Perjalanan mereka lalui dengan lancar setelah kejadian tadi. Hari mulai sore dan desa terlihat setelah mereka keluar dari hutan. Hanya butuh sekitar 1 menit bagi mereka untuk sampai di desa.
Tujuan mereka adalah mengantarkan penjahat yang dibawa terlebih dahulu ke tempat kepala desa. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat kepala desa. Mereka bertemu dengan penjaga di depan pintu.
"Bisakah kami bertemu dengan kepala desa?" Brick bertanya kepada penjaga.
"Bisa, tapi tunggu sebentar, aku akan mengecek kalian." balas Penjaga memegang alat pendeteksi.
"Benda apa yang kalian bawa itu dan siapa itu?" tanya penjaga.
"Oh, kubus ini menyimpan kekuatan sihir. Rencananya akan kuberikan kepada kepala desa. Yang ini adalah sekelompok penjahat yang menyerang kami di jalan. Ngomong-ngomong apa yang harus kami lakukan dengan mereka ini?" Brick bertanya setelah menjawab.
"Ah, serahkan saja kepada kami. Kami akan mengurus mereka." jawab penjaga.
Mereka menyerahkan penjahat itu kepada penjaga.
"Baiklah. Kepala desa ada di dalam, silahkan masuk." Penjaga memberikan persetujuan.
Mereka masuk ke dalam bangunan. Berjalan menuju ruangan kepala desa. Sesampainya di depan ruangan, Brick mengetuk pintu.
"Masuk." sahut kepala desa.
"Permisi."
Haya dan yang lain melangkah ke dalam ruangan kepala desa. Di sana mereka melihat kepala desa sedang duduk mengerjakan dokumen-dokumen.
"Jadi, ada apa?" Kepala desa langsung bertanya ke intinya.
"Di perjalanan pulang dari Desa Vei, kami disergap oleh sekelompok orang." jawab Brick.
"Begitu, apakah ada yang terluka?" tanya kepala desa.
"Tidak ada." jawab Brick singkat.
"Bagaimana hasilnya?" tanya kepala desa lagi.
"Kami berhasil mengalahkan mereka. Juga kami membawa dan menyerahkan mereka kepada penjaga yang ada di depan." Brick menjelaskan.
"Baguslah kalian aman. Ini berbahaya, kami harus menyelidiki ini. Serahkan sisanya kepadaku. apa ada yang lain?" Kepala desa akan mengambil alih penjahat itu.
"Sudah, itu saja. Terima kasih kepala desa. Kami pamit undur diri." Brick dan yang lain menundukkan kepala mereka dan berjalan pergi dari ruangan kepala desa.
Keluarnya dari tempat kepala desa, mereka pergi menuju rumah. Sedangkan Virelin kembali ke rumahnya. Namun, sebelum itu Brick memberinya uang sebagai hasil kerjanya.
"Terima kasih, bos, Haya juga. Aku pergi dulu." Virelin berjalan pergi meninggalkan Brick dan Haya.
Brick dan Haya kembali ke rumah. Mereka melihat Clarissa sedang menyirami tanaman di halaman rumah. Seketika, Clarissa menoleh dan melihat Brick dan Haya yang telah pulang.
"Kami pulang." ucap Haya kepada Clarissa.
"Selamat datang kembali." Clarissa menyambut kepulangan mereka.
"Hah, akhirnya pulang juga." Brick yang langsung duduk menghela napas.
"Kenapa kau terlihat lelah? dan kalian pulang terlambat." tanya Clarissa dengan penasaran.
"Kami disergap di perjalanan pulang tadi." jawab Brick.
"Hah!! apakah kalian baik-baik saja? ada yang terluka? Sebaiknya kalian masuk dulu dan ceritakan di dalam." Clarissa yang khawatir menyuruh Haya dan Brick ke dalam.
Haya yang melihat ibunya ini, mengetahui betapa khawatirnya dia setelah mendengar mereka yang disergap. Haya hanya bisa bersyukur karena dapat kembali ke rumah dan melihat ibunya lagi.
"Jadi siapa yang menyerang kalian?" tanya Clarissa dengan raut wajahnya yang serius.
"Tidak tau. Awalnya kami diserang oleh sihir api dari depan. Kami berhasil menahannya, tapi muncul 2 orang menyerang Haya secara langsung. Total musuh ada 3. Untungnya, Haya berhasil mengalahkan mereka semua." jawab Brick lega.
"Itu hebat. Berkat kau, ayah dan Virelin selamat sampai di sini." Clarissa memuji Haya atas keberhasilannya.
"Memang benar aku yang mengalahkan mereka, tapi aku dibantu oleh ayah dan Kak Virelin yang mengulur waktu sehingga aku dapat mengalahkan musuh." balas Haya membenarkan kejadian sebelumnya.
"Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri kalau kau yang mengalahkan mereka bukan?" Kali ini Brick yang menanyakan kepastian.
"Itu benar." balas Haya singkat.
"Sudah-sudah, yang penting kalian selamat. Haya, istirahatlah."
Atas saran Clarissa, Haya pergi ke kamarnya untuk istirahat.
*****
"Jadi, ceritakan kepadaku kejadian lengkapnya." Clarissa penasaran dengan kejadian itu.
Brick menceritakan kejadian dengan lengkap. Disisi lain Clarissa mendengarkan dengan seksama, seperti takut ada yang terlewat.
"Ah begitu. Jadi dia memang mengalahkan semuanya sendiri, walaupun kau dan Virelin mengulur waktu." ucap Clarissa.
"Ya, dan juga Haya menggunakan sihirnya dengan terampil." Brick yang membalas itu mengejutkan Clarissa.
"Mengejutkan. Mungkin dia berlatih tanpa sepengetahuan kita atau dia memang berbakat dalam serangan jarak dekat maupun jauh." Mendengar Brick, Clarissa berasumsi.
"Benar." balas Brick singkat.
"Awalnya dia terlihat susah saat menghadapiku. Namun, seiring berjalannya waktu, dia bisa mengimbangiku yang pandai serangan mendadak." Clarissa memberitahukan keterkejutannya.
"Benarkah? Padahal kau sendiri merupakan mantan petualang tingkat 3 yang mendekati tingkat 2." Brick terlihat tidak percaya.
Penjaga di desa rata-rata memiliki nilai pada tingkat 4 jika dilihat dari penilaian pada petualang. Ada juga penjaga di tingkat 3, tapi hanya ada beberapa orang saja. Dilihat dari kekuatannya, Clarissa merupakan orang tingkat atas di desa dalam hal kekuatan.
"Ini faktanya. Aku jadi ingat dulu saat aku mendapat misi pengawalan pedagang yang pedagang itu akan menjadi suamiku. Kita bertemu dengan penjahat. Kita juga berhasil mengalahkan mereka dan membawa mereka ke desa. Betapa nostalgianya." Melihat ke arah lain, Clarissa mengenang masa lalunya.
"Iya juga." Brick membalas dengan malu-malu.
"Lain kali kita harus melakukan latihan bersama, bawa juga Virelin." Clarissa menyarankan latihan bersama.
"Akan kubawa dia." balas Brick.
*****
Haya sedang berada di kamarnya. Dia disuruh beristirahat oleh ibunya karena telah melakukan perjalanan. Ada beberapa buku yang ditumpuk di meja belajar miliknya. Ditemani dengan lampu yang menggunakan batu berisi mana sebagai bahan bakar. Memberikan penerangan yang cukup untuk kamarnya.
Haya tidak hanya latihan fisik seperti latih tanding dengan ibunya. Dia juga melatih sihirnya dengan membaca buku yang diberikan oleh ayahnya yang dengan mudah membelinya karena koneksinya sebagai pedagang.
Di atas tempat tidurnya, Haya melakukan meditasi yang bertujuan untuk memproses mananya. Dia melakukan ini setiap hari. Dengan melakukan itu, dia bisa menambah kapasitas mana. Juga dia bisa membuat keluaran sihir menjadi lebih efisien. Menggunakan penghalang agar mananya tidak terdeteksi oleh siapapun jika bocor.
Jika ada sihir yang membutuhkan banyak mana untuk dihasilkan, maka dengan melakukan meditasi, hal ini bisa mengurangi jumlah pengeluaran mana atau bisa juga memperkuat sihir.
Kapasitas mana setiap orang tentunya berbeda-beda. Tergantung dari latihan atau bakat dari lahir. Orang yang lahir dari keturunan penyihir seperti penyihir kota yang kapasitas mananya terkenal besar, kemungkinan keturunannya akan mewariskan kapasitas mananya yang besar.
Ada juga yang tidak dapat mewariskan hal tersebut, tetapi itu jarang terjadi. Ada juga orang yang bukan keturunan penyihir yang memiliki mana yang besar. Hal itu mungkin jika melakukan latihan dan tergantung dari jenis latihannya.
Orang akan susah bergerak jika mananya habis. Maka dari itu latihan diperlukan. Penyihir yang menjadi petualang juga tahu betapa berbahanya jika kehabisan mana di saat-saat krusial. Akan menjadi beban bagi kelompoknya jika berkelompok dan bahkan kematian jika solo. Itu sebabnya penyihir biasa berkelompok dengan petualang lain. Hubungan timbal-balik akan terjadi.