webnovel

DI JEMPUT DENGAN MOBIL LIMUSIN

Adeline masih berusaha mencerna ucapan Tuan Muda Smith yang terkenal itu, ia berpikir mengapa harus dirinya padahal bisa saja lelaki itu memilih salah satu aktris terkenal yang sering di rumor kan menyukai nya itu.

"Ah, apakah dia benar-benar menyukai sesama jenis?" batin Adeline, kini ia mengernyitkan dahinya sembari menatap Smith penuh kecurigaan.

"Aku tidak ingin basa-basi jika kamu tidak mau kamu bisa menolaknya sekarang juga, aku tidak membahas bertele-tele! "

Adeline menatap mata Smith yang teduh walau tegas, ia menemukan ketenangan walau sekujur tubuhnya seakan bergetar dan berkeringat.

"Ini hanya pernikahan kontrak Adeline, lagipula lihat Smith sangat tampan dan tidak mungkin menginginkan mu ini hanya untuk kebutuhan nya, mungkin mematahkan asumsi masyarakat tentang rumor itu! " batin Adeline, ia berbicara pada dirinya sendiri.

Ditambah gertakan Smith tidak membuat nya berpikir lagi selain hanya terbayang uji praktek yang sudah harus ia lakukan secepatnya.

"Bagaimana?" tanya Smith lagi.

Tanpa ragu Adeline langsung mengangguk, ia di beri tahu bahwa setiap bulannya akan di beri uang 100 juta untuk biaya hidup selama menikah dengan Smith ia akan mendapatkan fasilitas untuk pergi ke kampus juga karena gadis itu akan tinggal di rumahnya.

Adeline seketika kalap dengan tawaran menggiurkan itu.

"Aku akan menerima nya, tapi bisakah aku pulang seminggu sekali untuk melihat adikku?"

"Apakah kamu punya adik? " tanya Smith.

"Kami tinggal berdua setelah orang tua kami meninggal, "

"Okay, itu bukan masalah besar selama kamu tidak melanggar perjanjian! "

Adeline tersenyum sumringah, kemudian Smith menyuruh sekretaris pribadinya menyiapkan kontrak yang akan di tanda tangani mereka berdua.

Satu jam kemudian, seorang perempuan berusia sekitar 25 tahun masuk ke ruangan dimana Adeline dan Smith berada. Ia memberikan beberapa surat yang di minta Smith untuk di tanda tangani mereka berdua.

Namun Smith meminta Adeline segera menandatangani nya secepat mungkin, ia beralasan akan pergi rapat dan sangat sibuk. Sehingga gadis itu langsung menandatangani nya tanpa membaca isi tiap lembar surat itu.

Smith tersenyum senang, ia kemudian berdiri dan menyuruh sekretaris nya menyimpan surat perjanjian itu. "Pak Smith, tapi saya belum membaca itu! " ucap Adeline hati-hati.

"Tidak ada yang akan di rugikan, asal kamu menjaga kerahasiaan ini! jika kita selesai dengan kontrak ini, aku akan memberikan uang 1 miliar sebagai kompensasi. "

Adeline menutup mulutnya yang hampir kaget sekali, "1 miliar? '' ia bertanya lagi.

" Tentu saja, maka dari itu kamu harus bekerja sebagai profesional karena aku tahu kamu gadis yang bijak dan pintar! " Smith kemudian pergi dari ruangan itu, setelah mengatakan pada Adeline bahwa besok akan ada yang menjemput nya.

Malam hari, Adeline langsung berbicara pada Adiknya. Ia menjelaskan tentang pernikahan nya dengan seorang lelaki.

"Jhon, Kakak akan menikah dengan seseorang dan karena harus menyiapkan pernikahan juga materi untuk uji praktek kakak tidak mungkin pulang pergi dari sini sehingga Kakak akan tinggal dengannya"

Jhon yang melihat ucapan Kakak nya hanya melotot karena kaget, ia sampai menahan nafas. "Menikah, Kakak? " ia berbicara dengan nafas terengah-engah.

"Ya benar, Kakak ingin menikahi seseorang namanya Smith"

"Dimana Kakak bertemu dengannya? "

Jhon tampak kaget dan tidak mempercayai ucapan Kakaknya, sehingga membuat Adeline takut salah bicara dan takut ketahuan tentang pernikahan kontrak demi menyelamatkan hidup mereka.

Adeline berpikir keras sembari mengepalkan tangan nya menahan gugup, "Ya, kami bertemu di kampus dia umurnya di atas kakak kami berbeda sekitar 4 tahun kurang lebih, "

"Sudah berapa lama kalian berkencan? " Jhon sangat penasaran karena selama ini Kakaknya tidak pernah mengatakan apapun.

