webnovel

Ini semua untuk kakak

Jika saja semua ini bukan karena kepentingan bisnis, dia tak akan mau mengejar Handoko dan merendahkan dirinya seperti saat ini. Elea menatap perih mendengar suaminya yang terkesan memohon pada Handoko.

Citra istri Handoko bangkit berdiri dan mengamit lengan suaminya.

"Jika sudah tak ada hal penting lainnya, ada baiknya kita pergi sekarang," ucap Citra. Kemudian dia pun pergi bersama Handoko meninggalkan acara pertunangan Allea dan Jontahan yang terkesan membosankan baginya.

Citra menatap ke arah Allea, saat itu Allea mengangguk pelan, sangat pelan, hanya Citra yang memahami arti kode yang diberikan Allea padanya. Tentu saja, Citra tak akan mengganggu semua rencana Allea, dia mengerlingkan satu matanya, dan pergi bersama Handoko meninggalkan acara pertunangan yang masih ramai dengan tamu.

'Aku akan memberikan kejutan nanti, ini baru saja dimulai.' Allea membatin lalu melirik ke arah Jonathan yang berada di sampingnya.

Bukan Allea tak tahu apa yang dipikirkan Jonathan padanya. Apa yang ada di dalam otak laki-laki itu hanya seputar selangkangan, Allea tak percaya, Laki-laki itu memiliki cinta yang tulus.

Jonathan terus menatap wanita cantik bertubuh sintal di hadapannya saat ini. Jika saja bukan demi kepentingan bisnis antar dua keluarga, dia tak akan berpikir untuk menikah!

Tak ada dalam kamusnya, seorang Jonathan yang terkenal dengan ketampanan serta keperkasaan di atas ranjang, mau menikah dan terikat?

Rasanya sedikit lucu membayangkan dia harus menikah dan mengabdikan hidupnya hanya untuk satu wanita.

"Sayang, apa kamu benar-benar harus pergi?" tanya Jonathan dengan nada manja, membuat Allea sedikit jijik mendengarnya. Dia tahu, Jonathan menginginkan kehangatan yang diberikan tubuhnya, karena itu dia berusaha menahan Allea untuk tetap tinggal.

"Iya, mereka pasti menunggu aku di mobil. Sayang, waktu kita masih sangat banyak, dan akan terus bertemu setiap hari," jawab Allea, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Jonathan, seraya memberikan jilatan kecil pada bagian leher Jo.

Pria itu menikmati godaan kecil yang baru saja diberikan Allea padanya. Selama ini Jo selalu merasakan penasaran yang begitu hebat untuk menyaksikan langsung isi dalam pakaian yang membalut tubuh Allea. Pikiran-pikiran kotor selalu menggelayut pikiran Jo.

"Baiklah, aku ingin kau menemuiku beberapa hari lagi. Saat itu, aku tak ingin ada yang mengganggu pertemuan kita, Sayang," ucap Jo nakal, lalu dengan sengaja meremas bokong Allea, membuat gadis itu meringis kesal.

Setelah berpamitan pada Helga dan istrinya, Allea segera melangkahkan kaki keluar dari kerumunan pesta yang membuat sesak. Dadanya bergemuruh, ada riak kemarahan yang terus membuatnya menjadi tak tenang.

"Jo, sebentar lagi kekayaan kita akan berlipat ganda, setelah kau menikah dengan anak dari Dokter Handoko itu. Apa kamu menyukai barang yang satu itu?" goda Helga pada putra sulungnya.

Seringai terlihat di wajah Jonathan. Tentu saja dia menyukainya. Siapa yang tidak menyukai, jika disuguhi seorang gadis cantik dengan tubuh sintal nan seksi seperti Allea? Sayangnya untuk membuka dan menikmati keseluruhan, butuh kesabaran ekstra atau dia tidak akan mendapatkan sama sekali.

Elea mendengar apa yang baru saja dikatakan kedua pria yang sangat dekat itu, ayah dan anak yang sifatnya sama sekali tak memiliki perbedaan.

Sebagai istri dia tak bisa lagi memberikan nasihat, karena selama ini Helga hanya menganggap Elea sebagai pajangan di dalam rumah dan di depan para relasi. Elea kesepian, merasa tak berdaya.

