webnovel

Bab 2 Kemarahan Tuan Edison

"Sudah, sudah, jangan ribut sendiri! Sebentar lagi, ayah akan mengirimkan kamu seorang sekretaris. Dia akan bertugas mendampingi kamu saat bekerja dan memimpin perusahaan ini. Dia adalah putri dari almarhum sahabat ayah," ucap tuan besar Edison.

Tuan Edison mulai merencanakan sesuatu. Di perusahaan miliknya itu, putranya Eder lah yang dipercaya memimpin dan mengelola bisnis di perusahaan itu. Edward lah yang selama ini membantu Eder dalam segala urusan dengan beberapa klien-klien, kolega maupun relasi.

"Tapi ayah? Bagaimana dengan Edward? Dia juga merangkap menjadi sekretaris aku juga loh, ayah!" sahut Eder.

"Tidak masalah! Edward tetap dengan tugas-tugas nya. Dan sekretaris baru ini juga akan mendapatkan pembagian kerja nya di perusahaan ini. Selain itu, ayah harap, sekretaris baru ini bisa membuat kamu berubah," kata tuan besar Edison.

Eder dan Edward saling berpandangan. Mereka berdua tentu mulai sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Mungkin saja, Edward mulai berpikir kalau sekretaris baru itu adalah salah satu cara untuk menjodohkan Eder dengan putri sahabat dari tuan besar Edison.

"Hem, mungkin saja tuan besar Edison ingin menjodohkan tuan muda dengan gadis itu," pikir Edward.

"Penasaran gadis itu. Kenapa tiba-tiba tuan besar Edison mulai mencarikan sekretaris wanita untuk tuan muda Eder," pikir Edward.

Tuan besar Edison dan tuan muda Eder terlihat duduk di kursi sofa ruangan itu. Tuan Edison mulai menunjukkan data hasil pertumbuhan kenaikan keuntungan yang dicapai bulan ini pada Eder. Data itu diperoleh dari laporan Edward sebagai sekretaris dan juga merangkap bendahara pribadi Eder.Ditambah lagi asisten pribadi Eder.

"Nah Adonia! Mulai hari ini kamu bisa langsung bekerja di perusahaan ini. Dan ini ruangan kerja kamu yang jadi satu dengan Ceo di perusahaan ini. Dia adalah putraku sendiri. Kamu bisa memanggil nya dengan Eder," ucap tuan besar Edison yang saat ini berbicara dengan Adonia yang merupakan putri tinggal dari sahabat dekatnya.

Adonia akan dipekerjakan di perusahaan itu untuk menjadi sekretaris sekaligus merangkap menjadi asisten pribadi bagi Eder. Eder dan Edward saling berpandangan. Setelah lah melihat penampilan Adonia dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ayah! Yang benar saja, ayah menjadikan gadis ini sekretaris ku?" sahut Eder yang melihat penampilan Adonia yang dinilainya terlihat sangat kampungan.

Adonia terlihat menundukkan kepalanya saat dirinya menjadi pusat sasaran pandangan dua pria muda yang berpenampilan mentereng.

"Kenapa? Apakah mata kamu buta, Eder? Adonia cocok dan sangat pantas kok jika menjadi sekretaris dan juga asisten pribadi kamu. Selain Adonia menguasai akutansi, management dan juga seluk-beluk ilmu teknologi informatika, dia juga gadis yang tekun, ulet, rajin. Ayah yakin kalau kamu bakal menyukai Adonia," ucap tuan besar Edison.

Adonia semakin menunduk malu karena dipuji-puji oleh tuan besar Edison.

"Eh, em om Edison terlalu memuji saya. Saya hanyalah gadis bodoh dan kampungan. Mungkin itu lah yang dinilai oleh dua pemuda itu," sahut Adonia.

Sukses membuat Eder dan Edward mengerutkan dahinya saat Adonia mengeluarkan suara merdu nya. Namun bukan suaranya yang terdengar lembut dan merdu, tapi mereka berdua di sebut dua pemuda oleh Adonia dan tidak mau menyebutkan nama mereka yaitu Eder maupun Edward.