"Kurang lebih 3 tahun ketika Kakak masuk universitas, " ucapan Adeline asal ia sebut saja karena panik.

"Apakah Kakak mencintai nya? " tanya Jhon kemudian.

"Ah? " Adeline kaget dengan pertanyaan sang adik.

"Em tentu saja, karena itulah Kakak ingin menikahi nya"

"Baguslah, aku ingin Kakak menikahi laki-laki yang baik seperti Ayah kita"

Mendengar itu, air mata Adeline menetes begitu saja dengan penuturan Jhon.

Keesokan harinya seseorang parkir di depan bangunan apartemen yang sedikit kumuh, ya di sana lah tempat tinggal Adeline.

Sebuah mobil limusin berwarna hitam pekat terparkir dengan seorang supir yang memakai jas hitam dan sarung tangan. Ia kemudian menelpon nomor yang di berikan Tuan nya.

Adeline yang baru saja bangun itu meraba-raba dimana ponselnya. "Halo, siapa ini? " ucapnya tanpa melihat ponsel dan hanya menggeser saja panggilan itu dan menjawab nya.

"Saya di perintah kan Tuan Smith untuk menjemput anda Nona, "

"Tuan Smith, siapa dia? "

"Calon suami mu Nona! " lanjutnya kemudian.

"Suami? " Adeline bergumam sebentar, kemudian ia teringat sudah tanda tangan kontrak pernikahan dan matanya langsung terbuka dan ia bangkit dari ranjang nya yang terasa nyaman itu.

"Ah, apakah anda sudah sampai? saya lupa kalau akan ada yang menjemput saya hari ini, "

"Ya Nona, saya sudah di depan dan Tuan Smith berpesan agar anda tidak membawa satu pun barang anda karena sudah di siapkan di sana, " lanjut supir yang di perintahkan Tuan Smith, kemudian ia mematikan telepon nya menunggu Adeline turun.

"Ah, apakah aku hanya perlu bawa satu baju saja? " pikir Adeline sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia Bersiap-sial dan kemudian berpamitan dengan adiknya, walau mereka hanya berbeda satu tahun saja, Adeline tidak bisa melihat anak lelaki itu harus berkuliah serta bekerja paruh waktu.

Mereka seperti pasangan yang sulit melepaskan, Adeline terus menangis sementara Jhon hanya mematung saja ketika Kakaknya itu memeluknya dengan erat.

Jhon ikut turun ke bawah mengantarkan Kakaknya, namun ia heran mengapa gadis itu tidak membawa bajunya sama sekali. "Dimana barang-barang mu? "

"Ah, calon suami Kakak bilang jangan bawa baju di sana banyak" jawab Adeline di lift menuju loby apartemen miliknya itu.

"Jika butuh bantuan kambuh bisa langsung menelpon ku"

"Tentu saja adikku tersayang, aku akan menghubungi anda! "

Jhon tersenyum sedikit, melihat Kakaknya terus memegangi tangannya dengan senyum sepanjang waktu.

"Kapan kamu akan datang ke sini? "

"Setiap akhir pekan aku akan datang itu sudah perjanjian! "

"Perjanjian? " Jhon mengulang kalimat Kakaknya.

Adeline melotot karena hampir keceplosan. "Ah maksud Kakak, Kakak akan datang dan akan membuat janji dulu denganmu.

Jhon mengangguk paham. " Jangan sampai sakit, makan teratur dan jangan rewel karena di sana mungkin kamu kaan bertemu keluarga dari pihak calon suami mu jangan sampai kamu merasa di asing kan, aku akan membela mu! "

"Ah aku sangat senang memiliki kekuatan sepertimu, " Adeline memuji adik semata wayang nya itu.

Setibanya di luar, Adeline mencari ke kiri dan ke kanan orang yang di suruh Smith menjemput nya. Sementara mata Jhon tertuju pada limusin di depannya, begitupun mata orang-orang penghuni apartemen itu.

"Nona Adeline? " tanya seorang lelaki dengan jas hitam, berumur sekitar 35 tahunan dengan wajah tinggi besar.

"Iya benar, anda siapa? " Adeline tampak ketakutan.

"Saya di perintah kan menjemput anda oleh Tuan Smith! "

Kemudian lelaki berbadan tegap itu langsung membuka kan pintu mobil limusin yang ada di depannya.

Adeline dan juga Jhon langsung membelalakkan matanya seketika dengan mulut terbuka karena kaget.

Next chapter