Dia sendiri kurang menyukai ide perjodohan Allea dan Jo, bukan karena apa, karena dia tahu pernikahan itu pasti tak akan memakan waktu lama.

Elea berjalan memunggungi Jo dan Helga, lalu bergerak menuju kamar. Dia masuk ke dalam, menatap tubuhnya sendiri di depan cermin besar yang ada di meja rias.

"Tak ada yang kurang dariku, tapi… Kenapa kamu memiliki wanita lain di luaran sana, Helga? Jo dan dirimu, sama seperti cermin ini, tak membuang sedikit pun gambaran diri, bahkan sampai bagian terkecil sekalipun," kata Elea.

Wanita paruh baya itu tertawa seorang diri, menertawakan kebodohannya mempercayai janji-janji manis Helga padanya. Kali ini Jo pun mengikuti jejak kebusukan ayahnya, memberikan janji-janji manis pada setiap perempuan yang ditiduri lalu mereguk madu, setelahnya dicampakkan seperti sampah.

"Allea, selamat datang di Keluarga Christ, keluarga yang tak pernah menganggap wanita itu berharga."

Dirasakan perlahan cairan hangat menetes dari kedua pelupuk mata Elea, membasahi kedua pipi. Rasa sakit, kecewa, dan pengkhianatan, tak bisa terlupakan begitu saja.

Belum lagi, dia merasa dia salah mendidik Jo. Jika saja dia tak memanjakan pria itu, dia tak akan menjadi lelaki yang berbuat semaunya dan senang mempermainkan wanita. Jo, tak seperti Steve.

Elea mendesah frustrasi, lalu berjalan mendekati ranjang. Dengan kasar, mengempaskan diri di sana. Dia ingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Semua berawal dari saat itu.

Elea masih bisa mengingat dengan baik, betapa menyedihkan wajah gadis yang bernama April. Tapi gadis itu tak mampu berbuat apa-apa setelah Jo merenggut segalanya darinya.

Gadis itu menangis, berkali-kali mengatakan dirinya bukan penggoda melainkan korban. Tapi tak ada lagi hati nurani Jo yang tersisa.

"Pengacara, apakah menurutmu… gadis ini benar-benar tidak bersalah?" tunjuk Elea Christin pada April yang berdiri di sudut ruang pemeriksaan dengan wajah sembab.

"Kasus ini akan diangkat ke pengadilan beberapa hari lagi. Saya yakin, putra Anda akan memenangkan kasus ini. Bukankah dia kedapatan hendak mengaborsi kandungannya?"

"Tidak, bukan seperti itu jalan ceritanya!" teriak April berusaha membela diri.

Bukan, bukan seperti itu!

Bahkan Elea sendiri tahu kejadian yang sesungguhnya!

"Diam!" seru Elea meminta agar April menutup mulutnya.

Jelas-jelas Jonathan datang bersama Elea ke kos April dan meminta gadis itu untuk menggugurkan kandungan, dan memasukkan dengan paksa pil peluruh kandungan ke dalam mulut April.

Elea tak ingin masa depan Jo hancur jika April membuka mulut mengenai kejadian yang sebenarnya. Belum lagi, nama baik keluarga Christin yang menjadi taruhannya.

"Kamu dan anakmu yang memaksa saya untuk meminum obat penggugur kandungan!"

"Ada buktinya? Bukanlah kamu yang mengatakan tidak mau menikahi Jo, karena dia seorang pemerkosa? Semua tahu reputasimu, siapa yang akan percaya jika Jo memperkosa?"

"Tapi—"

"Percuma membela diri, saat itu Jo dalam keadaan mabuk, dan kamu masuk ke dalam kamar hotel dengan dalih membersihkan ruangan, lalu kamu menggodanya, dan sekarang ingin membaikkan fakta jika putraku sengaja memperkosa?"

Dada April bergemuruh mendengar kenyataan yang telah diputar oleh Elea. Saat itu Jo menarik tangannya, menutup pintu, dan memaksa dirinya untuk melayani hasrat gila pria itu yang telah menggebu-gebu. Sekarang dia yang disalahkan?

Nasib April memang memprihatinkan bukan?