10 I Got You!

"Lepaskan!" sentak Maria yang tak mau berdekatan dengan X.

X tertawa pelan. "Kau sudah berjanji akan memberitahu siapa namamu kalau kita bertemu lagi. Nah, kutagih janjimu itu, Nona!" X menekan si gadis agar mau memberitahu namanya meskipun dia sudah tahu.

"Kau salah orang!" sangkal Maria yang tetap tak mau memenuhi janji yang ia sendiri telah ucapkan.

"Aku tak pernah salah dalam mengenali orang, terutama gadis yang telah berjanji padaku di Bandara Schiphol, Nona!" desak X yang merasa tertantang dengan penolakan si perempuan.

Maria kehabisan kata-kata. Dia memang ingat perihal itu, namun firasatnya mengatakan agar menghindar dari si pria. Ada hawa menakutkan yang membuat hatinya menolak.

"Lepaskan!" Maria tidak mengindahkan ucapan X. Dia berusaha membebaskan tangannya dari cengkeraman pria itu.

X tak bergeming. Dia tetap memegang tangan Maria karena gadis itu telah membuatnya sangat penasaran berhari-hari sehingga bertingkah di luar kebiasaannya.

The Godfather tersenyum samar melihat adegan itu, sedangkan Felicia merasa risau saat melihat tangan sang keponakan dicekal oleh X. Dia mendatangi ayah kandung si lelaki untuk menyampaikan keberatannya.

"Putramu memaksa keponakanku! Aku tak suka melihatnya!" sembur Felicia yang kentara sekali tak mendukung tindakan X.

The Godfather tersenyum sinis. "Memangnya kenapa? Kau mau menghalangi anakku sama seperti kau melakukannya pada Keith? Kau memang suka merusak kebahagiaan orang lain rupanya! Ck ... ck ... ck ... tak heran hidupmu seperti ini!" sindir pria yang berusia lebih dari setengah abad itu.

"Apa?! Beraninya kau!" geram Felicia, tangannya mengepal menahan amarah.

"Dengar, ketika kau tak menurunkan restu, anakmu malah tertembak karena melindungi anak bungsuku. Sekarang, putra sulungku melakukan pendekatan kepada Maria, keponakanmu, itu pun mau kau ikut campur juga? Tidak belajar dari kesalahan di masa lampau, di mana putrimu mengalami keadaan di antara hidup dan mati? Felicia, kau boleh Ratu Mafia di luar sana, tapi urusan asmara itu bukan urusanmu!" tegas The Godfather yang tak takut sama sekali.

Ketika Felicia hendak membuka mulut, The Godfather menatap tajam padanya. "Oh ya, kalau kau sampai melukai anakku, maka akulah lawanmu! Aku menghormati dan menghargai keluarga kalian terutama kau, karena anakku menikah dengan putrimu. Tapi, bila kau melakukan kebodohan yang sama, jangan salahkan bila aku bertindak!" ancamnya serius.

Felicia terdiam. The Godfather meninggalkan wanita itu sendirian dengan wajah datar. Dia tak 'kan membiarkan dirinya ditekan apalagi diancam oleh siapapun, termasuk oleh besannya sendiri.

Maria dan X tetap tak mau mengalah pada pendirian masing-masing. Si perempuan ngotot agar tangannya dilepaskan, sedangkan si pria tak mau melakukannya.

"Kau telah berjanji padaku, Sayang! Aku tak akan membiarkanmu lepas karena kau pasti selalu mencari alasan!" X tak menggubris ocehan Maria.

"Kapan aku berjanji? Sudah kubilang kau ini salah orang! Wajahku memang pasaran!" sangkal Maria yang masih mencoba membebaskan diri dari X.

"Oh ya? Kau masih pura-pura amnesia? Ini bukan di film, Nona!" X bersikeras tak mau kalah.

Adrenalinnya semakin berpacu, dia merasa gadis yang sedang berada di depannya itu adalah pasangan yang pas untuknya. Maria adalah gadis yang keras kepala, sama seperti dirinya.

Apakah ini hukuman alias karma, karena sudah menertawakan Keith sebelum pemberkatan di gereja? Dad bilang, aku akan lebih parah daripada adikku ketika sudah menemukan pasangan yang pas dan ini mulai terbukti. Damn, seharusnya aku tidak meledek kalau tahu akan jadi begini! gerutu X dalam hatinya.

