webnovel

He's My Son 02

Reyent Bintang Nugroho Digantara yang biasa di panggil Reyent. Bocah kecil yang lucu, gemasin dan pintar kini sudah beranjak dewasa. Tidak terasa waktu begitu cepat. Baru kemaren serasa merayakan ulang tahun yang ke 2 tahun. Kini usianya sudah menginjak 18 tahun. Dia terkenal menjadi laki-laki yang dingin sedingin batu kutup utara. Mahal senyum dan jutek. Terutama sama perempuan. Hatinya tidak bisa luluh dengan rayuan receh dari semua perempuan di kelasnya. Teman-teman perempuannya pada mengagumi dirinya. Ralat. pada ngefans sama Reyent. Semua serba bisa, jago balap motor maupun balap mobil, Teakwondo, DJ, dan Photographer. Semua itu bakat warisan dari Ayahnya. Ayahnya mendidiknya dengan tegas dari kecil. Reyent juga memiliki group band yang bernama "Hey Say! Jum". Setelah usianya menginjak yang ke 20 tahun, Ayahnya mengirimnya ke London. Untuk melanjutkan kuliahnya di negeri UK. Tepat di kampus bekas Ayahnya dulu. Di sana dia tinggal bersama Atenya yang bernama Relly dan Revy, adek Ayahnya. Kemudian dia bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya penasaran. Mereka pun berkenalan. "Hai, gue Reyent Bintang Nugroho Digantara, biasa di panggil Reyent." "Oh, aku Febby Distiya Pramudia, biasa di panggil Febby atau Disti." Akankah Distiya bisa mentaklukan hati Reyent yang dingin sedingin batu kutup utara?

Me_Rera_Rara · Teen
Not enough ratings
20 Chs

CHAPTER 04

Reyent berjalan ke taman, dia mengambil buku gambar yang terjatuh. Lalu, Reyent menghampiri bocah kecil yang duduk di taman, bocah itu sedang menangis. "Jangan menangis!" Ucap Reyent, dia lebih tua satu tahun dari bocah itu.

Bocah itu mendongak, melihat siapa yang menghampiri. Reyent tersenyum sama bocah itu. "Kenapa kamu kesini? Kamu tidak membenci ku?"

"Kenapa aku halus membencimu? Kamu tidak punya salah sama aku. Dan aku juga tidak kenal sama kamu. Kata Mimi aku tidak boleh saling membenci. Kan kita di sini mau sekolah, bial pintal."

"Aku kan anak halam, tidak punya Ayah!" Ucapnya dengan polos.

"Anak halam itu apa?" Tanya balik Reyent.

"Aku juga tidak tau kenapa meleka selalu memanggil aku begitu. Aku punya Daddy kok. Kata Mommy, Daddy sedang bekelja jauh."

"Kamu jangan takut ada aku," ucap Reyent sok pahlawan. Nanti aku tanya sama Pipi dan Mimi aku ya, anak halam itu apa?"

Mereka berdua sama-sama polos, sama cadelnya. Tidak bisa bilang R. Mereka masih terus berceloteh, kini bocah itu sedikit terhibur. "Nama kamu siapa?" Tanya Reyent.

"Nama aku Gleli Angelo Maxwell."

"Aku Leyent Digantala. Nama aku panjang pokoknya."

Mereka berdua tertawa. sekarang keduanya berteman. Ayah mereka juga berteman, kini putranya juga berteman. Reyent mengajaknya main kerumahnya usai pulang sekolah nanti. Dia ingin ngenalin Cookie sama Mookie. Itu kucing kesayangan Reyent. Mereka melangkah menuju kelasnya. Greri di antar Reyent, karena kelas mereka berbeda. Reyent K2A, sedangkan Greri masih di K1A. Semua murid sudah masuk kelas masing-masing. Gurunya pun segera masuk dan mulai mengajar mereka.

Ya, bocah kecil yang menangis tadi adalah Greri Angelo Maxwell. Putra dari Gregi Lozensas Maxwell. Kini mereka berteman.

Jam pelajaran pun sudah selesai, waktunya jam pulang. Sebagai janjinya tadi, Reyent menjemput ke kelas Greri. Kini mereka berjalan di lorong. Greri menunduk karena mereka pada ngatain anak haram. Reyent melawan Revan yang bilang anak haram tadi.

"Dia bukan anak halam." Bela Reyent.