"Oh iya, aku Eder! Dan dia asisten pribadi ku Edward. Kamu bisa memanggil kami dengan nama itu, gadis! Dan soal sangkaan dan dugaan kamu yang menilai diri kamu sendiri seorang gadis bodoh dan kampung, itu tepat adanya. Tidak ada seorang sekretaris ku yang sudah lama bekerja dengan ku mengenakan pakaian longgar seperti kamu. Sekretaris ku semuanya cantik, modis, berpenampilan menarik dan pandai berkomunikasi dengan baik dan sangat sopan. Sedangkan kamu?? Ayahku saja yang salah menilai kamu," ucap Eder panjang lebar. Edward jadi merasa bingung dengan situasi itu.

"Cukup Eder! Pokoknya Adonia mulai hari ini sudah harus bekerja di sini. Dan meja kerja nya menjadi satu di ruangan kamu ini. Dan kamu Edward! Kamu sekarang berpindah posisi ikut di ruanganku. Aku seperti nya butuh sopir lagi. Sedangkan sopir pribadi ku, Topan sedang cuti beberapa minggu karena istrinya sedang melahirkan," ucap tuan besar Edison.

"Siap, tuan besar!" sahut Edward tanpa mampu menolak perintah pemilik perusahaan itu sekaligus pemegang saham lima puluh persen di perusahaan itu.

"Tapi, ayah! Ayah jangan seenaknya sendiri dong mengangkat seorang karyawan diperusahaan ini. Apalagi dia langsung diposisi terpenting di dekatku," protes Eder.

"Tidak ada tapi, tapian! Jika kamu menolaknya, ayah akan menarik saham lima puluh persen kepemilikan kamu yang sifatnya belum permanen itu. Ayah masih ingin melihat kinerja kamu dalam mengelola dan mengendalikan perusahaan ini," ancam tuan besar Edison.

Edward menahan tawa nya dalam hati saat Eder mendapatkan ancaman dari ayahnya sendiri.

Tuan besar Edison keluar dari ruangan itu diikuti oleh Edward. Di ruangan itu sekarang ini telah tersisa Eder bersama dengan Adonia. Dengan tatapan tajam, Eder menatap sebal dengan Adonia.

"Hem, kamu harus ikut aku sekarang! Mau tidak mau aku harus merubah penampilan kamu," ucap Eder pada Adonia.

"Eh ada apa dengan penampilan ku? Apa. salahnya jika aku berkerudung?" sahut Adonia.

"Kamu mau bekerja dengan ku tidak? Ayo ikut aku sekarang juga! Aku akan merubah penampilan kamu," ucap Eder sambil menyambar kunci mobilnya. Karena Adonia masih tidak bergeming, dengan nekat Eder menarik tangan Adonia supaya mengikutinya pergi.

"Eh, em? Maaf, aku bisa berjalan sendiri! Tolong lepaskan tangan kamu, kak!" ucap Adonia.

Sukses ucapan itu membuat Eder menyipitkan bola matanya. Serta merta melihat Adonia dengan tersenyum sinis.

"Ih menyebalkan sekali kamu! Sudah berpenampilan kampungan, sok cantik lagi. Ini jual mahal seperti jijik kalau aku pegang tangan kamu," omel Eder.

Ucapan Eder tidak membuat Adonia tersinggung. Adonia tetap mengikuti langkah Eder menuju ke area parkir yang khusus untuk pemilik perusahaan dan ceo.

Setelah bos nya keluar dari ruang kerjanya, Edward terlihat celingukan mendatangi Mona, sang sekretaris. Mona terlihat sibuk didepan laptopnya. Edward mendekati wanita seksi itu seraya mencolek pinggang nya. Sukses mata Mona menyipit lalu beralih ke arah Edward.

"Hem, ada apa?" tanya Mona pelan. Edward mengedipkan salah satu matanya lalu mendekati telinga Mona dan berbisik.

"Ayo ikut aku, manis! Bos sedang keluar! Aku butuh bantuan kamu," bisik Edward. Mona mengerutkan dahinya lalu mulai berdiri seraya menatap wajah mesum Edward.

"Bantuan apa?" Tanya Mona. Edward tanpa banyak bicara menarik tangan Mona menuju toilet vvip khusus untuk para bos. Mona tentu saja mengerutkan dahinya. Dia sebenarnya sudah tidak mau jika Edward memanfaatkan dirinya gara-gara laki-laki itu melihat dirinya bercinta dengan bosnya.