"Oke, aku akan memberitahukan namaku!" ucap Maria dengan jengkel.

X tersenyum penuh kemenangan. "Siapa namamu? Jangan memberitahu nama palsu, karena aku pasti tahu!" ancamnya yang tak mau si gadis berbohong.

Maria menaikkan satu alisnya. Dia memang berniat memberitahu nama lain kepada X, namun rupanya si pria sudah mengetahuinya sehingga diurungkan niatnya itu.

"Namaku Maria." Gadis itu bersuara dengan setengah terpaksa.

"Maria siapa?" X tetap memaksa supaya mendapatkan nama lengkap langsung dari bibir si gadis.

"Maria Clara Wijaya!" Maria mengatakan dengan ketus.

"Nama panggilanmu?" X bertanya lebih lanjut.

"Kau bisa memanggilku dengan Maria atau Clara. Tak ada bedanya!" Maria menjawab pertanyaan yang diberikan dengan nada sinis.

Gadis itu merasa tak nyaman dengan perlakuan X yang berlebihan baginya. Sedari tadi, pria yang memiliki rajah di tubuhnya itu, tak juga kunjung melepaskan cekalannya, sehingga membuat nyeri tak tertahankan di tangan.

"Kau tidak berkata bohong, 'kan?" pancing X yang sengaja ingin bicara lebih lama dengan Maria.

"Tidak ada! Memangnya aku gila apa?! Lepaskan! Kau bilang akan membebaskan tanganku bila aku sudah menyebutkan nama yang asli!" tagih Maria dengan wajah garang.

"Kenapa buru-buru, Nona? Aku belum memperkenalkan diri padamu!" sergah X yang semakin tak mau membiarkan gadis yang telah mencuri hatinya pergi dengan mudah.

"Heh! Siapa yang mau tahu namamu! Sudah! Aku tak suka!" sentaknya kasar.

Dia mencoba meronta-ronta, namun gagal. Dia tak mau terlibat apapun dengan pria pemaksa itu dan sudah tak tahan ingin kabur darinya.

"Kau itu kenapa, sih? Aku tak ada kewajiban bersamamu karena kau bukan suamiku! Go away!"bentak Maria yang tak tahan dengan kelakuan X.

X mengeluarkan smirk khasnya. Dia tak pernah ditolak oleh gadis manapun, sehingga tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas yang kini berada di dalam genggamannya.

"Oh, aku bukan suamimu? Itu ide bagus! Kau memberi kode padaku untuk menikahimu, ya? Lihat saja, satu tahun ini kau akan menjadi kekasih, bahkan istriku! Kau tak akan bisa lari dariku, Nona!" X bersumpah secara spontan di hadapan Maria.

Wajah Maria berubah menjadi pias, akan tetapi hanya sebentar. Dia dengan cepat menguasai diri karena tak mau terintimidasi oleh perkataan pria aneh itu.

"Hei, enak saja kau bicara! Siapa yang mau menjadi kekasih sekaligus istrimu! Nasibku sungguh buruk bertemu denganmu di Schiphol!" sembur Maria yang menyesali pertemuan pertama mereka.

X tertawa terbahak-bahak. Dia tak menyangka bila mendengar perkataan yang teramat lucu baginya.

"Justru, itu adalah hari keberuntunganmu, Sayang. Sudah kuputuskan bahwa kau adalah gadis yang tepat untukku! Mulai hari ini, kau tak akan bisa lari atau menghindar lagi!" ancam X sungguh-sungguh.

"Apa-apaan, sih?! Lepas! Aku tak suka padamu!" Maria terus memberontak, namun sia-sia belaka.

X terus menyunggingkan senyum manisnya di depan gadis itu. Maria melotot, melihat wajah bahagia si pria yang terus berusaha untuk mendominasi. Tak pernah terpikir olehnya, bila kebaikan sederhana yang ia lakukan, bisa membawanya sampai sejauh sini.

Sementara itu, Keith mengawasi kakak angkatnya dari kejauhan. Dia hampir tertawa terpingkal-pingkal melihat X menjadi berbeda dari biasanya, bahkan berbuat nekat.

Kena kau! Akhirnya kau melakukan hal yang sama sepertiku, 'kan? Makanya jangan sok jadi orang! pikir Keith dengan nada puas di dalam hati.