Revan tidak menghiraukannya masih terus mengatai Greri anak haram. Tiba-tiba Reyent mendorong Revan sampai terjengkang kebelakang dan jatuh ke lantai. "Aku bilang dia bukan anak halam. Jangan buly dia." Ucap Reyent.

Saat Reyent ingin mendorong Revan lagi, sekuriti kepercayaan Rey datang ingin melerai keduanya.

"Ada apa ini?" Tanya sekuriti.

"Paman Sekuriti dia nakal, dia buly Gleli telus. Bilangin Gleli anak halam. Kata Pipi-Mimi tidak boleh buly tidak boleh mengejek. Sekolah halus belajal." Ucap Reyent menatap Revan. Tatapannya sangat dingin.

"Iya, sudah-sudah, pokoknya tidak boleh berantem ok! Revan ingat tidak boleh ngatain Greri lagi. Jika besok di ulangi nanti kepala sekolah panggil orang tua Revan."

Revan beranjak berdiri dan lari.

"Paman Sekuriti dia teman balu Leyent, namanya Gleli." Tersenyum. Sekuriti itu menuntun keduanya melangkah menuju post sekuriti. Menunggu Pio menjemput Reyent.

Pio pun datang menghampiri Reyent yang duduk di post sekuriti. "Oom Pio!"

"Hai boy." Sapa Pio sembari hi five sama Reyent.

"Oom Pio, Leyent punya teman balu. Namanya Gleli Oom."

"Okay! sekarang pulang ya?"

Reyent mengangguk. "Oom Gleli mau main kerumah, ayo Gleli." Pio hanya mengangguk.

Reyent sama Greri masuk kedalam mobil. Sedangkan Pio meminta nomer ponsel orang tua Greri. Pio menemui Wali Greri agar dapat ijin dari wali kelas Greri. Setelah dapat ijin dan dapat nomer ponsel orang tua Greri, Pio pamit sama Sekuriti. Kemudian melajukan mobilnya. Di dalam mobil Reyent sama Greri berceloteh. Ketawa ketika melihat foto kedua kucing Reyent yang lucu.

Mobil Pio memasuki perumahan Andara, Sekuriti membukakan gerbangnya. Mobil Pio sudah berenti di teras, Pio keluar membukakan pintu untuk Reyent dan Greri. Reyent masuk ke dalam rumah sembari berteriak memanggil Pipi-Miminya.

"PIPI MIMI LEYENT PULANG!" Teriak Reyent. "Gleli duduk dulu di sini ya, aku mau panggil Mimi-Pipi."

Greri mengangguk. Lalu, Reyent melempar tasnya di sofa dan naik ke atas mencari Mimi-Pipinya. Sedangkan Stella dan Rey di kamar saling berpelukan. Sejak pulang dari mengantar Reyent, mereka memang belum keluar dari kamar sampai sekarang. Mungkin tadi Rey melakukannya sampai beberapa ronde. Sehingga membuat Stella lelah dan lemas. Ketika Rey sedang mencium bibir Stella, pintu kamar terbuka. Masuklah Reyent dan berteriak.

"Mimi-Pipi!!"

Hmmmmm tertunda lagi. Kenapa pulangnya cepat sekali? Gumam Rey kesal.

Hari ini Reyent memang pulang lebih cepat dari biasanya karena gurunya sedang ada rapat. Rey menaikkan selimutnya untuk menutupi tubuh mereka yang polos. Lalu, memejamkan matanya, pura-pura tidur.

Reyent merangkak naik keranjang, "Pipi-Mimi anak halam itu apa?"

Deg

Terkejut. Lantas Rey dan Stella membuka kedua matanya. Tubuhnya menegang. Dengar dari mana kalimat itu? Siapa yang mengajarinya? Ini baru pertama kali Reyent menanyakan tentang anak haram. Siapa yang berani mengatainya seperti itu? Mengingat putranya juga lahir di luar nikah.

Menaikkan selimutnya sampai dada, Stella sedikit mengangkat kepalanya dan bersandar di dada Rey. "Reyent dengar kalimat itu dari mana? Siapa yang ngajarin?"

"Levan Mimi. Levan suka buly Gleli. Suka ngatain Gleli anak halam. Memangnya anak halam itu apa Mimi?" Ucap Reyent dengan logat cadelnya.

"Bukan apa-apa, Reyent masih kecil tidak boleh bilang begitu ya. Jangan dengarin, Reyent ingat kan pesan Mimi-Pipi jika di sekolah harus apa?"