Kini pintu toilet sudah dikunci rapat oleh Edward. Serta merta tubuh Mona dipepet Edward sampai dua buah dadanya menempel pada tubuh Edward. Walaupun masih terhalang dengan pakaian yang dikenakan.

"Edward! Kamu sudah gila! Kamu mau apa?" Tanya Mona. Edward tersenyum seringai seraya mengangkat dagu Mona dan mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Mona.

"Hmmmp,hmmmpp," Bibir Mona yang seksi itu dilumatnya habis oleh Edward.

Bahkan dengan liar dan ganas nya menyesapnya dengan brutal. Awalnya Mona tidak mau membalas ciuman itu. Namun karena Edward menggigit pelan bibir bawah Mona, Mona membuka mulutnya. Sehingga ciuman itu berubah saling balas dan saling bermain lidah. Hingga terciptalah benang-benang saliva dari ciuman ganas dan penuh gairah itu.

Tangan Edward sudah mulai menyusup ke dalam balik pakaian Mona. Sasarannya adalah dua gundukan kenyal dan besar payudara Mona yang cukup besar.

"Eughhh Edward," desah Mona saat tangan Edward mulai meremas-remas payudara Mona.

Kini Mona membiarkan Edward melucuti pakaiannya hingga benar-benar polos tidak ada sisa yang menempel di sana. Kini giliran Edward ikut melepaskan semua pakaian kerjanya.

Di toilet yang cukup luas itu, kini keduanya sama-sama bugil. Kini Edward mulai memainkan payudara Mona dan mulai menyusu di sana. Satu tangannya meremas dan satu payudara itu ia sesap pating nya.

"Eughhh Edward!" Kembali Mona mendesah. Kini kedua kaki Mona sudah lemas. Dia memilih duduk di bawah lantai toilet itu yang cukup luas. Edward tersenyum saat Mona sudah pasrah ketika dia mainkan tubuh nya.

Edward tetap menyusu di payudara montok Mona. Tangannya satunya mulai mengusap lembut bagian area inti Mona. Lalu mulai menggesek pelan di daerah klitoris nya. Kemudian jarinya langsung ia lesakkan ke lubang inti milik Mona sekaligus dua jari.

"Ahhh Edward!" Desah Mona dengan mata yang sudah sayu. Jari tangan Edward sudah mengobok-obok di dalam lubang vagina Mona. Sukses pinggul Mona dia angkat karena merasakan geli dan sensasi yang luar biasa.

Mona yang bersandar di dinding toilet itu kini mulai merasakan seluruh tubuh nya semakin panas dan menggila. Apalagi kepala Edward sudah berada diantara dua pangkal pahanya. Edward mulai menjilat-jilat bagian inti Mona. Bahkan mulai menusuk lubang inti Mona dengan lidahnya yang dibikin kaki supaya bisa menerobos masuk Ke dalam lubang vagina. Sesekali lidah itu menekan bagian daging kecil ditengahnya. Sukses Mona merasakan gila. Kepala Edward semakin dia tekan ke sana.

"Eughhh Edward! No Edward! Aku bisa tidak tahan," Ucap Mona. Edward semakin ganas dan semakin bersemangat memainkan area inti Mona. Hingga sampai beberapa saat Mona tidak bisa menahan puncaknya. Mona merasakan bagian vagina nya mulai berkedut. Itu artinya Mona sudah mencapai klimaksnya. Edward menyesal cairan kental milik Mona.

"Kamu sudah keluar yah?" Ucap Edward. Mona tersenyum malu.

"Habis kamu nakal banget! Sini giliran aku yang memuaskan kamu," Kata Mona akhirnya. Kini Mona meraih terong Edward yang sudah lemas. Mona mulai menjilat-jilat terong Edward hingga berangsur-angsur mulai mengeras, berotot, besar dan panjang. Jangan lupakan mata Edward. Dia sudah merem melek merasakan hangatnya mulut Mona yang menghisap terongnya.

"Euhhh Mona! Yeahhh baby!" Erang Edward cukup keras. Hal itu membuat mata Mona melebar.