"Ada apa, Hubby?" tegur Shena yang menatap wajah suaminya yang tak biasa.

"Coba kau lihat X, Wifey," sahut Keith yang sudah tak bisa menahan senyuman di wajahnya.

Keith menunjuk secara sembunyi-sembunyi, lalu Shena menoleh ke arah yang ditunjuk oleh suaminya. Mereka melihat kalau X akhirnya bisa memaksa Maria untuk ikut dengannya. Wajah gadis itu merah padam menahan amarah saat dia terpaksa menurut, ketika si pria menggenggam jemarinya dengan mesra.

"Itu ... mereka? Kenapa bisa?" Shena bertanya kepada Keith yang masih bingung.

Mengapa abang iparku bisa berkenalan dengan Maria? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Mungkin X bercerita tentang sepupuku ke suamiku, pikir Shena sambil menduga-duga.

"Ya, mereka berdua saling mengenal, tepatnya pernah bertemu sebelumnya," jawab Keith dengan santainya.

"Bagaimana mungkin?" Shena bertanya kembali kepada suaminya.

Dia masih tak percaya kalau kedua orang yang dia kenal bisa saling mengenal tanpa bantuannya atau Keith. Apalagi peristiwa itu terjadi di depan mata, tepatnya di pesta pernikahannya dengan sang suami.

"Mereka bertemu di Bandara Schiphol. X bercerita padaku, kalau dia bertemu seorang gadis yang menarik hatinya, tapi mereka belum berkenalan karena gadis itu sudah terlebih dulu meninggalkannya!" Keith menjawab pertanyaan istrinya yang penasaran.

"Oh, begitu rupanya? Wah, semoga saja X bisa menaklukkan hatinya! Maria sangat galak, dia bukan tipe gadis yang suka basa-basi!" Shena mulai membuka sedikit pribadi sepupunya di depan suaminya tercinta.

Keith mengecup kening sang istri lalu mengusap perutnya dengan penuh sayang. "Biarkan saja mereka seperti itu! Bagiku, hubungan kita yang paling penting, apalagi sekarang ada buah hati yang telah tumbuh dan berkembang dengan cepat di rahimmu, Wifey," bisiknya mesra.

Shena tersenyum. "Ya, Hubby. Tak sia-sia penantian kita selama ini," sahutnya lembut.

"Tentu, Sayang. Jangan kau khawatir apapun lagi, karena kita akan tetap bersama. Besok, kita mulai bulan madu, jaga staminamu, Wifey." Keith berkata dengan nada sensual di telinga istrinya.

Shena memukul manja pergelangan tangan suaminya. "Jangan di sini, nanti terdengar oleh orang lain, bagaimana?" Shena memprotes dengan nada malu-malu.

Keith tertawa pelan, dia tak marah dengan tindakan Shena. Baginya, semua yang dilakukan oleh istrinya adalah tanda cinta yang harus ia syukuri. Dia tak mau belahan jiwanya sampai berpaling darinya.

"Kamu semakin cantik kalau wajahmu merona seperti itu, Wifey. Mau meninggalkan pesta sekarang?" Keith menggoda sang istri dengan suara serak nan seksi.

"Aku lapar," ucap Shena seraya menunjuk perutnya.

Keith terkejut mendengar sang istri kelaparan. Ia merasa menyesal karena istrinya mengeluh. Shena tak boleh melewatkan waktu makan karena dia memiliki penyakit gastritis, apalagi dia sekarang tengah berbadan dua, sehingga kondisinya harus semakin dijaga.

"Ayo kita makan. Kau mau apa? Biar Jorge mengambilkannya untuk kita!" Keith berkata dengan gusar seraya mencari asistennya.

"Aku mau mengambilnya sendiri, temani aku, ya!" pinta Shena dengan manjanya kepada Keith.

"As you wish, Wifey!" Keith menyahut lalu ia tersenyum samar dan mencium mesra bibir pasangannya.

***

1. Wifey = Dari kata wife atau istri. Ini adalah panggilan sayang untuk memanggil istri

2. Hubby = Dari kata husband atau suami. Ini adalah panggilan sayang untuk memanggil suami

3. As you wish = Seperti yang kau inginkan

avataravatar
Next chapter