Reyent mengangguk, "He'em Leyent ingat. Tapi," Reyent tidak meneruskan ucapannya. Dia menunduk. Takut. Karena tadi dia hampir berantem sama Revan.

"Tapi apa?" Tanya Rey.

"Ta-tadi Leyent dolong Levan Pipi."

"Kenapa Reyent dorong Revan?"

"Levan naughty, Levan buly Gleli telus. Kan kasihan Gleli. Tadi levan bilang Gleli anak halam dan dolong Gleli, telus Leyent gantian dolong Levan jatuh ke lantai. Gleli tidak punya teman." Papar Reyent sembari menunduk karena takut.

Rey menarik nafasnya. Putranya sok menjadi pahlawan. Membela temannya. Jika tidak ada Asep sang Sekuriti tadi Reyent dan Revan sudah saling pukul. Apa lagi Reyent sudah memiliki keahlian Takewondo. Tadi sebelum Reyent sampai rumah, Sekuriti menghubungi Rey. Memberi tahu bahwa Reyent hampir berantem. Rey tidak tenang, mulai was-was. Jika sudah sekali berantem maka lusa atau hari selanjutnya akan berantem lagi. Pasti Revan dendam sama Reyent. Besok Rey harus pergi ke sekolah menemui Revan.

"Reyent dengarin Pipi." Reyent mengangguk. "Lain kali tidak boleh ya? Bilang saja sama Teacher nanti biar di hukum, okay?"

Reyent mengangguk, "He'em. Ayo Mimi tulun, di bawah ada Gleli teman balu Leyent." Reyent menarik selimut yang menutupi tubuh Rey dan Stella. Menyuruh Stella bangun. Tapi Stella menahannya agar selimutnya tidak turun ke bawah.

"Reyent turun dulu ya, mandi sama Mba Lia. Mimi juga mau mandi dulu."

Reyent pun keluar kamar memanggil Lia, dan menghampiri Greri yang masih duduk di sofa. "Gleli ayo mandi dulu, telus kita main." Ajak Reyent. "Mookie, Cookie Leyent punya teman balu."

"Meyong meyong." Sahut kedua kucing yang bernama Mookie dan Cookie. Kedua kucing itu sangat menurut sama Reyent.

Reyent menggendong kucingnya bergantian. Kucingnya di ciumi, di unyel-unyel. "Mookie, Cookie kenalin teman Leyent namanya Gleli. Gleli ayo kenalan sama kucing ku." Greri pun mengelus Mookie dan Cookie.

"Reyent ayo mandi dulu!" Lia memandikan Reyent sama Greri. Mereka mandi sembari bermain di bathtub.

Kembali di kamar Rey dan Stella.

Rey melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi. Kini mereka di dalam kamar mandi. Sering seperti ini jika sedang bercinta kepergok Reyent. Kadang saat Rey mencium sembari meremas dada Stella ketauan putranya. Reyent marah, Rey tidak boleh memegang nenenya Reyent. Rey di pukuli dan di gigit.

"Sekarang sering keganggu Reyent!" Gumam Rey saat memakai baju di walk in closet.

"Rasain, makanya kurangi mesumya." Ucap Stella. "Aku mau turun dulu, mau melihat mereka."

Sampai di bawah Stella melihat Reyent dan Greri di ruang makan. Mereka sedang makan sembari berceloteh. Kedua kucingnya juga ikut duduk di sana nungguin Reyent makan. "Mimi'e. Gleli itu Mimi ku. Mimi ini Gleli teman balu Leyent."

Tersenyum. Stella menghampiri mereka. "Siapa namanya?" Tanya Stella.

"Gleli Angelo Maxwell Tante."

"Manggilnya apa?"

"Panggil Gleli boleh panggil Max juga boleh Tante."

Tersenyum. Sembari mengelus rambut Greri. "Greri tadi sudah bilang sama Mommy atau Daddy belum kalau main kesini?"

"Tadi sudah telpon Uncle Arda. Karena Daddy nggak ada lagi kerja belum pulang-pulang." Ucap Greri.

Mendengar kata kerja belum pulang-pulang, itu membuat tanda tanya bagi Stella. Ia sangat penasaran. Ia mau tanya tapi itu bukan urusanya. Lalu, Stella mulai menyuapi mereka berdua. Jika tidak di suapin makannya tidak akan abis.