"Kecilkan suara kamu, Edward! Atau kita akan ketahuan bahwasanya sedang melakukan kegiatan mesum di dalam toilet pak Eder," Kata Mona dengan gusar.

"Habis enak sekali emutan kamu, Mona! Uouhhh yeah ahhh," Sahut Edward kini meraih kepala Mona dan membantunya menggerakkan maju mundur memainkan terong nya.

"Besar sekali anu kamu, Edward! Lama-lama aku bisa ketagihan dengan anu kamu ini," ucap Mona. Edward yang mendengar pujian Mona tersenyum bangga.

"Apakah lebih besar dan panjang dari punya bos?" Tanya Edward.

"Punya bos lebih segalanya. Punya mu kurang besar dan panjang. Tapi cukup bikin enak aku kok," sahut Mona tanpa basa-basi.

"Mulai sekarang, kamu tidak boleh menggoda bos Edward. Cukup dengan aku saja," Kata Edward. Mona hanya diam saja seraya mendorong Edward supaya duduk dan bersandar di dinding toilet itu. Kini Mona mulai mengarahkan batang besar dan panjang milik Edward ke lubang kenikmatannya. Setelahnya Mona mengocok keluar masuk dengan posisi berjongkok.

"Euhhh Mona! Itu enak sekali sayang! Auhhh ahhh yeahh Mona!" Desah Edward.

Dua orang berlawanan jenis itu melakukan kegiatan mesum itu di dalam toilet. Sampai keduanya bisa didengar oleh seseorang yang berada di luar toilet mengintip adegan mesum itu.

"Euhhh jadi pingin. Gila mbak Mona benar-benar hot. Setelah ini aku akan memanfaatkan mbak Mona. Aku pikir dengan sedikit mengancam nya, pasti aku bisa mendapatkan kenikmatan itu bersama mbak Mona. Ih payudara mbak Mona itu loh. Benar-benar bikin berdiri anu ku," Gumam seorang laki-laki muda yang tidak lain adalah bagian cleaning service yang bekerja membersihkan kantor dan juga toilet di perusahaan itu. Dia adalah Bento.

"Euhhh Edward! Ayo kocok terus lebih cepat lagi sayang!" Ucap Mona yang kini sudah dengan pose menungging. Dia ditusuk nantang anu Edward dari belakang. Sukses tangannya meremas sendiri payudara nya yang ke bawah.

"Yeahh Mona! Lubang anu kamu sempit banget. Euhhh yeahh Mona," Kata Edward dengan mendongak kepalanya seraya menggoyang pinggulnya semakin cepat. Tangannya pun tidak luput menampar pinggul Mona yang padat dan menggemaskan.

"Euhh Mona! Aku mau... Ahhh" Ucap Edward seraya mencabut terong nya lalu mulai mengarahkan nya ke mulut Mona. Mona tanpa jijik menelan cairan kental berwarna putih milik Edward. Bahkan cairan itu sampai habis Mona telan.

"Euhh cukup Mona sayang! Bersihkan badan kamu. Jangan sampai tuan muda Eder kembali dari berbelanja bersama dengan sekretaris pribadi baru nya," Kata Edward memerintah pada Mona.

"Hem, sepertinya akan ada sainganku yah?" Tanya Mona. Edward mengerutkan dahinya seraya menatap lekat wajahnya Mona.

"Mulai sekarang, jangan ganggu tuan muda Eder. Pokoknya kamu hanya milikku saja. Mengerti!" Kata Edward mulai cemburu.

"Tapi?" Protes Mona.

"Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya kamu hanya boleh melayani aku. Titik!" Ancam Edward. Mona mendekati Edward yang sama-sama masih polos.

"Apakah kamu mulai memakai hati kamu saat melakukan hubungan badan dengan ku, Edward?" Tanya Mona.

"Tentu saja! Memangnya aku binatang yang melakukan ini tanpa menggunakan hati?" Sahut Edward. Edward kembali membungkam mulut Mona hingga keduanya kembali saling berciuman. Bahkan tangan Edward sudah kembali meremas dua gundukan payudara Mona yang padat.

"Hmmmpp, cukup Edward! Kita harus segera membersihkan tubuh kita sebelum bos datang. Kalau kamu kurang puas, pulang dari kerja, kamu bisa ke apartemen ku," Kata Mona. Edward melebar bola matanya mendapatkan kesempatan untuk lebih menguasai Mona.

