunikasi sama Evan aja. Lagian, mereka akan segera menikah bukan?"
Apa yang disampaikan oleh Angga, sontak membuat Evan menoleh ke arahnya. Dia sama sekali belum dapat mengerti atau juga paham, mengapa Angga mendadak malah bertingkah seperti sekarang itu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com