"Rika tolong goreng Empek-Empek yang tadi saya beli. Goreng dua piece, terus sausnya di panasin."

"Iya Mba Stella."

Sembari menyuapi Stella menanyakan tentang Ibunya Greri, Ayahnya, Ibunya bekerja apa. Umur berapa? Stella juga bertanya soal anak haram tadi. Apa benar di sekolah dia sering di buly. Di katain anak haram? Greri pun mengangguk. Lalu, Stella menasehati agar Greri sedikit tenang, tidak sedih lagi.

"Jika mereka ngatain Greri lagi jangan di dengarin ya! Asal mereka tidak memukuli Greri. Pokoknya Greri fokus belajar saja ya. Jika istirahat main sama Reyent dan Jayden!"

Greri mengangguk, "Iya Tante."

Stella tersenyum, kembali menyuapi Reyent dan Greri. "Ayo abisin makannya ya, biar cepat besar."

Mereka berdua manggut-manggut.

Selesai makan Lia mencuci tangan dan mulut mereka. Lalu, di beri apple sama Orange. Kemudian mereka main di ruang bermain yang penuh mainan. Semua mainan ada. Dari robot, mobil besar maupun kecil, pesawat, leggo, masih banyak lagi mainan lainnya. Di luar juga ada Playground. Jayden maupun Vita suka main di playground jika main kerumah Reyent.

***

Stella sedang menyiapkan makan buat Rey. Siang ini Rey hanya ingin makan Cheese egg boil campur small tomato.

Setelah membuat makanan untuk Rey, kini Stella menikmati Empek-Empek gorengnya sembari menunggu Rey turun. Rey berdiri di ambang pintu dapur. Penampilannya sudah rapi, sepertinya Rey mau keluar. Mengenakan tang top putih, jaket kulit hitam, celana jeans panjang sobek-sobek. Memakai kalung mas putih berbandul cincin pemberian Nancy sang Ibu. Tidak lupa memakai gelang rantai dan anting tindik di telinga kirinya.

Rey tersenyum puas melihat Stella duduk di ruang makan. Wajah Stella terlihat kelelahan. "Sudah puas, sudah kenyang mau keluar." Sindir Stella. Saat melihat kehadiran Rey. Ia tersenyum mengejek, duduk di ruang makan dengan pakaian santai. Wajahnya tanpa make-up. Rambutnya di biarkan terurai. Simple dan polos. Tapi di mata Rey Stella sangat cantik meski tanpa make-up.

Mungkin Rey mau melihat Billiyardnya. Sudah dua minggu dia nggak datang ke Cengkareng untuk mengecek Billiyardnya. "Kamu mau keluar Rey?"

"Hemm! Mana Reyent?"

"Di ruang bermain. Makan ini dulu keburu dingin nanti!" Rey pun mulai menyantap makanannya. Setelah makan menemui putranya yang sedang bermain dengan Greri. Mookie dan Cookie juga ada di ruang bermain.

Rey memperhatikan Greri, wajahnya seperti tidak asing. Greri seperti mirip dengan sahabatnya. Tidak mau menebak-nebak, Rey memanggil Reyent.

"Reyent!!""

"Pipi'e. Gleli itu Pipi ku. Kamu juga boleh manggil Pipiku kok. Ya kan Pipi Gleli boleh panggil Pipi juga?"

Rey mengangguk, "iya boleh. Sini siapa namanya?"

"Gleli Angelo Maxwell!"

Maxwell

"Nama Ayahnya siapa?"

"Max belum pelnah beltemu Daddy, Pipi."

Rey tertegun, jawaban Greri menggajal di hati Rey. "Ya sudah lanjutin mainnya ya?"

"Pipi mau pelgi?" Tanya Reyent melihat Pipinya yang sudah rapi.

"Pipi mau mengecek Biliyard milik Reyent." Ucap Rey sembari tersenyum.

"Gleli nanti kalau sudah besar main Biliyald di tempat ku ya! Aku punya Biliyald besal." Greri hanya mengangguk.

Greri iri sama Reyent yang dekat dengan Ayahnya. Di temani main sama Ayahnya. Di buatkan pesawat dari leggo dengan Ayahnya. Sedangkan dia? Selalu main sendiri entah Ayahnya pergi kemana dia tidak tau. Greri memperhatikan Reyent dan Rey sedari tadi, bagaimana cara Reyent memeluk Ayahnya, bagaimana cara Reyent mencium Ayahnya. Greri menunduk. Merasa iri.