"Apakah itu artinya kamu menerima aku saja sebagai pacar atau kekasih kamu, Mona?" Tanya Edward.

"Hem, itu bisa aku pertimbangkan kembali. Untuk sekarang seperti nya aku butuh partnet ranjang. Dan kamu seperti nya orang yang tepat," Kata Mona.

"Baiklah! Walaupun hanya partner ranjang. Tapi aku yakin, kamu pasti tidak ingin lepas dari aku," Ucap Edward penuh percaya diri.

Sementara itu, setelah Edward lebih dahulu keluar dari dalam toilet itu. Bento segera masuk dengan cepat ke dalam toilet yang masih ada Mona. Sukses membuat Mona terkejut dibuatnya.

"Kamu kamu? Keluar! Atau aku berteriak!" Ancam Mona yang sedang membersihkan tubuh nya. Dan Mona sangat teledor tidak mengunci pintu toilet itu setelah Edward keluar lebih dahulu. Mona belum mengunci nya.

"Aku cleaning service di kantor ini, mbak! Namaku Bento. Dan aku sudah melihat mbak dengan pak Edward melakukan kegiatan mesum di kamar mandi ini. Jika rahasia mbak Mona tidak mau bekerjasama dengan aku, aku akan pastikan melaporkannya pada tuan Edison," Ancam Bento.

"A-apa yang kamu inginkan?" Sahut Mona. Bento segera menurunkan resleting nya dan menunjukkan kepunyaannya ke arah Mona. Mona menyipitkan bola matanya saat paham apa yang akan diinginkan oleh Bento.

"Ayo lakukan seperti mbak melakukannya pada pak Edward. Atau aku akan mengadukan pada tuan Edison," Ancam Bento.

"Kamu benar-benar gila!" Umpat Mona.

Mau tidak mau akhirnya Mona berjongkok lalu menangkap kepunyaan cleaning services itu hingga membesar. Walaupun ada rasa jijik karena tubuh cleaning services itu dekil dan kotor, akhirnya Mona menuruti apa yang diminta oleh pria muda itu sampai puas.

"Yeahh mbak! Kamu benar-benar binal! Ini sangat enak!" Ucap Bento. Namun sekarang dia mulai mendekati Mona. Dia segera mencium bibir Mona tanpa ampun. Tangannya yang hitam mulai meremas payudara Mona yang tubuh nya sudah basah karena saat Bento masuk sebenarnya Mona sedang mandi. Kini kepala Bento mulai berada di gundukan payudara Mona. Dia menggigit puting susu Mona. Mona meringis merasakan pedih di sana. Karena sebelum Bento melakukannya, Edward lebih ganas memainkan puting susunya.

Tubuh Mona kini didorong Bento hingga menempel ke dinding toilet itu. Serta merta menusuk kan terong nya ke anus Mona.

"Akhh sakit!" Teriak Mona. Bahkan dia tidak pernah melakukan itu pada Eder dan Edward. Tapi pria ini telah memainkan lubang duburnya.

"Jangan berteriak! Ini hanya sebentar saja sakitnya. Setelah itu kamu akan merasakan enak," Ucap Bento seraya mulai menggoyang terong nya keluar masuk ke lubang terlarang itu. Jari tangannya mulai masuk ke lubang vagina Mona. Jari itu mengobok-obok lubang kenikmatan yang sudah longgar karena habis dipakai oleh Edward. Sehingga dua lubang itu telah dimainkan oleh terong Bento dan juga jari tangan Bento. Mona mulai mendesah karena merasakan nikmat. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang sudah karena lebih dominan rasa nikmat yang ia rasakan.

"Euhhh ahhh ahhh uhh," Erang Mona saat Bento semakin cepat menggerakkan pinggul nya. Sampai Bento menghentikan gerakan nya setelah dirinya mengeluarkan lahar kental miliknya. Setelah itu dengan cepat ia kembali menaikkan resleting nya dan keluar meninggalkan Mona.

"Sialan! Tidak Edward dan juga Cleaning services itu telah memanfaatkan aku. Aku benar-benar sial," Umpat Mona dengan cepat membersihkan tubuh nya.