"Greri sini mau peluk juga!" Greri pun menghampiri Rey dan di peluk dengan erat. "Sudah lanjutin lagi mainnya, Pipi pergi dulu ya?"

"Iya Pipi bye bye."

"Bye boy."

Stella mengantar Rey sampai teras depan. Saat mau memasuki mobilnya tiba-tiba ada orang datang. Rey seperti mengenali orang itu. Ternyata Arda Aonsarawut Sky teman bisnisnya. Mereka berbincang sebentar, membahas Greri. Arda pun menjelaskannya. Tapi Rey masih belum peka Greri itu putra siapa?

Arda datang ingin menjemput Greri pulang. Arda mendapatkan alamat rumah Rey dari wali kelasnya Greri.

Hari sudah sore, jam menunjukan pukul empat sore. Maka dari itu Arda menjemput Greri untuk pulang. Setelah Greri pulang, Reyent mangajak Lia ke rumah Jayden. Tidak ada capeknya main terus. Pokoknya sehari tidak bisa jika tidak bertemu Jayden. Setiap hari harus bertemu Jayden meski malam pun Reyent minta di temani main kerumah Jayden. Mereka seperti anak kembar yang tidak bisa pisah dengan hatinya.

Rey sudah pergi, Greri sudah pulang, Reyent main kerumah Jayden. Kini Stella duduk di taman sembari melihat laptop. Stella melihat-lihat cosmetic product Korea dan Japan. Ia berencana ingin bisnis online cosmetic. Baru mulai Open, sudah ada yang pesan, mungkin dua, tiga yang berpesan. Stella langsung konek dari korea dan Japan sana. Dari productnya langsung yang original. Jika ambil dari Indonesia kebanyakan tiruan atau palsu. Bukan ori.

Fokus dengan laptopnya sampai lupa ini hari sudah larut. Bahkan putranya pulang pun tidak tau. Stella menutup laptopnya, masuk kedalam rumah dan meletakkan laptopnya di nakas. Ia melihat Reyent tertidur di sofa ruang TV. Tadi dia minum pake dot sembari menonton dan tiduran. Air mineral dalam dot sampai habis, Reyent tertidur. Hari ini dia sangat lelah.

Stella menghampiri ingin membangunkan Reyent. Tapi Reyent menangis ingin tidur. "Tu kan tidur. Pasti kelelahan main mulu. Jam segini tidur. Nanti malam pasti nggak mau tidur." Ingin di bangunkan, Stella tidak tega, jadi di biarkan saja. Tapi nanti malam pasti nggak mau tidur, begadang.

Kemudian Stella memindahkan Reyent ke kamarnya. Membaringkan di ranjang Reyent. Lalu, menyalakan AC, agar tidak kerasa panas. Tidur tanpa AC Reyent tidak bisa tidur. Reyent juga memeluk bantal bayinya dan soft towel. Tidurnya sangat nyenyak. Sampai tersingkap kemana-mana selimut dan gulingnya.

Sudah pukul delapan Reyent masih tidur nyenyak. Stella mencoba membangunkan Reyent. Tapi Reyent tidak mau bangun. Tetap terlelap nyenyak. Stella di liputi ketakutan karena Reyent tidak bangun-bangun. Stella memanggil Darwati yang biasa di panggil Bude; Ketua ART.

"Bude tolong dong Bude gimana ini Reyent nggak bangun-bangun. Dia belum makan juga." Lirih Stella ketakutan.

"Tidak apa-apa, dia hanya capek, kelelahan. Cuci air hangat pake handuk kecil saja."

"Aku takut Bude!"

"Sini biar Bude saja yang cuci badannya." Lia segera ambil air hangat dan haduk kecil atas permintaan Darwati. Tapi Reyent tidak kerasa sama sekali. Tidurnya sangat nyenyak. Kemudian Darwati mengolesi lotion dan powder, memakaikan panjamas. Lia membuat susu, di berikan sama Stella.

Stella naik keranjang, memberi Reyent susu dotnya. Dengan pelan Reyent mengenyutnya sampai habis. Pada pukul sebelas malam Reyent tiba-tiba terbangun dan menangis memanggil Stella. "Mimi'e!!"

Tbc.

Moga suka dengan part ini yes..

See you next part.

Saranghae 🥰

It's Me Rera